Sherly adalah guru yang bekerja di tempatku belajar Bahasa Inggris beberapa bulan lamanya sebelum aku pindah ke Australia, dua setengah tahun silam.
Ia, seorang penduduk Amerika yang menikah dengan pria Jawa dan oleh karenanya tinggal di Jogja, berujar bahwa inti dari cara belajar bahasa Inggris adalah jangan menerjemahkan bahasa Inggris ke bahasa utamamu ataupun sebaliknya karena masing-masing bahasa memiliki karakteristik sendiri tentang bagaimana mengungkapkan segala sesuatunya ke dalam wujud kata yang terkadang jika dipaksa untuk diterjemahkan bulat-bulat justru akan menimbulkan silang makna yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Aku setuju dan sangat setuju dengannya!
Kalian belum setuju?
Ini buktinya! Coba simak foto-foto di bawah yang kuambil dari papan keterangan yang banyak ditempelkan di dinding kabin pesawat milik maskapai penerbangan kebanggaan kita, yang kutunggangi selama liburan ke Indonesia dan Hongkong serta Macau akhir tahun silam.
Sensor asap
Di kamar kecil dipasang sensor asap
Lavatory smoke detector installed
Salah? Tidak! Tapi apa tidak lebih baik jika ditulis sebagai:
“Kamar kecil ini dilengkapi sensor asap”
karena toh papan itu dituliskan di dalam kamar kecil jadi tak perlu kata penunjuk “Di” dan tergantikan dengan “ini”, bukan?
Bak air? Wastafel kali!
Untuk kepentingan penumpang lain mohon anda menyeka kembali bak air. Terimakasih
As a courtesy to the next passenger may we suggest that you use your towel to wipe off the wash basin. Thank you
Apa yang kau bayangkan tentang bak air? Kalau aku, bak air adalah besar dan bernama ember.
Atau kalau mau yang permanen, bak air ya bak kamar mandi dan bukannya wastafel mungil seperti yang ada di kamar kecil pesawat yang kutumpangi.
Basin memang bisa diartikan sebagai bak, tapi kalau pada kenyataannya adalah wastafel, kenapa ditulis sebagai bak?
Wipe barangkali juga boleh diterjemahkan sebagai “menyeka” tapi apakah kata itu tepat untuk mengartikan bahwa kita harus “membersihkan” wastafel.. eh bak, maksudnya?
Kalau aku, papan tersebut akan kuterjemahkan sebagai demikian:
“Demi kenyamanan bersama, mohon keringkan kembali wastafel setelah Anda memakainya.” Tak perlu embel-embel Terimakasih pulalah meski ada “Thank you” di sana.
Cidera
Untuk menghindari cidera jangan tinggalkan bayi sendirian diatas meja
To avoid injuries never leave the infant unattended on the nursing table
Cidera atau cedera?
Bayi dilepaskan?
Tempat bayi dilepaskan disimpan selama pesawat taxi, take off dan landing
baby bassinet to be removed and stowed during taxi, take off and landing
Oh my God! Kalau ini yang paling parah sepertinya…
Bassinet boleh diterjemahkan sebagai “tempat bayi” tapi kalau disatukan dengan “Tempat bayi dilepaskan” maka boleh dong kita beranggapan bahwa di situlah tempat bayi (kita) bisa dilepaskan? Kenapa… kenapa harus dilepaskan?
Lalu “pesawat taxi”?
Kenapa tak konsisten dengan menerjemahkan “bassinet” tapi tidak dengan “taxi”, “take off” dan “landing”? Atau barangkali sebenarnya ‘orang kita’ sebenernya sudah melek dengan Bahasa Inggris sehingga tak perlu lah diterjemahkan bagian-bagian itu?
Lha kalau demikian kenapa tak semuanya saja tak usah diterjemahkan ketimbang diterjemahkan dan malah membuat satu salah paham?
“Oh tapi ini kan soal nasionalisme, Bung!”
“Begitu? O well…”
Kalaupun harus diterjemahkan, aku rasa mereka masih memerlukan editor. Supaya bisa menyusun kalimat yang efisien dan tidak menyesatkan. :)
Boros uang bayar editor, Ris :)
hehehe itu sih bukan karena penerjemahnya saklek menterjemahkan semua bahasa Inggris ke bahasa Indonesia kata per kata, tapi bagiku memang penerjemahnya memang gak tahu bahasa Indonesia yang benar, atau sama sekali memang tidak menguasai bahasa Indonesia. jangan-jangan yang nerjemahin ke Indonesia itu bule lagi hahahaha…
Lebih tepatnya sok bule kali ya.. jadi sok kagak ngarti bahasa sendiri :)
aduh itu absurd sekali mas >.<
Yak, absurd tapi nyata :)
Setuju bung dengan nasionalisme (walaupun dengan catatan), karena bahasa menunjukan bangsa.
Ya gimana ya bung… mungkin karena kebanyakan orang Indonesia sering makan makanan kaleng* sama ayam goreng** kali…
* & **) seharusnya makanan kalengan, karena diterjemahkan dari canned food, canned merupakan kata sifat dari bentuk ketiga dalam Bhs. Inggris (past participle) yang memiliki makna yang di, yang sudah di, atau sebagai hasil pekerjaan/proses yang ditunjukan oleh kata dasar. Begitu pula ayam goreng seharusnya ayam gorengan. Pedoman penerjemahan ini seharusnya seperti terjemahan yang berlaku pada kata-kata processed foods = makanan olahan, selected readings = bacaan pilihan, smuggled goods = barang selundupan, dan sebagainya (disarikan dari handout kuliah jaman dulu)
Hahahah penjelasan ada “Jogja’ betul dan ilmiah sangat… thanks untuk memperkaya konten ini, Bung.
