Penyebaran virus COVID-19 di tahun 2020 yang akan kita lewati ini mengingatkan kita bahwa di mata virus tersebut manusia itu sama saja. Manusia, bagi makhluk super kecil itu hanyalah sebongkah daging yang nyaman untuk ditempati dan berkembang biak.
COVID-19 dan caranya berkembang biak
Virus COVID-19, sebelum merasuki tubuh seseorang nggak perlu ngecheck KTP orang tersebut terlebih dulu. Ia nggak mau tahu, apa agama si calon korban, sesering dan sejarang apa ia beribadah. Ganteng/cantik nya juga tak diperhatikan. Suku bangsa, tempat asal, waktu pilpres memilih siapa bahkan… orientasi seksual pun tak diindahkan! Pokoknya asalkan dia adalah seonggok manusia ya dihajar!
Satu-satunya hal yang bisa membuat Si Virus nggak merasuk dengan mudah adalah ketika seseorang tidak lengah dan selalu waspada. Menjaga jarak dengan sesamanya, mengenakan masker dan menjaga kebersihan, salah satunya dengan mencuci tangan.
Lengah dan waspada
Tentang mudah lengahnya seseorang, hal ini sebenarnya tak terkait virus saja. Tahun 2020 kita juga dikagetkan dengan berita beberapa menteri yang lengah dan terjerat kasus korupsi. Salah satu yang paling bikin geleng-geleng kepala adalah menteri yang terjerat kasus korupsi dana bantuan sosial yang seharusnya disumbangkan bagi mereka yang paling terdampak pandemik. Bayangkan, menteri yang kaya raya itupun masih tega untuk memungut uang dari bantuan sosial!
Padahal menteri itu bukan orang tak berpendidikan. Ia sosok terpelajar, mengenyam pendidikan bahkan hingga luar negeri. Ia beragama dan juga bukan penjahat. Tapi karena lengah, godaan korupsi pun masuk merasuki otak dan hatinya, menggerakkan hidupnya dengan memanfaatkan jabatannya secara salah!
Kelengahan dan kewaspadaan adalah kunci dari segalanya dan dari COVID-19 kita belajar banyak tentang hal itu. Agama, tata nilai spiritual dan budaya serta ilmu pengetahuan adalah sarana untuk membangun kewaspadaan dan rasa eling tersebut. Mengerti dan memahami hal tersebut tak jadi garansi pasti tidak lengah.
Dari mudahnya orang terjangkit COVID-19 tahun ini aku jadi terpancing untuk memandang dari sisi sebaliknya.
Kalau kita bisa begitu mudah terjangkiti virus dan godaan, kenapa kita tak juga mudah untuk terjangkiti hal-hal baik? Kenapa terkadang kita masih ogah-ogahan untuk melakukan kasih kepada sesama? Jangan-jangan karena kita terlalu fokus dan waspada sehingga tidak lengah sama sekali. Tapi kali ini tentu fokus dan waspadanya dari sisi sebaliknya; fokus pada kenikmatan duniawi, terlalu banyak memikirkan diri sendiri sehingga lengah terhadap sesama dan dunia sekitar?
Simak podcast dari tulisan ini di bawah:
0 Komentar