Tulisanku tentang meninggalnya Pak David Sutedjo beberapa hari lalu tak hanya membuat tulisan itu mem-viral. Perasaanku pun seperti kembali tersedot ke masa silam!
Aku seperti kembali ke tahun 90an, menunggangi Honda Astrea Grand ?93 bututku berkeliling Jogja mencari makanan berbahan baku babi yang harganya cocok dengan ?dompet mahasiswa?.
Dalam tulisan ini aku ingin menuliskan peta kuliner rumah makan/warung tenda penyedia daging babi di Jogja. Tapi karena aku hidup di sana hanya pada era 90an hingga 2008, barangkali petaku ini sudah tidak valid lagi.
Tugas kalianlah yang masih tinggal di sana untuk memperbaharuinya dengan peta yang baru.
Nasi Goreng Tlethong
Nasi Goreng ini yang kubahas habis-habisan di tulisan kemarin. Meski Pak David Sutedjo meninggal akhir tahun lalu tapi melalui Mas Ison Desi Satriyo, kakak kelasku di SMA Kolese De Britto Yogyakarta, aku mendapat informasi bahwa Nasi Goreng Tlethong tetap buka! Mas Yoes, putra Pak Tedjo yang melanjutkannya.

Mas Yoes (kanan) bersama Mas Ison (berkacamata)
Dari Mas Ison juga aku baru tahu ternyata warung ini telah berdiri sejak 1968 dimulai oleh Mbah Trimo yang tak lain adalah ayah dari Pak Tedjo, kakek dari Mas Yoes.

Mas Yoes sedang membagi nasi goreng, tugas yang sama dulu dilakukan Pak Tedjo
Selain nasi goreng babi, di sini juga dijual nasi goreng ayam, babi kecap serta magelangan, sebuah istilah untuk makanan campuran nasi goreng dan mie/bihun goreng.
Letaknya dulu ada di gang masuk ke arah Pasar Beringharjo, tapi sejak beberapa tahun lalu sudah pindah? di Jalan Mayor Suryotomo dekat jalan ke arah Gedung Purna Budaya/Societet.
Nasi Goreng Pak Teguh / Papilon
Warung ini juga ikut kubahas di tulisanku minggu lalu. Dari Mas Ison juga, aku baru tahu bahwa Pak Teguh sebelum membuka warung dulunya adalah juru masak Mbah Trimo pemilik Nasi Goreng Thlethong.
Aku tak begitu familier dengan menu-menunya karena seperti kutulis di artikel sebelumnya, aku hanya beberapa kali saja ke sana.
RM Tapian Nauli a.k.a Bang Ucok
Selain Pak David Sutedjo, maestro masakan daging babi Jogja yang lain adalah almarhum Bang Ucok pendiri/pemilik Rumah Makan tapian Nauli.
Dan aku baru sadar juga bahwa kematian kedua maestro itu, dua-duanya kutulis di blog ini! Hahaha??Tulisan tentang Pak David Sutedjo bisa kalian baca di sini, tulisan tentang kepergian Bang Ucok, 19 Desember 2007 bisa kalian baca di sini.
Dari namanya jelas, RM Tapian Nauli menjual masakan khas Batak. Menu andalan yang kusuka adalah babi panggang, babi kecap dan sangsang babi.
Pertama kali aku menyantap adalah saat pertama kali datang ke Jogja untuk studi di De Britto, 1993. Saat itu baru mampu beli sangsang B2 tapi setelah mahasiswa apalagi saat sudah bekerja, babi panggang pun kupesan dua porsi plus babi kecap dan nasi putih hingga dua piring banyaknya.
Kalau sudah begitu, biasanya Bang Ucok datang ke meja, menyapa seraya bertanya dengan suara berat dan logat Bataknya nan kental, ?Nggak kau tambah itu dengan bir bintang, Dik?? Aku mengangguk lalu bir bintang ukuran besar beserta saus babi panggang tambahan dihidangkan!
