Situs wordpress, ber-plugin atau tanpa plugin?

22 Des 2015 | Digital

Seperti kubilang kemarin di sini, hal yang paling tidak menyenangkan dalam merangkai situs berbasis WordPress adalah menyangkut pemilihan plugin.

Tapi sebelum mengulas lebih detail, bagi yang belum tahu, plugin adalah fungsi yang secara terpisah ditambahkan pada wordpress site. Analogi sederhananya, jika wordpress adalah bangunan rumah, plugin adalah sesuatu seperti kusen jendela, keramik yang dipasang di lantai, daun pintu, lampu dan tetek bengek lainnya.

Open source concept

Karena pola distribusi wordpress adalah model terbuka (open source), mereka juga membebaskan setiap orang untuk membuat plugin untuk dipasang di wordpress site.

Menyenangkan? Iya, menjadi plugin developer bahkan bisa mendatangkan uang ketika kita membangun premium plugin sedangkan untuk free plugin, kita bisa tetap senang karena mendatangkan kebanggaan.

Tapi di sisi pengguna, bisa jadi hal ini justru jadi momok yang menakutkan karena di sinilah segala persoalan bisa berawal mula.

Pertama, kita harus memastikan plugin yang kita install kompatibel dengan wordpress, theme dan plugin-plugin lain yang kita gunakan. Kedua, memastikan plugin yang diinstal tidak terlalu memberatkan loading time situs dan yang ketiga memastikan plugin benar-benar berfungsi seperti yang kita harapkan dan sesuai iklan.

Contoh masalah klasik pada pemilihan dan instalasi plugin adalah seperti berikut:

Misalnya kita menggunakan slider plugin untuk menampilkan photo dalam format slider/gambar berjalan. Dua tahun berjalan dengan baik lalu ketika WordPress meng-upgrade frameworknya, hal itu berimbas pada fungsi photo slider dan mengakibatkan situs tak berfungsi optimal. Sang developer plugin juga tak bergeming dan membiarkan hal itu terjadi begitu saja padahal sudah ratusan posting yang kita buat memuat fungsi photo slider.

Reduksi plugin

Saran standard biasanya begini, ?Matikan saja pluginnya, kalau masalah hilang berarti kamu harus ganti plugin!? Tapi hal itu tidak menyelesaikan persoalan, kan?

Kalau begitu, buat plugin sendiri!
Betul! Bisa! Pernah!

Tapi persoalannya, membangun plugin itu tak sekadar membangun karena setiap wordpress mengalami upgrade, kitapun harus memastikan bahwa plugin yang kita bangun kompatibel. Belum lagi ketika plugin-plugin lain diupgrade, dan theme demikian pula, bisa-bisa energi kita habis di sana dan lupa meng-update situs.

Saran lain biasanya nggak jauh dari begini, ?Makanya nggak usah pake plugin-plugin segala macam!?

Bener juga, tapi yang perlu kita ingat, mereduksi plugin berarti juga menghilangkan fungsi-fungsi yang mungkin kita inginkan ada di sana.

Jalan keluar tengahnya menurutku adalah mereduksi plugin tapi mengharapkan fungsi-fungsi yang biasanya kita temui pada plugin sudah otomatis ada di dalam theme. Dengan kata lain, pemilihan theme menjadi amat penting di sini!

Oleh karena itulah aku memilih Extra/Divi dari Elegant Themes Premium WordPress Themes karena begitu banyak fungsi yang biasanya baru ada setelah kita menginstall plugin sudah tersedia di sana.

Divi WordPress Theme

Ada empat puluh fungsi (dalam istilah Elegant Themes dikenal sebagai module) yang langsung otomatis ikut terinstall ketika kita menggunakan Divi/Extra theme. Mulai dari accordion, contact form, slider, video slider hingga social media, semua sudah ada di sana. (lebih lengkapnya kalian masuk kemari).

Pertanyaan selanjutnya, apakah itu berarti aku sudah tak perlu menginstall plugin sama sekali?

Back-end plugins

Tentu tidak. Fungsi-fungsi yang dibawa serta oleh Extra/Divi yang kusebut di atas adalah fungsi yang sifatnya front-end, lebih berhubungan dengan pengunjung situs sedangkan fungsi-fungsi yang terkait dengan back-end, atau yang tidak berhubungan dengan pengunjung situs tapi sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup situs tentu tetap harus dipertimbangkan untuk diinstal.

