• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Pertimbangan logika

19 Mei 2010 47 Komentar

Aku percaya bahwa dalam setiap hal yang menjadi keputusan di dunia ini, harus selalu ada alasan yang logis dibaliknya atau setidaknya, bisa didekati dengan pendekatan logika hingga kita tahu kenapa keputusan tersebut pada akhirnya ada.
Beberapa waktu lalu, melalui sebuah surat elektronik, aku mendapat tawaran kerja di sebuah perusahaan yang tak pernah kuduga sebelumnya akan bersentuhan denganku: adult material site.?Adult material site? Yup, situs khusus dewasa yang kebanyakan memang ber-referensi pada situs porno.
Tawaran tersebut sejatinya sangatlah menggiurkan.
Gajinya boleh dibilang besar, jauh lebih besar dari apa yang kuterima sekarang. Letak kantornya juga strategis, tak jauh dari pusat keramaian kota dan tak memakan waktu lama pula jika ditempuh perjalanan dari rumah tempatku tinggal saat ini. Jam kerjanya pun aduhai. Aku tak perlu ngantor dari pagi hingga sore; mereka membebaskanku memilih jam kerja sesukaku karena selama aku bisa menyelesaikan apa yang seharusnya diselesaikan dalam tenggat waktu yang ditentukan, waktu tak lagi jadi kendala.
Terkait dengan kesediaanku, si pemberi kerja memberiku waktu selama seminggu untuk berpikir dan memutuskan apakah aku akan menerima pekerjaan itu atau mempersilakan sang pemilik perusahaan mencari developer lainnya.
Sebenarnya, tak perlu menunggu satu minggu, dalam hitungan menit pun aku sudah memiliki jawaban yaitu, aku tak menerimanya.
Dosa adalah alasan terbesarku, akan tetapi berhenti pada alasan itu saja tanpa menjelaskan “kenapa hingga berujung dosa?” juga merupakan ‘dosa besar’ bagi kemanusiaan kita karena itu sama saja dengan mengingkari bahwa kita pun sanggup berpikir logis untuk menyaring sesuatu dilihat dari sisi baik buruknya, kan?
Jadi, berikut ini adalah runtutan proses logis yang terjadi hingga pada akhirnya bermuara pada satu statemen yang singkat serta padat, dosa.
Aku membayangkan, anggaplah aku menerima pekerjaan itu, maka aku pasti larut dalam pekerjaan dan mencintainya mengingat segala kemudahan-kemudahan yang ditawarkan. Selain itu, sebagai manusia dan lelaki normal, bekerja di bidang yang sangat ‘mbokep’ itu pasti akan menyenangkan kan? :)
Mengingat sifat gila kerja jika sudah menghadapi sesuatu yang kusuka, bisa kupastikan waktu untuk keluargaku akan semakin berkurang. Dengan berbagai macam alasan, aku pasti akan semakin ‘jauh’ dari anak serta istriku, terlebih gaji besar yang tentu akan cukup kuat untuk membangun tameng yang bertajuk “Demi dapur yang mengepul dan cita-cita yang kita impikan sejak sebelum nikah!”
Namun karena aku punya istri yang cerdas yang tak hanya tinggal diam ketika menghadapi sesuatu yang hilang keseimbangannya, ia pasti akan mulai berteriak dan memintaku untuk tetap menjaga perhatian ke keluargaku.
Awalnya barangkali aku akan tersadar dan menyatakan tobat, tapi tak lama, karena godaan sekaligus himpitan hidup, aku pasti lama-lama akan pula ‘tersadar’ bahwa pekerjaan tempatku bekerja menawarkan solusi yang lebih hebat dan menjadi tempat berlindung dari amukan istriku. Maka, bukannya kembali ke jalan yang benar, lama kelamaan, aku justru pasti akan berpikir bahwa hidup dengan mencintai pekerjaan yang menyenangkan dan mencukupkan adalah lebih berharga ketimbang harus menghadapi keluarga lengkap dengan istri yang tak pernah diam. Belum lagi kalau, ah… sang foto model yang fotonya kerap kukerjakan lantas kukenal akrab, kami bergaul dan dia bisa kugauli dengan mudah?
Apalagi yang tak bisa kucapai dalam dunia ini lantas?
Pada saat itu, bisa kupastikan bahwa cara pandangku terhadap hidup dan kehidupan akan telah bergeser yang semula menganggap hal yang tak lumrah adalah sesuatu yang harus dijauhi, tapi kemudian sejak saat itu, lambat laun aku akan menganggap bahwa semua hal yang tak lumrah bisa jadi lumrah selagi ada alasannya. Lalu kejadian demi kejadian yang serupa akan kualami hingga pada satu titik yang berujung pada penyesalan yang masih bagus jika datangnya tak terlampau lambat, tapi kalau sudah terlambat, yang ada hanyalah seruan-seruan memanggil nama Tuhan yang tak berkesudahan, bukan?
Oleh karena serangkaian bayangan di atas itulah, aku lantas mengirimkan surat elektronik kepada si pemberi pekerjaan tak lama setelah aku menerimanya.
Dengan tetap menggunakan kata-kata santun kukatakan kepadanya bahwa tawaran pekerjaannya sangatlah menggiurkan tapi sayangnya bertentangan dengan prinsip yang kuanut dan kuperjuangkan selama ini.
Satu tantangan dan sekaligus pertentangan berhasil kulalui dan hidup hakikatnya adalah menghadapi tantangan-tantangan yang baru berbekal pengalaman menghadapi tantangan-tantangan yang kita lewati sebelumnya…