Oh ya, rumah makan Tapian Nauli ada di sebelah terminal Condong Catur Yogyakarta dan malam hari mereka buka lesehan di Jalan Malioboro di sisi barat jalan berhadapan dengan Hotel Garuda.
RM Rura Silindung
RM Rura Silindung juga menjual masakan babi ala batak seperti RM Tapian Nauli. Letaknya di daerah Klitren (Jl Kusbini) Yogyakarta.? Dulu waktu kuliah di Universitas Kristen Duta Wacana, aku sangat sering makan di sana karena jaraknya hanya sepelemparan batu.
Aku lebih suka menyantap sangsang babi atau babi kecap karena babi panggangnya menurutku tak seenak bikinannya Bang Ucok.
Warung tenda masakan batak di dekat Tugu, depan Hotel Phoenix
Tanggal tua tapi tetap pengen makan babi? Aku dulu biasa melampiaskan nafsu ?perbabianku? ke sebuah warung tenda masakan batak yang letaknya ada di seberang depan Hotel Phoenix.
Murah! Kalau soal meriah kan bisa dibikin supaya meriah? Hahaha!
Warung tenda masakan batak di seberang RS Bethesda
Tanggal tua dan bensin pun menipis? Cari yang lebih dekat dan lebih murah, warung tenda masakan batak di seberang RS Bethesda.
Dulu sekali saat masih duduk di bangku SMA aku mengambil kegiatan ekstra kurikuler berenang di Kolam Renang Umbangtirto, Kridosono Yogyakarta. Sepulang berenang, yang menghangatkan perut ya sangsang babi dan teh panas tanpa gulanya. Jossss pemirsa!
RM Kawanua
Selain ala Batak, masakan berbahan baku daging babi yang enak menurutku adalah masakan Manado. Yang paling tua setahuku adalah Rumah Makan Kawanua yang letaknya di sekitar kampung Badran Yogyakarta.
Babi panggangnya enak tapi sambalnya sayangnya terlalu plain karena hanya ulekan lombok saja. Aku lebih suka babi tinorasak yang pedasnya luar biasak!
RM Manado di dekat batas kota
Aku lupa nama rumah makannya tapi letaknya nyempil di sebuah gang sisi selatan ?batas kota? Jalan Laksda Adisucipto Jogja.?Menunya sama dengan menu RM Kawanua. Babi Tinorasak bikin luar biasak dan juarak!
Bakso Babi Pak Gundul Timoho
Di tengah ?pertandingan panas? antara nasi goreng, masakan batak dan masakan manado merebutkan supremasi ?babi?, bakso babi atau yang biasa kusebut ?sobi? itu mencuri perhatian seperti pasukan cheerleaders yang nari-nari dan marak ati!
Bakso Babi Pak Gundul di Timoho dulu sering kusantap sepulang kuliah. Aroma daging babi bercampur dengan kuah bening nan segar serta bakso dan mie bulat kuning yang menggemaskan.
Aku berhenti makan di situ karena kejadian ?non-teknis? yang membuat selera makanku hancur. Suatu siang ketika hendak makan, jalanan ditutup karena ada yang mati terlindas kereta di rel yang letaknya tak jauh dari warung. Otakku terlalu kreatif mengasosiasikan yang tidak-tidak jadi aku berhenti berlangganan sejak siang itu.
Bakso Babi Parkiran Bethesda
Sebagai gantinya? Ikut aliran ?mainstream? karena banyak penikmat babi di Jogja setuju bahwa ?sobi? Bethesda itu kampiun kelasnya! Letaknya di parkir barat Rumah Sakit Bethesda, dekat dengan kamar rawat inap VIP.
Hal yang paling menyenangkan untuk makan dan nongkrong di situ selain masakannya enak adalah banyak anak Stella Duce 1 (sekolah khusus cewek) yang sering mampir dan lewat tak ketinggalan para siswi sekolah perawat yang dari wajahnya pun tampak sangat perhatian dan piawai dalam merawat (halah) kadang juga ikutan makan?.