Fungsi-fungsi back-end itu diantaranya adalah site backup, security (spam protector, login protector, dll), SEO booster, dan kumpulan plugin yang ditujukan untuk mempercepat loading time situs web seperti cache plugin, image compressor, asset minification dan beberapa lagi.

Sebagai orang yang suka dengan hal-hal yang sempurna, aku juga tidak puas hanya berhenti di situ. Aku menambahkan beberapa fungsi yang tidak melekat pada wordpress tapi langsung kutanam di server tempat situs ini berada. Beberapa yang ada di sana adalah pilihan object cache system dan tool yang digunakan untuk meng-improve kinerja PHP, bahasa pemrograman yang digunakan untuk mengembangkan wordpress.

KOK JADI RIBET BENER SIH??? INI KAN CUMA BLOG? KATAMU DULU BIKIN BLOG ITU MUDAH!! LIMA MENIT JUGA JADI???

Hmmmm, ya ini karena aku yang membuat segalanya jadi ribet tapi kalau kalian mau (dan puas) dengan yang gampang-gampang ya bisa saja dalam lima menit bikin blog jadi tanpa berpikir segala macam lainnya. Sama saja dengan kamu pergi ke mall, kenapa harus dandan dan pakai mercedes? Kenapa nggak pakai baju kumal lalu naik bajaj? Semua tentu ada alasannya sendiri-sendiri.

Kalian yang ingin mendapatkan list plugin yang kugunakan dan konfigurasi cache sistem yang kubangun di situs ini, aku sengaja tidak mempublikasikannya di sini. Silakan mendaftarkan diri dalam sistem membership di bawah ini dan aku akan mengirimkannya untuk kalian exclusively. Selain mendapatkan daftar plugin, kalian juga akan mendapatkan newsletter yang akan kurilis setiap periode waktu tertentu.

[et_bloom_inline optin_id=”optin_0″]

Oh ya, besok pagi aku akan masih menulis tentang bagaimana aku membangun DV.FYI ini ditinjau dari sisi konsep konten yang akan kuterapkan, beberapa hal yang mungkin akan mengejutkan dan meninggalkan kesan, ?Kok Donny jadi berubah begini??

Eh? sebentar Don, kok besok kamu update situs lagi? Bukannya kamu update cuma setiap senin, kamis dan akhir pekan?

Nah? nah, kalian sudah kaget kan? Tahan kaget kalian sampai besok. OK? Tahan…

…bersambung
*credit photo (featured image) by Pexels.com

Sebarluaskan!

9 Komentar

  1. Untuk caching, pake WP Rocket aja don, rak usah mumet settinge:)

    Balas
    • Aku memang pake WP Rocket sejak lama, Gus. Tapi aku juga pake backend cache system biar tambah cepet meski tambah mumet juga :)

      Balas
  2. Akan tetapi, masih ada kelemahan yang lain. Kalo semua fungsi “melekat” pada satu theme, jika suatu saat ingin berganti/beralih ke theme lain (entah bosan atau alasan lain), maka fungsi-fungsi itu tidak akan “terbawa” …

    Btw kak Donny, ini Optin nya gak jalan: http://take.ms/nJkoY ?

    Balas
    • Sekarang udah bisa :) Maaf barusan ganti theme hahaha

      Balas
  3. Bos, setelah sekian lama tidak pegang coding dikarenakan kerjaan yang sangat berbeda jalur dengan IT. Dan sekarang saya aktif di kepengurusan yayasan pendidikan, dan diminta untuk mendevelop situs sekolahan maka mau tidak mau saya mulai lagi membuka lembaran album dulu. :))

    Mohon pencerahan untuk :
    1. Daftar plugin dan konfigurasi cache sistem Dv.fyi
    2. Lebih baik mana konvensional shared hosting dengan cloud hosting?

    Matur nuwun, Bos Donny.

    Balas
    • Konfigurasi cache sistem untuk DV.FYI cukup complicated. Aku pake NGINX cache system (Fast-CGI) kugabung dengan plugin berbayar, WP Rocket trus kuhubungkan lagi dengan Redis.

      Kalau soal hosting ya jelas lebih bagus cloud hosting, tapi dilihat dulu kebutuhannya, Mas. Kalau pengunjung belum terlalu banyak pake shared dulu aja.

      DV

      Balas
      • Ok, Bos. Matur nuwun…

        Balas
        • Nek perlu bantuan let me know, tapi websitenya harus berdiri dulu baru nanti aku bantu setup…

          Balas
          • Siap, Bos!

            Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.