Pada banyak hal (bahkan sepertinya hampir semua kecuali Tuhan) kita baru bisa percaya setelah kita melihatnya?
Pernah dengar pertanyaan sinis seorang begini, kan?
?Kamu suka bakso yang dijual keliling? Itu mas-mas penjualnya kalau pipis dimana ya? Cuci tangan nggak sesudah pipis dan sebelum menyajikan bakso mie kesukaanmu??
Bagiku, pertanyaan itu tak penting apalagi setelah menyesap aroma kuah baksonya.?Pada berapa banyak MSG yang dicampurkan, berapa gram borax pada tiap baksonya, berapa pengawet yang terpakai untuk mie nya saja aku tak peduli, apalagi pada bagaimana si penjual cuci tangan setelah kencing atau tidak?
Malah mungkin, kalau menurut pepatah, hal yang tak membunuhmu itu menguatkanmu, jangan-jangan aroma pipis dari tangan si penjual itu adalah penguat aroma dan rasa bakso yang ia jual? Siapa tahu?
Lagipula, ini yang terpenting, kita toh nggak ngeliat langsung bagaimana dia nggak cuci tangan setelah kencing, kan?
Beda lagi dengan Purwoko…anggaplah demikian namanya.
Ia bule, rekan sekerja, umurnya aku tak tahu berapa tapi kira-kira dia 20 tahun di atasku. Punya kepribadian yang sangat ramah, baik dan kebapakan. Memandangnya itu seperti punya saudara baru, paman baru di tanah ini.
Tapi ada satu moment yang akhirnya membuatku agak sedikit ? gimana ya ngomongnya, mencederai persahabatan sih tidak tapi lebih mendapat simpulan baru tentang sifat lainnya dia yang tersembunyi.
Jadi ceritanya aku sedang kebelet pipis lalu lari ke toilet.
Kalian tahu toilet cowok, kami menghadap ke tembok ketika sedang ?buang air kecil? sehingga tak memperhatikan apa yang terjadi di sekeliling selama ?acara? berlangsung.
Ketika masuk, kulihat Purwoko ada di sana, tentu sedang menghadap ke tembok, berpose khas pria dewasa buang air kecil, kedua tangan mengarahkan ?senjata? dan pandangan fokus ke depan, ke tembok.
Aku yang sudah sangat kebelet juga tak sempat menyapa langsung mengambil posisi yang berlawanan dengan dia.
Aku sudah merencanakan untuk ngobrol sejenak di wastafel ketika sedang sama-sama cuci tangan selepas kencing, tapi tak kusangka, begitu selesai, ia menutup risleting dan membenahi penampilannya lalu pergi begitu saja?.
Di titik itulah aku sadar, Purwoko ternyata tak mencuci tangan setelah buang air kecil.
Aku lantas flash back ke belakang, di hari pertama aku bertemu dengannya kami berjabat tangan? dan oh shit! berarti aku menjabat tangan orang yang nggak pernah cuci tangan sesudah pipis?
Lalu ketika kami mengadakan lunch bersama sebagai satu team dan oh.. pasti banyak sekali singgungan fisik tak melulu tangan dengan tangan.. tapi katakanlah tanganku dengan mouse yang ia biasa pakai ketika aku meminjam komputernya untuk membantu dia mengerjakan sisi IT desain-desainnya? bukankah itu berarti aku memegang barang yang juga telah terpegang olehnya?
Dan yang terakhir mari kita membahas inti dari persoalan yang kuyakin lebih menarik ketimbang berita copras-capres yang overload itu: perlukah kita sebenarnya mencuci tangan setelah kencing?
Satu-satunya alasan logis yang kutemukan di internet kenapa kita harus mencuci tangan adalah karena kamar mandi tempat kita kencing itu adalah sarang bakteri. Tapi persoalannya bagaimana kalau orang kencing tidak di kamar mandi, seperti Pak penjual bakso keliling yang kuceritakan di atas tadi?
Alasan lain biasanya, ?Kan jijik abis pegang-pegang titit?? kata titit merefer ke penis tentu saja??Mari berpikir, apa salah penis hingga ia dibilang menjijikkan? Ia tak ubahnya seperti anggota tubuh yang lain, malah jika dibandingkan dengan tangan yang kerap ngupil, memegang uang kertas atau kaki misalnya, bukankah penis itu lebih bersih? Lalu dimana jijiknya?
Tapi air kencing itu kan penuh bakteri?!
Ini sebenarnya lebih absurd lagi karena ketika kita kencing, tentu tangan kita, seperti kutulis tentang si Purwoko di atas, memegang penis dan bukannya memegang air kencing.
Lagipula, penelitian mengatakan bahwa air kencing itu adalah air steril? Nah, nggak percaya kan? Kamu belum percaya kalau tidak melihat kan? Lebih baik sepertiku, aku percaya meski belum pernah melihat hasil penelitian itu sendiri…
haha..aku pernah langganan bakso di kampungku yg emang enak.. tp begitu liat abang baksonya pipis di tembok trus nggak cuci tangan jadi ilfil
Habis ilfil masih mau makan baksonya lagi nggak?
Nggilani… :)
Yo ben :)
titit..
kata yg sudah jarang dipake
nek sing ra dong dikira sensor
hahaha…