Piala Dunia 2014 sudah tinggal beberapa hari lagi!
Acara yang digelar empat tahun sekali itu selalu disambut dengan gegap gempita oleh hampir seluruh penjuru mata angin di dunia, maklum bagaimanapun juga sepakbola adalah olahraga paling banyak digemari di planet ini.
Setiap Piala Dunia, setidaknya bagiku, membawa kenangannya sendiri-sendiri. Tak melulu harus tentang apa yang terjadi di dalam gelanggang tapi bisa juga hal-hal yang terjadi di luar arena.
Sebagai orang yang lahir di akhir dekade 70an, bagiku Piala Dunia 90 adalah yang pertama yang bisa kunikmati sementara Piala Dunia 1986 yang dilangsungkan di Mexico sudah sangat rapuh dalam ingatanku (kecuali adegan Tangan Tuhan-nya Maradona) apalagi yang 1982 dan 1978…
Lalu, catatan apa saja yang melintas dan masih mudah diingat yang terjadi sepanjang Piala Dunia yang kunikmati hingga kini? Berikut adalah usahaku melawan lupa!
Piala Dunia 1990, Italia.
Waktu itu aku baru saja lulus SD dan karena Piala Dunia diadakan bulan Juni-Juli yang bertepatan dengan libur sekolah, aku menikmatinya tanpa melewatkan satu pertandingan pun!
Bahkan saking semangatnya, aku membuat kliping semua tim peserta dari Kompas dan Bola (yang dulu masih jadi supplement Kompas tiap Jumat) sejak beberapa waktu sebelum turnamen dimulai.
Beberapa hal yang ?identik? dengan event itu diantaranya adalah goyang Roger Milla (pemain Kamerun yang akhirnya pernah merumput di Indonesia juga), Frank Rijkaard yang meludahi Rudi Vooler.
serta blunder Rene Higuita (kiper Colombia) yang flamboyan itu.
Dan juga, jangan lupakan Sergio Goycochea, kiper Argentina yang tak disangka-sangka mampu bermain bagus dan bahkan mengawal gawang sampai ke pertandingan final sebelum akhirnya dikandaskan Jerman yang untuk pertama kalinya tampil dipersatukan setelah Piala Dunia sebelumnya, masih terbagi dua Jerman Barat dan Jerman Timur.
Yang tak kalah mengesankannya adalah official song, To Be Number One yang dibawakan secara apik oleh Edoardo Benanto dan Gianna Nannini. Percaya atau tidak, aku punya kesan yang sama waktu menyaksikan youtube di bawah ini dengan ketika pada akhir pertandingan final, sesaat setelah komentator legendaris TVRI, Eddy Sofyan menutup acara, 24 tahun silam (Gosshh time flies!!)
Sedih mengingat masa lalu yang menyenangkan tapi tak kan pernah bisa terulang…
Piala Dunia 1994, USA
Setelah pindah ke Jogja untuk melanjutkan studi, inilah Piala Dunia pertama yang kunikmati tanpa keluargaku.
Aku menikmati hampir semua pertandingan dalam turnamen itu bersama kawan-kawan se-asrama SMA Kolese De Britto di Jl Ampel 2 Yogyakarta tapi sayangnya, justru di pertandingan final aku tak bisa menyaksikan secara langsung karena tepat keesokan paginya adalah hari pertama masuk sekolah kelas 2.
Hal yang menurutku paling monumental adalah gagalnya pinalti Roberto Bagio (Italia) ke gawang Brasil di pertandingan grand final
…dan apalagi kalau bukan goyang menimang bayi milik Bebeto dan Romario Faria
Aku tak terlalu suka lagu resmi Piala Dunia yang untuk pertama kalinya diadakan di Amerika Serikat itu namun bagaimanapun juga karena tiap malam mendengarkan mau tak mau jadi suka.
Simak clip berikut, Gloryland besutan Daryl Hall and Sounds of Blackness.
Piala Dunia 1998, Perancis
Yang paling ngetop dari Piala Dunia 1998 menurutku adalah justru lagu resmi turnamen milik Ricky Martin, La Copa de La Vida (The Cup of Life) baru kemudian disusul dengan Tim Perancis yang untuk pertama kalinya menjuarai piala itu.
