
curah hujan di musim dingin yang tahun ini terpengaruh El Nino (sumber, klik di sini)
Tulisan lama bertajuk Persiapan Musim Dingin yang kutulis pada musim dingin pertamaku di Australia, 2009, sudah saatnya diperbaharui. Setelah tujuh tahun di Australia, aku merasa bahwa pengalamanku dalam menghadapi musim dingin membawa dinamika dari waktu ke waktu dan tidak ajeg.
Meski demikian, uraianku pada tulisan ini tak berarti menganulir tulisan pendahulu karena bagaimanapun juga, pengalaman seorang terhadap yang lain menghadapi musim dingin tentu berbeda.
Lagipula, tulisan Persiapan Musim Dingin itu telah diakses ribuan kali sejak pertama kali kurilis. Uniknya, ada beberapa reader baru yang mengenal situs ini dari membaca postingan itu.
Sebagian besar adalah mereka yang berencana berlibur saat musim dingin di luar negeri secara umum dan Australia secara khusus dan sedang mengumpulkan informasi-informasi terkait cuaca, suhu dan persiapan menghadapi musim dingin.
Malah ada juga mereka yang mencari info di blog ini melalui tulisan tersebut ketika mereka hendak bermigrasi ke negara kanguru ini. Wow banget, kan? Menjadi berguna bagi sesama meski untuk hal kecil seperti ini adalah sesuatu yang mengharukan sekaligus menyemangatiku untuk terus menulis dan berbagi informasi di sini.
OK, mari kita lanjut pembahasan…
Pada intinya, setelah tujuh tahun di sini, selain daya tahan tubuhku menguat menghadapi musim dingin, ada juga gejala alam (baca, perubahan alam) yang terjadi dan kadang membuat musim dingin jadi tak terlalu menentu dingin-hangatnya seperti yang diramalkan terjadi tahun ini saat gelombang hangat El Nino akan menerjang pantai timur Australia selama musim dingin dan akan menaikkan suhu sekian derajat lebih tinggi dari rata-rata selama ini.
Sweater
Nah, jika di tulisan itu aku menulis kaos, baju thermal, sweater dan jacket, pada pembaharuan ini aku akan mencoret dua diantaranya dan mempertahankan sweater sebagai lapisan terluar dan kaos pada lapisan dalamnya.
Hah?! Dua lapis saja untuk menghadapi musim dingin di Australia?
Yap! Dari sisi suhu udara, musim dingin di Sydney kalau boleh dirata-rata hanya 8 – 17 derajat celcius saja (sumber, wikipedia). Meski sesekali suhu nge-drop hingga di bawah lima derajat, tapi terkadang juga melonjak hingga sekitar 25 derajat.
Jadi, kalau aku tetap harus membawa jacket, sweater, kaos dan baju thermal, alih-alih aku merasa hangat, yang ada malah jadi overheat, berkeringat lalu aku mau-tak-mau membuka lapisan demi lapisan demi keringat yang mengering dan tiba-tiba terkena angin yang dingin lagi? dan hasil akhirnya, masuk angin!
Sweater yang kupilih tentu bukan sweater sembarangan.
Kebetulan beberapa waktu lalu aku membeli yang berbahan ringan (fleece) dan memiliki inovasi teknologi yang memungkinkan meski berbahan ringan dan tipis, tapi cukup hangat hingga suhu katakanlah 10 derajat celcius.
Alasan lain kenapa aku berani menggunakan dua lapis baju saat musim dingin adalah karena dengan jarak 2.5 kilometer dari rumah ke stasiun yang kutempuh tiap pagi dan sore, jika hawa mulai mendingin, yang bisa kulakukan untuk tetap menjaga kehangatan tubuh adalah dengan berjalan lebih cepat. Jadi, sambil menyelam, minum airlah! Sambil menjaga suhu tubuh, berolahragalah aku!
Ketika suhu mendadak menghangat, aku juga tinggal buka sweater dan lipat masukkan ke dalam tas dan sewaktu-waktu suhu menurun (seringnya demikian) kita tinggal pakai sweater lagi. Beres!
Baju thermal yang kutulis di tulisan silam bisa tetap kupakai untuk tidur, itung-itung ngirit biaya listrik untuk menyalakan heater.
Sedangkan jaket kulit yang pernah kubeli dengan harga tak murah, sesekali masih kupakai terutama kalau perlu tampil lebih baik atau kalau-kalau aku dapet rejeki seperti teman-teman blogger/traveller tanah air yang kerap pamer foto sedang melancong di Jepang atau Eropa dan Amerika. Siapa tahu kan? Heheheh?
Celana
JIka di tulisan lalu aku menuliskan celana thermal untuk melapis kaki sebelum mengenakan celana katun/jeans, kali ini aku tidak menyertakannya di dalam list persiapan musim dingin.