Apakabar? Dimana skarang?
translet e nganggo gugel translet mesti :P
Wekekeke.. nganggo kamus sing 5000 kata lan sebangsane sing kerep didol neng pinggir ndhalan kae lho, Nduk :)
Setuju bulat aku dengan tulisanmu ini, Don. Bahwa masing-masing bahasa memiliki karakteristiknya. Menerjemahkan berdasarkan susunan kata semata, akan memalingkan maknanya atau bahkan membuatnya rancu dan salah.
Aku sependapat dengan Fekhi tuh, kayaknya yang menerjemahkan bukan orang Indonesia, tapi bule yang baru belajar bahasa Indonesia, haha… (ini gaya ngeles khas Indonesia bukan?)
Hehe, betul Uda, makanya mending dihadirkan seperti aslinya atau ubah total ya! :)
jadinya…. pesawat, atau taxi ?
:P
ATAU! :)
Yg terakhir yang pesawat taxi itu yg paling parah. Aku heran waktu pertama kali baca, maksudnya apa ini ya?
Well apa yg dibilang Sherly itu benar banget, tiap bahasa pny karakter masing2.
Lha iya itu artinya nggak lama lagi akan ada taxi yang wujudnya pesawat terbang hihihi
saya setuju, memang kalo saling diterjemahkan satu sama lain hasilnya bisa seperti itu. Bikin bingung :o
Betul, Mas
Kalau yang seperti itu disebut nasionalisme, sepertinya pengertian nasionalisme yang salah kaprah :D
Boleh-boleh saja diterjemahkan, hanya cara menerjemahkannya saja yang kaku, tidak anggun, dan tidak luwes. Sepertinya yang menerjemahkan nggak pernah belajar bahasa. Kalau pun pernah, pasti dapet D waktu kuliah. Hihihi.
Wah, dikomentari DM… mimpi apa aku semalam :)
Tapi aku setuju denganmu, Dan… ra luwes babar blas..:)
masih mendinglah indo, cina ama vietnam lebih parah lagi..semuanya di translate..heee….
Dan hurufnya beda ya hehehehe
Barangkali ketika menerjemahkan tak hanya mengandalkan bahasa logika, ya Om, tapi perlu juga menempatkan bahasa perasaan.
Nah, ini komentar yang sangat baik, Pak! Makasih telah memperkaya konten ini dengan istilah baru ‘bahasa logika’ dan ‘bahasa perasaan’.
Anda juara!
Huahuahua…setuju Don
Mudah2an maskapai penerbangan kita baca tulisanmu Don.
Bahasa Inggris kalau diterjemahkan secara harafiah, jadi lucu, dan jadi panjang….hahaha.
Seperti kalau ngobrol dengan orang Malaysia, walau asal usulnya sama, dari bahasa Melayu, tapi saya lebih suka mendengarkan mereka bicara dalam bahasa Inggris daripada dengan bahasa Melayu…soalnya malah bingung..hehehe…
Saat saya nengok si sulung ke Brisbane beberapa tahun lalu, saya pake Qantas..lha bahasa yang digunakan pramugari mirip seperti naik Garuda…dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia…..Coba juga naik taksi, sopir taksi udah biasa dalam percakapan menggunakan istilah crowded dan istilah bahasa Inggris lain.
Saya tidak terlalu mahir dalam bahasa Inggris, tapi saya juga merasa terjemahan diatas agak aneh.
saya curiga penerjemahnya cuma pake Google Translator. hehe, parah banget dah.
salam kenal
Tulisan yang bikin aku ketawa pagi-pagi… :))
Di bandara Sultan Hasanudin, Makassar, aku menemukan banyak kesalahan terjemahan, parah… udah berapa tahun dibiarkan saja nggak ada yang tergerak memperbaiki. Misalnya toko perhiasan diterjemahkan pearl store. Bingung, mana sih sebetulnya yang akan diinformasikan. :p
Ngakak :))
translate tuh harus sesuai kontesk siy..
terjemahannya emang kacau tuh, hihi. sepakat sama komentarnya mas DM. teks itu tidak diterjemahkan secara profesional. :D
interesting! gak pernah bener2 memperhatikan terjemahannya:) Emang kalo menerjemahkan secara langsung kagak melihat konteksnya, alhasil jadinya begini ini hehehe…
Wastafel itu dari kosakata Belanda yang berarti “meja cuci”. Masyarakat Eropa jaman dahulu tidak mandi setiap hari karena belum ada central heating yang ngasih hot water 24/7. Kosakata ini sudah muncul jauh sebelum adanya pipewater yang mengalir ke rumah-rumah. Kalau mereka ingin membersihkan diri (wasser) mereka akan menempatkan sebuah bak kecil (basinet) di atas sebuah meja (tafel) – wastafel- dan mereka akan mengelap muka dan badan dengan sepotong kain -waslap-. Jadi airlinenya nggak salah, secara harfiah memang yang ada adalah “bak air”. Mungkin “tempat cuci tangan” adalah terjemahan yang lebih baik….mengingat basin itu memang untuk ‘wasser’ tapi zonder ‘tafel’.
Paling “mengerikan’ ya terjemahan pesawat taxi itu… bingung tenan aku…
Dulu waktu kuliah, ada makul Translation I (Ind-Inggris) dan II (Inggris-Indonesia). lebih susah menterjemahkan Bahasa Indonesia ke bahasa Inggris! intinya sih sama= jangan menterjemahkan kata per kata, lihat konteksnya dan cermat memilih kata… karena beda konteks bisa beda makna…
sip, hal2 kecil yg terkadang tak di lirik oleh blogger, salam kenal ya mas,,,
Di Yogya tu mas inget ra “Turn Left Go A head? alias belok kiri jalan terus yang kayak orang mara-mara hihihi. Dan…’A Head’?