Pintu geser, haruskah ditutup kembali?

27 Jun 2013 | Cetusan

Niatnya mau makan enak, tapi gara-gara harus berhadapan dengan orang yang kurang berbudaya luhur, makanan seenak apapun jadi tak terasa enak karena hati jadi jengkel dan mulut yang seharusnya mengunyah makanan jadi mengunyah kata-kata ‘mutiara’, mengumpat apa yang semestinya memang harus diumpati.

Tulisan ini sebenarnya hanya jadi muara saja karena apa yang kurasakan ini sudah berlangsung sejak lama dan ketika ingin kutulis aku selalu lupa, terlalu asyik dengan topik yang lainnya.

Masalahnya sederhana, sliding door yang banyak dipasang di resto-resto yang kerap kudatangi di sini.

Karena tempat makan yang sudah penuh pada jam-jam makan siang/malam, tak jarang aku sekeluarga mendapat tempat duduk di tempat paling pinggir berdekatan dengan pintu sliding door dan itulah awal mula?segalanya. Kenapa? Karena biasanya ketimbang menikmati santapan, kami malah sibuk menggerutu dan memperhatikan bagaimana orang-orang menutup/membuka pintu itu.

Bagi sebagian orang, mengakses pintu sliding door adalah membuka, melewatinya lalu lupa menutup dan ini menjengkelkan karena pintu terbuka berarti suara bising jalan raya akan masuk dan udara yang rata-rata dingin karena kami berada di area sub-tropis akan mengalahkan panasnya masakan berkuah yang kami santap. Awal-awalnya kami biasa bersikap manis meminta mereka untuk menutup pintu. Tapi lama-kelamaan jadi menyebalkan.

Nah, iseng nih! Setelah sekian lama mengamati tipikal orang menutup pintu geser, ini adalah kriteria yang bisa kubagikan kepada kalian.

1. Sempurna

Ini tipe ksatria. Tak peduli apakah pintu sebelumnya dalam keadaan tertutup atau terbuka, setelah melewati pintu, tanpa disuruh, ia segera menutup pintu rapat-rapat.

2. Tutup separuh

Adalah mereka yang setelah melewati pintu, tanpa disuruh mereka menutup pintu tapi tak terlalu rapat. Entah apa alasannya? Barangkali pintu itu terlalu berat untuk ditutup atau barangkali ia merasa tak enak kalau sampai kegiatan menutup pintunya mengeluarkan suara “Brak” atau “Bruk” karena pintu bertabrakan dengan kusen.

3. Tutup! Masa perlu disuruh!?

Adalah mereka yang setelah melewati pintu, tanpa alasan apapun melenggang begitu saja nggak menghiraukan apakah pintu itu harus ditutup kembali atau tidak. Menghadapi orang seperti ini, aku biasa bersikap menegur mulai halus sampai kalau perlu agak sedikit kasar. Mulai dari, “Excuse me, can you please close back the door for me?” lalu “Sorry, close the door please!” sampai ke yang tensinya lebih tinggi, “Eh, tolong dong tutup pintunya lagi! (pake bahasa Indonesia karena tahu mereka dari mana)”

Nah, bagaimana cara mereka menanggapinya? Baiknya kita bagi dalam aras yang berbeda lagi.

3A. Oh maaf person

Mereka yang setelah kuminta menutup pintu kembali dan kumasukkan ke kategori ini adalah mereka yang akan kaget polos (ada kaget yang dibuat-buat soalnya) lalu berujar manis, “Oh maaf…” lalu kembali ke pintu dan menutupnya.

3B. Tuli seketika

Aku yakin mereka tak tuli karena sebelum masuk/keluar pintu mereka bercakap-cakap dengan kawannya tapi ketika lewat pintu, lupa nutup dan kuminta mereka tetap acuh saja. Kalau ngadepin orang seperti ini, kalau jaraknya belum jauh, ia kudatangi dan kuminta menutup pintu. Biasanya mereka mau sebagai tanda bahwa mereka memang bukan orang tuli!

3C. Ngeles person

Kalau yang satu ini beda. Ketika kuminta menutup pintu, mereka tak menutup pintu, tak pura-pura tuli melainkan menanggapiku. “Oh sorry tapi ada orang di belakang juga mau masuk!” Kalau ngeliat orang kayak gini rasanya piring di meja itu ingin kusematkan ke jidatnya ya!