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Cetusan Ditag dengan:logika

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. wahyu mengatakan

    19 Mei 2010 pada 4:24 am

    tidak ada yang salah sebagai ‘developer’, tapi yang didevelope itu apa? ini sama seperti seorang jenderal tentara membelot menjadi jenderal teroris.. sama2 menggunakan keahliannya, tapi tujuannya g bener. well, daripada menanggung banyak beban (dosa, rasa bersalah, dsb), memang lebih baik mundur mas. toh gaji kan bukan segalanya. btw tu website kapan launchingnya ya? minta alamatnya dong .. hahahaha

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      19 Mei 2010 pada 10:00 pm

      Hehehehehe, alamatnya? Ada dechh :)

      Balas
  2. Dewa Bantal mengatakan

    19 Mei 2010 pada 5:01 am

    LOL, sangar…
    Berhubung kamu tolak tawarannya, alhasil artikel ini keluar.
    Andaikata kamu diam2 menerima tawaran itu… hmm… kira2 apa ya yang akan terjadi xD
    Godaan selingkuh memang gila ya Don… selamat datang di kota bule… >.<

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      19 Mei 2010 pada 10:02 pm

      Artikel ini keluar bukan karena aku menolak tawarannya saja, tapi lebih karena aku pengen berbagi :)
      Godaan selingkuh belum gila… :)

      Balas
      • Dewa Bantal mengatakan

        20 Mei 2010 pada 7:20 am

        Kamu yang selalu tutup mata terhadap godaan selingkuh, atau memang gak ada yang godain nih? hahaha..
        Gpp lah, bagus kamu tolak. Soalnya pasti ada kemungkinan dirimu tidak hanya akan berkutat dibelakang komputer sebagai developer, tapi juga ditawari jadi bintang bokep sekalian.
        Bayangkan kalau kamu main bokep… kalau sampe terjadi, sehari setelahnya pasti langsung kiamat :lol:

        Balas
  3. bukan detikcom mengatakan

    19 Mei 2010 pada 8:03 am

    selamat atas pilihannya kang….saya sendiri pernah dapat kasus serupa…bedanya tawarannya dari situs perjudian

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      19 Mei 2010 pada 10:02 pm

      Hehehehe, thanks…

      Balas
  4. yoseph wijaya mengatakan

    19 Mei 2010 pada 11:14 am

    salut….ditunggu seri selanjutnya….

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      19 Mei 2010 pada 10:03 pm

      Wah, semoga ngga ada lagi seri2 yang menyeramkan seperti ini, Bos:)

      Balas
      • yoseph mengatakan

        21 Mei 2010 pada 3:28 am

        setuju…maju terus Bung !

        Balas
  5. Bro Neo mengatakan

    19 Mei 2010 pada 12:09 pm

    salut atas pilihanmu, atas nilai nilai dan prinsip yang kamu perjuangkan
    dan sejujurnya akan sangat wagu kalau kamu bergumul dengan para model itu sementara ada el-shadai di kanan dan “yang belum kau hikayatkan” di kiri pusat pergumulan itu!!!
    tabik,

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      19 Mei 2010 pada 10:03 pm

      Hahahahha!
      Komentarmu, JUARAA!

      Balas
  6. imadewira mengatakan

    19 Mei 2010 pada 3:38 pm

    jujur saja, saya suka cara berpikir diatas, sangat logis dan sistematis. Jadi bukan hanya alasan “dosa” dan berhenti disitu, tapi ada penjelasan logis atas kata “dosa” tersebut.
    **mudah2an saya tidak salah menilai

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      19 Mei 2010 pada 10:07 pm

      Thanks.. memang itu pesan yang ingin kusampaikan lewat tulisan ini, Bli …

      Balas
  7. yasiin mengatakan

    19 Mei 2010 pada 8:49 pm

    Assalamu alaikum!
    saya salut atas keteguhan hati mas untuk menolak pekerjaan “menggiurkan” tersebut.
    mas masih sadar akan bahaya yang akan timbul nantinya. sungguh keberanian yang membanggakan. semoga mas tetap bertahan pada pendirian yang mulia.
    salam kenal mas.
    keep up the good mood!