Irama yang rancak dibawakan sukses oleh penyanyi tampan berdarah Amerika Latin itu. Entah, aku mencurigai, ngetopnya lagu ini (dibanding pertandingan-pertandingan sepakbolanya) adalah karena maraknya siaran MTV yang waktu itu yang memutar lagu itu berulang-ulang, lebih sering ketimbang cuplikan-cuplikan pertandingan serta gol-gol yang dihasilkan setiap harinya.
Piala Dunia 1998 bagiku adalah piala dunia pertama setelah keluargaku pindah dari Kebumen ke Klaten setelah ?badai? yang kuceritakan di sini terjadi.
Waktu itu untuk pertama kalinya (seingatku) hampir seluruh pertandingan piala dunia yang disiarkan melalui televisi diacak sehingga hanya bisa disaksikan oleh mereka yang berlangganan cable TV.
Namanya juga kena ?badai?, kami sekeluarga tak mampu membeli fasilitas itu tapi oleh karena kebaikan salah satu tetangga di Klaten, hampir tiap malam alm. Papa menonton di sana sementara aku hanya kadang-kadang ketika pulang ke Klaten saja.
Ini adalah Piala Dunia pertama sejak 90 yang aku tak nikmati secara utuh karena sibuk bekerja seperti kuceritakan juga di halaman ini.
Satu-satunya yang kuingat menjadi ?legend? dari turnamen itu adalah Zinedine Zidanne, tiada lain!
Hampir kelupaan, yang paling fenomenal tentu adalah pertengkaran antara David Beckham?(England) dengan Diego Simeone (Argentina) yang berujung kartu merah untuk Beckham.
Piala Dunia 2002, Korea Selatan – Jepang
Piala Dunia 2002 agak istimewa bagiku.
Uniknya keistimewaan itu bukan antusiasme untuk menonton pertandingan demi pertandingan tapi semangat untuk memanage para reporter GudegNet (media yang pernah kuasuh) untuk membuat acara liputan dan ditayangkan setiap hari usai pertandingan.
Jadi, hampir tiap malam selalu ada jurnalis ?yang nonton pertandingan di kantor lalu sesudah itu menulisnya di GudegNet dan semua dibawah pengawasanku. Kalau aku ada niat untuk nonton, akupun bergabung tapi kebanyakan aku sudah lebih tertarik untuk menenggelamkan diri di depan komputer untuk.. apalagi kalau bukan internetan.
Hal yang menarik yang perlu kuingat adalah inilah Piala Dunia pertama kali yang membanggakan bagi warga Asia karena tak hanya tempatnya yang untuk pertama kali diadakan di Asia (Jepang dan Korea), tapi lebih daripada itu, kedua tim tuan rumah itu melaju hingga babak-babak penentuan yang tak sekedar gugur di grup permulaan saja.
Lagu resminya bagiku sama sekali tak menarik,?Boom (Anastacia)
Pemain andalan? Ronaldo tentu saja meski aku tetap saja tak pernah suka dengan Brasil!
Piala Dunia 2006, Jerman
Bisa jadi inilah piala dunia yang paling berkesan meski kesan itu muncul bukan dari Piala Dunia itu sendiri.
Piala Dunia 2006 diadakan di Jerman sekitar dua minggu setelah gempa besar terjadi di Jogja yang merenggut korban hingga 6000-an jiwa.
GudegNet yang waktu itu sedang sibuk-sibuknya meliput gempa dan bahkan mendirikan posko bantuan untuk korban gempa tetap kupaksakan untuk membuat rubrik Piala Dunia karena selain melanjutkan tradisi sekaligus sebagai ?hiburan? setelah sepanjang hari para wartawan meliput duka karena gempa.
Aku sangat jarang nonton pertandingan di Piala Dunia kali itu karena selain masih takut masuk ke dalam bangunan karena trauma gempa, aku lebih sering membantu liputan para wartawan. Jadi yang lebih sering terjadi justru aku sedang meliput ke tenda-tenda pengungsian para korban gempa lalu menemukan sekelompok pengungsi yang nonton pertandingan sepakbola melalui televisi kecil yang selamat dari reruntuhan bangunan dan aku bergabung di sana.