Ada yang pernah ngalamin seperti apa yang kualami? Gimana reaksi kalian?

Sebarluaskan!

14 Komentar

  1. Lol, semes nyang jidat..

    Mending Don, acapkali sering juga yang malah sewot kadang malah misuh.
    “Excuse me, could you close the door?”
    “You close it”

    Balas
    • Wah, manten anyar komentar! Ayo ngeblog lagi!

      Balas
  2. Di Jayapura sini jarang sih yang pake sliding door di resto, kebanyakan pake pintu model biasa aja :D
    Tapi agak sebel juga pasti kalo ada yang buka tutup terus.
    Bakalan risih pastinya, jadi gak enak makan.
    Btw, kriteria orangnya makjleb banget ya :lol:

    Balas
  3. wooo…begitu ya,,terkadang mungkin bagi sebagian orang hal biasa ya

    Balas
  4. Setiap kali buka dari feeder dan sudah komen, selaluuuu saja kepencet back. Jengkel jadinya karena hilang komennya.

    Don, bisa aku bayangkan bagaimana kesalnya duduk di dekat pintu lalu pintu dibiarkan terbuka sama yang pemalas nutup. Aku sih mengalaminya di kantor, makanya uring-uringan. Lol.

    Balas
  5. semestinya resto mu itu pasang sliding door otomatis :D
    Kalau di Jepang, memang sudah terbiasa pakai sliding door, jadi tidak pernah ada yang tidak menutup pintu.
    Kalaupun ada (biasanya memang orang asing), si pelayan akan secepatnya datang dan menutup pintu itu

    Balas
    • Sliding door otomatis di sini pasti mahal dan pemeliharaannya pasti mahal juga, mana mau mereka invest semahal itu :)

      Balas
  6. Justru karena anyel itu, jadi punya bahan ditulis ya Don…
    Kadang semua tergantung kita kok….karena dunia ini penuh warna, alamnya, manusia nya, tingkah laku dsb nya.
    Saat kita tenang, semua terlihat aneh dan lucu…tapi kalau kita lagi kesal, lapar…memang jadi lebih senewen…..

    Balas
    • Makanya kadang orang butuh dibuat lapar biar punya daya dobrak, Bu! :)

      Balas
  7. hmm, pernah nggak ya? sepertinya pernah, tapi bukan pintu geser bentuknya. pintu biasa. orang yang nggak mau menutup pintu kembali menurutku orang yang “ignorant” alias tidak peka, alias pek*k. orang seperti inilah yang susah untuk diingatkan. biasanya selalu punya alasan. dan bagiku itu menjengkelkan.

    Balas
    • lara jiwa nek wes ngono kuwi, Nik!

      Balas
  8. Memang benar jengkelnya bukan kepalang kalau menghadapi orang-2 yang tidak tahu mengedepankan kepentingan orang banyak,dan saya memberikan beberapa alternatif menghadapi situasi ini :
    1. Acuh aja, mau ditutup atau tidak dan akhirnya anda yang akan menjadi berkepribadian acuh terhadap lingkungan.
    2. Memberi saran pada pemilik restoran untuk pasang alat penutup otomatis pada sliding door tersebut,beritahu alasannya karena anda jadi tidak nyaman atau Anda minta kepada Manajer/pemilik restoran agar waiter segera menutup pintu kalau pintu terbuka atau minta kepada Manajer/pemilik agar pasang tulisan didinding agar pintu ditutup kembali kalau melewatinya.
    3. Anda menegur kepada mereka yang masuk tetapi tidak menutup pintu,tetapi yang paling baik tegurlah dengan sopan dan kalau anda menegur dengan keras/kasar siap-2 saja anda menghadapi hal-2 yang tak diinginkan.
    4. Katakan pada Manajer/pemilik bahwa anda tidak nyaman kalau makan dekat pintu karena kadang-2 pintu tidak ditutup.
    5. Alternatif no.2 s/d 4 jauh lebih baik daripada anda acuh dan tidak berbuat apa-2.
    6. Kalau dikemudian hari tidak ada perubahan di restoran tersebut,tidak ada salahnya anda jangan makan ditempat itu lagi, karena anda katakan bahwa makanan seenak apapun jadi tak enak kalau situasinya masih tetap sama.

    Balas
    • Wah kok panjang alternatifnya.. saya lebih suka yang ke-6 aja :)

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.