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      19 Mei 2010 pada 10:08 pm

      Makasih, Mas..
      Mohon doa supaya saya bisa selalu tegar di jalur yang benar…
      Wassalam!

      Balas
  8. oglek mengatakan

    20 Mei 2010 pada 12:04 am

    wah kalo saya yang dapat tawaran kayak gitu sangat mungkin iman saya jebol :D. BTW, kok nggak dikasih URL-nya sih :mrgreen:

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Mei 2010 pada 3:39 pm

      Kamu jebol karena kamu belum dewasa hahaha :)

      Balas
  9. mascayo mengatakan

    20 Mei 2010 pada 1:59 am

    memiliki pondasi yang kuat terhadap segala kebenaran yang diyakini kadang tidak semua orang memiliki. Termasuk saya, masih harus belajar banyak untuk tidak sekedar seakan-akan tahu bahwa hal itu benar, tapi juga yakin bahwa itulah yang benar. Sehingga berani berkata tidak, untuk sesuatu yang memang tidak benar. (wish u all the best)

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Mei 2010 pada 3:39 pm

      Sip, Mas… kita ini sama-sama belajar kok.. belajar kehidupan

      Balas
  10. Arham mengatakan

    20 Mei 2010 pada 2:56 am

    Wah ini yang kusuka. ternyata tattoo yang membalut tubuh mas DV enggak sekadar pajangan. Selamat mas DV salut aku. smoga kalau ada yang menawari seupa aku sanggup menghindari tantangan eh cobaan yang seperti ituh

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Mei 2010 pada 3:41 pm

      Hehehe aku sempat baca berulang-ulang komentarmu … kupikir awalnya nggak nyambung.. ternyata AMAT DALAM! :)
      Thanks sob :)

      Balas
  11. fekhi mengatakan

    20 Mei 2010 pada 6:16 am

    hihihi sorry don, komentarnya jadi melenceng
    aku jadi mikir pertimbangan logika si miyabi tuh gimana ya :))
    apalagi skrg katanya udah gak mau main film bokep lagi…
    selamat atas pilihanmu, tentunya sudah berdiskusi sama Pemilik dirimu :)

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Mei 2010 pada 3:41 pm

      Diskusi dengan Pemilik Diriku ya melalu pergumulan yang kuceritakan di atas itu, Fem :)

      Balas
      • fekhi mengatakan

        20 Mei 2010 pada 8:14 pm

        yupe, yupe…
        wise people will be rich in everything, don’t worry hehehe

        Balas
  12. nanaharmanto mengatakan

    21 Mei 2010 pada 1:09 am

    Aku salut karo kowe Don…
    gaji besar dan waktu kerja yang aduhai tak lantas membuatmu memilih pekerjaan itu. Aku yakin, pilihanmu itu yang paling tepat… :)

    Balas
    • Sungkowoastro mengatakan

      21 Mei 2010 pada 3:06 am

      Keputusan Om Donny sebagai keputusan dari kebiasaan yang banyak orang hindari. Di Indonesia, kini, (faktanya) orang lebih banyak memilih yang Om Donny tolak. Apa buktinya? Telah banyak orang -terlebih pejabat- yang karena tergiur “hidup subur dan makmur” menerima tawaran-tawaran untuk kolusi, korupsi, manipaulasi, nepotisme, dan sejenisnya. Salut, Om! Salam kekerabatan.

      Balas
      • Donny Verdian mengatakan

        21 Mei 2010 pada 3:55 pm

        Makasih Pak, semoga saya bisa selalu mengedepankan nurani ketimbang duniawi :)

        Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      21 Mei 2010 pada 3:54 pm

      @Nana: Makasih Na :) Semoga memang demikian…

      Balas
  13. Ria mengatakan

    21 Mei 2010 pada 12:36 am

    Hidup adalah tantangan Mas, Apa yang di depan memang tergantung bagaimana kita menghadapinya hari ini :)

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      21 Mei 2010 pada 12:17 pm

      Betul, Dik…
      Sebisa mungkin menjaga semuanya tetap baik sejak semula, right ? :)
      Selamat bekerja!

