Pivotal moment: pacarmu hamil? Tenang, tes DNA aja!

12 Okt 2016 | Cetusan

Tulisan tentang Pivotal Moment kemarin mendapatkan beberapa pertanyaan dari yang membaca. Karena menarik, maka aku pikir ada baiknya kutampilkan di sini satu-dua diantaranya.

Ada yang bertanya begini,

“Bagaimana kalau kita tak punya waktu untuk membuat langkah-langkah pertimbangan seperti yang kamu tulis? Kalau situasi mendesak dan harus segera diputuskan bukankah lebih penting untuk menyiapkan diri menghadapi imbas dari keputusan tersebut?”

Dua hal paling penting dari sembilan yang kutulis kemarin adalah sadar dan putuskan! Mengambil keputusan secara sadar adalah syarat utama.

Dari seluruh langkah yang kujabarkan kemarin, mengambil keputusan secara sadar adalah hal yang paling utama. Kesadaran mencakup segalanya, kita tidak dalam tekanan, kita tidak dalam buaian sehingga benar-benar hanya kita dan Tuhan yang berhadapan dengan persoalan yang akan kita putuskan solusinya.

Kesadaran juga membuat kita tahu dan ‘sadar’ bahwa apapun keputusan yang kita ambil, ia menghadirkan konsekuensi yang harus kita tanggung sebagai si pengambil keputusan.

Keputusan yang lahir dari proses pengambilan keputusan yang panjang tidak menjamin akan menimbulkan sesal yang lebih sedikit ketimbang keputusan yang diambil dalam hitungan tempo yang cepat dan demikian juga sebaliknya.

Contoh yang paling nyata adalah kemerdekaan Indonesia.
Para pemuda yang menculik Bung Karno dan Bung Hatta itu konon hanya perlu waktu semalam untuk?meminta kedua Bung itu untuk memerdekakan Indonesia. Tapi adakah sesal dari kemerdekaan itu? Tidak. Hal itu malah disyukuri karena sudah lama dinanti-nantikan kedatangannya.

Pertanyaan kedua bunyinya begini.

“Bagaimana kalau dalam waktu yang singkat kita harus memutuskan dan kita ada di dalam tekanan/buaian?”

Sebisa mungkin kita tunda untuk memutuskan tapi apabila benar-benar tertekan saat berkeputusan, ya secepatnya kamu harus mencapai kesadaran untuk menyiapkan efek/imbas dan resiko dari keputusan tersebut.

Contoh paling mudahnya adalah pada kasus seorang pria yang dibuai oleh situasi lantas memutuskan untuk meniduri teman kencannya.

Hal terbaik yang bisa dilakukan pria tersebut adalah sadar secepatnya. Sadar bahwa yang ia lakukan tidak bisa dibenarkan karena ia melakukan hal yang ditentang agama. Sadar yang kedua adalah sadar bahwa imbas dari kelakuannya itu bisa berakibat kehamilan sehingga dengan berbekal kesadarannya tersebut, iapun harus masuk ke dalam proses pengambilan keputusan tahap berikutnya, kalau benar hamil, janin itu mau dilakukan? Mau mengawininya teman kencannya? Barangkali yang terbaik tapi bagaimana dengan istri di rumah? Mau digugurkan janinnya? Atau cuekin saja dan bilang bahwa janin itu bukan anaknya! Kalau nggak percaya, yuk kita test DNA!

Salam super!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.