Babi Bali yang kulupa namanya hahaha
?Invasi? babi bali mulai menggema di Jogja pada awal atau pertengahan tahun 2000an.?Seingatku ada tiga. Yang pertama adalah yang kulupa namanya hahaha. Tempatnya ada di perempatan Sorowajan, Bantul sana.
Model warungnya menggunakan gazebo bambu ala Bali yang terpisah satu dengan yang lainnya. Masakannya tak terlalu cocok di lidahku.
Babi Bali Bu Komang
Warung Babi Bali Bu Komang letaknya juga di Sorowajan tepat di depan Pura ?Hindu?. Sate dan kulit babinya istimewa. Tempat ini tak lebih ramai dari tempat yang akan kutulis di bawah tapi justru karena sepi aku lebih suka ke sana karena bukankah makan babi itu enaknya sambil ngobrol kesana-kemari?
Babi Bali Bima Kroda
Makanan babi bali di Jogja menurutku mencapai puncak kejayaannya di tangan para pemasak dan pengelola Rumah Makan Babi Bali Bima Kroda. Letaknya juga di Sorowajan tapi lebih ke sisi timur. Ramainya bukan kepalang apalagi di hari-hari tertentu mereka menjual babi panggang.
Sewaktu aku melanjutkan kuliah di AKAKOM di akhir masa hidupku di Jogja, 2006 – 2008, hampir tiap hari? sekali lagi, hampir tiap hari aku makan siang di sini karena letaknya sekitar 300m dari kampus.
Yang kudengar sekarang mereka pindah lokasi tak jauh dari lokasi pertama.
RM Lima Serangkai
RM Lima Serangkai terletak di Nologaten tak terlalu jauh dari Yayasan Pondok Pesantren Wahid Hasyim.
Rumah makan ini menjual masakan Batak seperti RM Tapian Nauli dan RM Rura Silindung tapi beda aliran. Yang ini modelnya model karo atau yang di kota lain biasa dikenal sebagai BPK, Babi Panggang Karo.

Rumah Makan Lima Serangkai / Serangkai Lima. Dulu aku sering banget makan di sini. Babi Panggang Karo-nya jawara!
Potongan dagingnya berbeda, rasa sausnya juga berbeda lebih pekat, lebih pedas dan? ada sayurnya!
Kalau kalian baca tulisanku tentang meninggalnya Bang Ucok, aku cukup telat tahu bahwa beliau meninggal ya karena sejak aku mengenal Lima Serangkai, frekuensi kunjunganku ke Bang Ucok menurun drastis!
Terakhir kali aku ke sana, Juni 2016 yang lalu, saat hendak membayar makanan, si ibu penjual masih ingat aku padahal pertemuanku sebelumnya dengannya terjadi 2008, delapan tahun sebelumnya.
Hal ini selaras dengan kabar yang disampaikan Mas Ison bahwa Mas Yoes pun ingat ketika ia memperlihatkan fotoku. Aku tak tahu apa yang membuat mereka ingat kepadaku karena wajah dan tubuhku tak lagi sama dengan dulu. Atau mungkin auraku yang semakin mem-babi meski semoga tak buta ini? Aku tak tahu!
Matur nuwun mas dv…ojo kelalen mampir ….jenengan babi,ayam,nopo campur..he he salam …berkah dalem
Haha referensi nya lawas… Harus diupdate… Babi cedhak fasco mansion, babi racing online, berkah dalem papringan, bpk kledokan, etc…
Jangan lupa kalau ke wonogiri mampir rumah saya mas, ibu saya juga warungan jualan rica babi, tapi babi hutan a.k.a Celeng. Mungkin ibu saya satu2 nya penjual rica babi alas di kares solo dan DIY lebih dr 15 tahun bakulan iwak celeng ?
Wah banyak juga koleksi pork di Jogja hahaha