Oh ya, pernah dalam salah satu pertandingan aku dan teman-teman main menyewa villa di Kaliurang. Tujuannya refreshing dari peliputan Gempa sekaligus nonton acara sepakbola pada televisi dan tempat yang layak?(bukan di pengungsian dan bukan tivi berukuran kecil). Tapi tampaknya memang kami belum boleh santai waktu itu, selepas nonton sepakbola hingga dinihari, bangun menjelang siang dan kaget mendapati Kaliurang tertutup abu dan kami semua panik lalu turun ke Jogja. Sesampainya kami di Jogja, kami baru sadar bahwa Merapi pagi tadi erupsi hanya beberapa minggu setelah Gempa di laut selatan terjadi. Opo tumon!
Oh ya, sama halnya dengan Piala Dunia sebelumnya, lagu resmi kali itu tidak mengesankan meski secara materi sangat bagus dan dibawakan oleh orang-orang ternama, Il Divo dan Toni Braxton.
Piala Dunia 2010, Afrika Selatan
Piala Dunia yang juga tak kalah mengesankannya bagiku karena selain itu adalah Piala Dunia pertamaku di Australia, juga Piala Dunia pertamaku setelah aku resmi menjadi suami dan menjadi Ayah!
Aku sangat jarang menyaksikan pertandingan secara langsung karena jam tayangnya yang sangat tak ?manusiawi? bagiku yang tinggal di Australia (rata-rata pertandingan diadakan jam setengah enam pagi waktu sini padahal itu adalah jam untuk bersiap-siap kerja).
Untung ada koneksi internet yang cepat di negara semaju Australia dan ada teknologi bernama Youtube yang memungkinkanku menikmatinya di atas bus maupun di sela-sela jam kerja di kantor.
Tapi bagaimanapun juga, aku tak mau ketinggalan menonton tayangan partai finalnya. Kuingat betul waktu itu aku minta ijin untuk datang terlambat dengan alasan menonton siaran sepakbola dan ternyata aku tak sendirian :)
Lagunya cukup ngetop tapi menurutku lebih ngetop video clipnya karena di sana Shakira menyanyi dengan cukup baik tapi menari dengan luar biasa baiknya :)
Nah lalu bagaimana PIala Dunia 2014 yang akan diselenggarakan dua minggu lagi di Brasil?
Apa yang akan kamu ingat dari acara ini? Siapkan catatan dan kalau perlu diblog-kan setiap detilnya sehingga ketika kamu membacanya beberapa tahun mendatang, ingatanmu akan lebih tajam ketimbang catatan-catatanku di atas.
Yang pasti dan perlu diingat, ada gelombang protes yang luar biasa besar di Brasil sana terkait dengan rakyat yang memprotes penyelenggaraan Piala Dunia yang konon berbiaya sangat besar di tengah gejolak ekonomi yang sdang tak terlalu bagus di negerinya Pele itu.
Tapi aku menyarankan kalian terutama yang tinggal di Indonesia untuk mengikuti dan menikmatinya. Kenapa? Jadikan ajang ini sebagai sarana untuk melupakan wajah-wajah capres-cawapres dan tim-tim kampanye yang bersliweran di berbagai media akhir-akhir ini.
Lupakan Jokowi, JK, Prabowo dan Hatta untuk sementara waktu jadikan ajang Piala Dunia ini sebagai oase.. kecuali.. ya kecuali mereka tiba-tiba muncul di acara siaran langsung seperti waktu final acara sebuah kompetisi nyanyi beberapa waktu lalu..
Wah kalau demikian, nggak tahu mesti bagaimana lagi cara menghindar dari keriaan yang tak selalu ceria yang dinamai Pilpres itu nantinya!
Tidak bisa dipisahkan dari kampanye lah, Mbah. Tunggu aja pasti banyak tim sukses ngajakin nobar piala dunia.
Jagoanmu sopo, Mbah? Jagoan di piala dunia lho ini. :)
Jagoanku di Piala Dunia Argentina! :)
Dan sesungguhnya Pilpres hanyalah akal2an “mereka” untuk menggagalkan Piala Dunia 2014!
Taplaknya.. eh tampaknya memang demikian, Kisanak :)
Di piala 1990 di amerika, ada pencuri kecil(anak kelas 6 sd) yg mencoba mencuri sandal gunung milik tetangga yg lg numpang nonton siaran piala dunia, anak kecil itu ketangkap dan di serahkan kepada keluarganya
Wahahahaha… hapal diingatan ya, Bro? ;)