      Balas
  14. Susan Noerina mengatakan

    21 Mei 2010 pada 10:42 am

    Selamat yah Mas telah mengatakan ‘tidak’ paad sesuatu yang menggiurkan (gaji besar, akses kepada hal2 bokep sangat luas). pada akhirnya memang iman dan keluarga menjadi tameng utama dalam mengahdapi godaan2 duniawi

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      21 Mei 2010 pada 3:55 pm

      Iman dan keluarga memang tameng, Mbak Susan.. tapi menurutku, yang lebih penting dari itu adalah niatan untuk menjadikan iman dan keluarga itu menjadi tameng..:)
      Smoga Anda ngga bingung dengan balasan saya ini hehehe

      Balas
  15. julianusginting mengatakan

    21 Mei 2010 pada 12:28 pm

    mmhh..logika…memang wajib semuanya pake logika…hehehe

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      21 Mei 2010 pada 3:56 pm

      mmmm…

      Balas
  16. digital nikon camera mengatakan

    21 Mei 2010 pada 7:44 pm

    berat banget mas topik nya….
    hehehe….
    salam kenal….

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      21 Mei 2010 pada 11:02 pm

      Ah ngga juga, Mas :)

      Balas
  17. Zaiful Anwar mengatakan

    21 Mei 2010 pada 7:58 pm

    Salam kenal mas.
    Sebauh tawaran yang sangatlah mengiurkan
    Saya salut dengan penolakannya dan pola pikirnya kedepan.

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      21 Mei 2010 pada 11:03 pm

      Thanks.
      Salam kenal juga, Mas Zaiful :)

      Balas
  18. sawali tuhusetya mengatakan

    22 Mei 2010 pada 2:26 am

    sebuah pilihan yang tepat, mas don. seandainya tawaran “menggiurkan” itu diterima, hmmm … bisa2 mas don ndak pernah lagi pulang ke indonesia, hehe ….

    Balas
  19. Ceritaeka mengatakan

    22 Mei 2010 pada 2:40 am

    Salut buat prinsip yg terus dipegang teguh :)

    Balas
  20. hanifilham mengatakan

    22 Mei 2010 pada 2:37 am

    saya jadi bingung mas, begitu potensialnya sampai ditawari bekerja disitus tersebut, hehe,,, mungkin kalau laki2 bujangan sudah menerimanya tanpa berpikir terlalu lama, (mungkin loh) hehe.

    Balas
  21. krismariana mengatakan

    25 Mei 2010 pada 7:20 pm

    gaji besar memang iming2 yang menggiurkan ya don. tapi aku ingat kata salah seorang temanku, mendingan gaji sedikit daripada melakukan pekerjaan yg tidak sesuai dg hati nurani…

    Balas
  22. genthokelir mengatakan

    28 Mei 2010 pada 10:48 pm

    hal hal ini seringkali aku mengalami ketika harus membagi antara ambisi dengan keluarga ….
    ra maido mas kita laki laki yang mengedepankan logika kadang harus di teriakin sama istri untuk mengingat keluarganya……
    beberapa waktu ini akupun seeperti sering mengabaikan keluarga tanpa mengerti kadang sakit kadang demam juga harus berobat tanpa aku didekatku namun po yo arep di tunggoni wae trus aku dadi kere heheheheheheh
    umpomo salah yo sithik kan mas kikikikikik

    Balas
  23. edratna mengatakan

    3 Juni 2010 pada 10:13 am

    Betul Don, pertimbangan untuk bekerja tak hanya dari tawaran gaji, namun juga suasana lingkungan kerja, tahapan karir yang jelas.
    Saya dulu lebih rinci lagi, apakah perusahaan itu akan berumur panjang, karena pada dasarnya saya malas gonta ganti pekerjaan…jika menyenangi sesuatu saya akan berjuang dan berusaha bekerja keras….
    Saya membebaskan untuk anak laki-laki ku dalam memilih pekerjaan, tapi saya diskusi panjang lebar dengan si bungsu, karena bagaimanapun seorang cewek haruslah bekerja dilingkungan yang baik, serta masih ada waktu untuk mengurs suami dan anak-anak nya nanti…gaji nomer dua, bukankah ada suami tercinta?

    Balas
  24. dekmarto mengatakan

    7 Juni 2010 pada 9:22 am

    heheheeeeeeeee….keputusan yg bijak….bukan baik lo…waakakaaaakakk

    Balas
  25. Naomi mengatakan

    30 Juni 2010 pada 6:16 am

    Salut n setuju banget :)
    Hal yg mirip seperti ini juga yg menjadi salah satu alasanku ngga mau kerja di perusahaan rokok…
    Ternyata, disadari maupun tidak, diakui maupun tidak, instansi / organisasi tempat kita kerja juga menjadi salah satu penyumbang identitas diri ya.

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT