Kabar Baik hari ini berkisah tentang penuai dan tuaian. Para murid yang diutus (termasuk kita) adalah penuai sementara dunia (dalam Kabar Baik ditulis sebagai ?kota-kota?) adalah tuaiannya. Untuk menyederhanakan diskusi dan renungan, aku hendak menggunakan istilah pengganti yang lebih kekinian. Penuai adalah pemberi solusi dan tuaian adalah masalah yang harus diselesaikan. Maka ijinkan aku bertanya, dimana kita memposisikan diri, menjadi solusi dari satu permasalahan atau jadi bagian dari masalah itu sendiri?
Mana yang terbaik: solusi atau jadi bagian dari masalah?
Yang terbaik tentu jadi solusi, tapi apakah yang terburuk adalah yang jadi bagian dari masalah? Menurutku tidak juga.
Pada suatu minggu pagi, tetangga-tetangga yang tinggal di kampung sibuk mengadakan kerja bakti untuk memperdalam selokan air supaya saat musim hujan tiba, banjir terhindarkan dan ancaman nyamuk demam berdarah teratasi.
Setelah mencangkul dan membuat selokan lebih baik, mereka memerlukan alat penyedot air guna mengeringkan selokan untuk kemudian dilapisi semen.
Mereka tahu ada seseorang yang punya alat penyedot air tersebut. Maka satu dari mereka pun mengetuk pintu rumah orang tadi untuk memohon ijin meminjam alat sedot air.
Alih-alih membukakan pintu, orang itu ngumpet di kamar seolah ia sedang tidak ada di rumah dengan dua alasan: malas ikut kerja bakti dan malas meminjamkan alat penyedot air. Barangkali takut rusak atau takut-takut yang lain.
Yang terburuk
Dalam tataran solusi dan masalah, orang dalam contoh di atas adalah yang terburuk. Lebih buruk dari masalah itu sendiri. Kenapa? Ia punya kapasitas dan kemampuan untuk memberikan solusi tapi memilih diam tak melakukan apapun. Ketika akhirnya masalah terjadi, banjir datang dan demam berdarah mengusik kesehatan warga, orang tadi ikut memberikan kontribusi terhadap munculnya masalah tadi.
Orang seperti ini, dalam perikop Kabar Baik yang lain, menurutku setara dengan seorang yang diberi talenta Tuhan tapi ia memilih tak menjalankan talenta itu selain menyembunyikannya di dalam tanah sehingga tak berbuah.
Kontribusi positif: solusi
Intinya dalam hidup kita diajak memberikan kontribusi se-positif dan se-maksimal mungkin. Hindari menjadi bagian dari masalah. Ketika ternyata kita adalah bagian dari masalah, berusaha untuk membereskannya sendiri atau atas bantuan orang lain.
Ketika sudah tidak lagi jadi bagian dari masalah, mulai belajar percaya bahwa kita diberi talenta untuk menjadi bagian dari solusi terhadap masalah-masalah.
Ketika kita sudah bisa memberikan solusi, tetaplah rendah hati dan jangan berhenti untuk terus bermetamorfosa menjadi yang lebih baik. Karena seperti yang kutulis kemarin, kalau Anak Manusia tak punya tempat untuk meletakkan kepalaNya, kita para pengikut pun tak boleh berhenti mengikutiNya, menjalankan ajaran-ajaran kebaikan hingga kesudahannya nanti.
Sydney, 4 Oktober 2019
0 Komentar