Beberapa waktu yang lalu, pada sebuah malam di pertengahan musim dingin, ketika sedang asyik-asyiknya mandi tiba-tiba aliran air panas yang kupakai mati seketika dan menyisakan kucuran air dingin saja. Tak tahan berlama-lama menahan dingin, aku putuskan untuk keluar dari showers enclosure, mengenakan kaos, melilitkan handuk di perut lalu pergi ke kebun belakang untuk men-check apakah ada yang salah dengan saluran gas pemanas airnya.
Dan ternyata benar, memang ada yang kurang beres pada pipa aliran gas yang seharusnya digunakan untuk mensuplai panas pada tungku pemanas air. Pekerjaan yang tak terlalu menyenangkan sebenarnya karena aku harus bergelap-gelap di kebun tempat tabung gas berada, belum lagi dinginnya udara malam yang kian lama kian menusuk hingga ke permukaan tulang. Tapi apa mau dikata, aku harus menyelesaikannya malam itu juga atau jika tidak keesokan harinya, tak hanya aku yang akan merasakan gigilan dingin karena air panas yang tak tersedia tapi juga istriku yang jelas akan terkena dampaknya juga.
Setengah jam berpayah-payah, dan pekerjaan itupun usai.
Aku masuk ke dalam rumah, bergegas pergi ke kamar mandi dan menuntaskan mandi yang sempat tertunda tadi.
Pikiran tentang kejadian ini lantas membawaku ke dalam permenungan tentang rejeki dan saluran-saluran yang membawanya.
Rejeki berasal Tuhan dan tak perlu pula kita takut akan keterbatasannya karena jangankan kita, burung-burung di angkasa yang tak menanam pun masih diberiNya makanan secukupnya.
Tapi saluran-saluran pembawa rejeki, adalah bagian kita yang harus selalu menjaga untuk tetap baik dan lancar-lancar jaya.
Ketika saluran itu mengalami satu gangguan yang berakibat tersendatnya aliran rejeki kita, dengan segala daya upaya, kita akan berjuang mengatasi gangguan tersebut meski perjuangan itu barangkali tak beda jauh dengan kesusahan kita seandainya kita tak mendapatkan rejeki untuk sementara waktu akibat gangguan itu sendiri.
Setiap orang, barangkali hakikatnya memang harus selalu begitu; berjuang untuk menjaga sesuatu yang datangnya dari Atas yang katanya terjanjikan itu supaya tetap baik.
cieee… rela benerin pipa malem2 demi istri.. :D
prikitiw…
*klo aku mah, nunggu besoknya aj (sikon kondusif), mandi paginya nebeng tetangga sebelah :P
aku setuju Bang.. rejeki itu emang udah ada stok-nya, hanya tinggal dijemput. Ngomong2, kok analoginya pipa.. aku jadi pengen cari pipa orang, buat disadap, hehehe..
Analoginya pipa karena bentuknya seksi hihihi
Renungan yang memberkati!! Ada bagian Tuhan untuk memberkati kita..ada pula bagian kita untuk menjaga Saluran berkat itu supaya tidak kotor, tersendat, ataupun mampet.
Nice posting !!
Makasih, Riris.. Tuhan memberkatimu!
pertamaax yap…
saluran membawa rezeki akan mengalir deras kalo bisa diperuntukkan buat orang lain..
katanya seh gitu… btw masihblajar nyari saluran itu :)
Selamat mencari, Elmoudy
rejeki dari Tuhan memang tak ada habisnya. dan tugas kita adalah menggunakannya dengan sebaik mungkin
Amin
hmmmmmmm…. *narik nafas panjang*
masih dalam upaya memperbaiki saluran rusak, belum ketemu…
mungkin kudu beli portex biar hilang sumbatan ;))
bersyukur saja karena masih ada saluran pengganti yang bisa dipakai walaupun namanya saluran cadangan tetep gak enak, tapi mungkin ada saat menerima terus dari saluran berkat orang :))
*jadi curhat hiks*
nice posting, deep to thought, at least for me :)
GBU
Saluran cadangan atau nggak, intinya sama, air mengalir :)
tadi udah posting comment tapi kepencet apa gitu jadi tulisannya gagal…
kalo gak masuk ya pakek yang ini deh :)
hmmmmmm… jadi kepikiran saluranku masih rusak, tersumbat, entah kapan benernya? *narik nafas panjang*
apa harus beli portex biar sumbatannya ilang ya hehehe…
tapi syukurlah masih ada saluran-saluran dari sekeliling, walaupun tetap tidak nyaman karena namanya juga saluran cadangan. tapi mungkin ada saatnya untuk menerima dari orang terus dulu kali ya :D
*jadi curhat maap*
nice posting, deep to thought, at least for me :D
btw aku baru lihat logo karikatur baru, bagus hehehe…
GBU
Komenmu dua-duanya kuloloskan karena yang kedua ini ada komentarmu yang beda dari yang pertama yaitu soal logo karikatur.
Thanks :) Karikaturku emang selalu berganti setiap event tertentu, kali ini menyambut 17 Agustusan maka sistem webku otomatis ngganti karikatur jadi seperti sekarang :)
Yup.
Sekali-kali macet, itu sangat manusiawi. BUkankah rejeki itu memang selalu ada, asal kita mau terus berjuang untuk mengejarnya. Membuatnya lancar kembali, dan bila terlalu lancar juga harus dilebarkan selokannya, dibersihkan, alias disedekahkan juga, biar aliran rejeki itu lancar dan tidak mampet. :) Amin ya…
Amin, Amin, Amin!
Analogi yang menarik, Bro..
Supaya pipa saluran rejeki nya ngga mampet, apalagi bocor, harus sering-sering dirawat, Bro. Dan kalo arus air dalam pipanya makin kenceng, harus disiapkan pipa yang lebih besar, tangki penampung (pake gak sih?) yang lebih besar dan berbagilah dengan orang-orang yang membutuhkan air. Karena itu lebih baik daripada airnya dibiarkan tumpah, tul gak, Bro?
Betul, aku nemun extension dari perumpamaanku. Good job, bro!
wah, analogi yang pas banget, mas don. saluran rezeki agaknya memang perlu terus dijaga, jangan sampai bocor, dan jika perlu arusnya terus ditingkatkan agar makin lama makin kenceng, hiks.
Betul, Pak Sawali… Haks..:)
Saya rasa rejeki dari Dia nggak ada habisnya deh…tinggal kitanya aja gimana menyikapi.kan gitu?
Gitu kan :)
Tinggal tunggu aja datangnya
Apa coba:)
Wahh hebat Don…benerin pipa malam-malam. Tapi betul juga, jika ditunda juga makin mengganggu, apalagi air memang kebutuhan pokok. Terbayang jika musim dingin mesti mandi tanpa air panas….brrrr
Aku percaya, menjaga silaturahmi yang baik dengan siapa pun, adalah salah satu bentuk merawat pipa tersebut …
Gitu dong, perbaiki pipa sendiri. Ngga usah nelepon dan nunggu tukang selama masih bisa diperbaiki. Rejeki juga gitu, selama masih bisa kita akalin ya… Kalau ngga ya telepon surga dan bicara khusuk denganNya deh… Emergency call…
EM
Hihihihi, ketimbang nunggu tukang uangnya bisa buat beli udang :p