Alasannya sama dengan yang di atas, takut overheat terutama menghadapi suhu yang tak menentu.
Tapi alih-alih kubuang, celana thermal masih kupakai untuk celana tidur atau untuk melapisi kaki ketika aku sedang berolah raga di gym.
Sepatu dan Kaos Kaki

Ini adalah boot anti airku. Lapisan paling bawahnya adalah karet kedap air sedangkan pada bagian leher boot berbahan non karet yang menghangatkan.
Sepatu bulu/ ugg boot juga tak kuperlukan lagi kecuali untuk dikenakan di dalam rumah.
Setelah mengalami beberapa kali musim dingin, yang kuperlukan justru adalah sepasang kaos kaki super hangat plus boot anti air karena pada musim dingin, curah hujan di Sydney jauh lebih tinggi ketimbang di musim panas. (dari Wikipedia kudapat angka 79.8 – 132 mm.
Kaos kaki yang bagus tentu yang berbahan dasar wool yang tipis. Sedangkan boot anti air yang kumiliki sekarang adalah boot dengan tinggi hampir tiga perempat lutut yang memiliki model tak terlalu kaku sehingga meski tak hujan, sekadar untuk bersiap, ia tetap bisa kukenakan sebagai sepatu biasa sepanjang hari.
Syal dan?Beanie
Dua hal ini tetap kuperlukan selama musim dingin. Syal untuk menutup leher (kadang hingga agak naik ke telinga) terutama ketika angin berhembus dingin.
Beanie?a.k.a topi rapper juga kuperlukan terutama karena aku sedang sreg dengan model potongan gundul; membiarkannya terbuka selama di luaran tentu bukan ide yang menarik.
Yang kuubah dan kuperbaharui dari syal dan binnies adalah bahan bakunya. Sama dengan sweater yang kutulis di atas, syal dan binnies yang kupakai kini yang berbahan baku tipis namun tetap hangat sehingga ketika aku memutuskan untuk tak mengenakannya karena suhu berubah, aku tinggal memasukkannya ke tas atau bahkan ke kantong celana begitu saja.
Sarung Tangan
Sarung tangan tak kumasukkan lagi dalam daftar dengan alasan gampang: ribet!
Lagipula, dengan sweater yang bagus yang kumiliki, kalau tanganku kedinginan, tinggal kumasukkan ke dalam kantung kanguru-nya dan berjalan lebih cepat.
Oh ya, tempo hari istriku membelikan hand warmer tapi hingga kini belum kupakai. Hand warmer ini produk menarik yang bisa dipakai berulang-ulang dan dijual bebas di pasaran. Uniknya, hand warmer pertamaku justru pemberian dari Imelda Coutrier saat kami bertemu di Jakarta, beberapa tahun silam.
Bagaimana hand warmer bekerja dan berwujud? Coba buka link ini.
Heater
Heater tetaplah diperlukan terutama saat malam hari. Meski demikian, atas nama pengiritan listrik yang harga per satuannya tak pernah lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya, heater hanya kami nyalakan benar-benar saat dingin dan saat menjelang tidur.
Cara untuk mengirit penggunaan heater adalah dengan mengenakan selimut. Aku, Joyce dan Elodia, anak bungsuku gemar mengenakan selimut. Sayang, si Kakak, Odilia, anak pertamaku, tak senang kalau harus mengenakan selimut. Balik-baliknya…ya heater lagi :)
Tolak Angin, Jahe Wangi dan Pho maupun laksa
Aku pernah sangat tergantung pada Tolak Angin saat musim dingin tiba. Tapi karena di sini harganya tak murah, aku mulai mengurangi ketergantungan itu dengan menjaga badan sehangat mungkin setiap saat.
Kalaupun tanda-tanda masuk angin sudah muncul, hal yang kulakukan selain makin menghangatkan tubuh adalah dengan menyeruput minuman hangat entah itu teh atau kopi dan dicampuri Jahe Wangi yang juga makin mudah kudapat dari toko-toko oriental dan indonesian grocery.
Untuk mengusir angin dan dingin dari tubuh, jika sudah makin buruk, biasanya aku memesan laksa atau pho (vietnam noodle) di foodcourt kantor tapi tentu tak bisa terlampau sering karena harga per porsinya cukup mahal dan rasanya egois sekali kalau di kantor aku makan hangat seperti itu sementara anak-anak dan istri di rumah makan masakan rumahan biasa.
Pasangan
Jika di tulisan terdahulu aku menulis pasangan sebagai ?obat? pengusir dingin di musim dingin, tentu aku tak bisa menghilangkannya karena bagaimanapun itu adalah hal yang termanjur menghalau dingin terutama di tempat tidur.
Tapi sebagai pembaharuan, aku akan menambahkan tak hanya pasangan (istri) tapi juga anak-anak. Meminta anak-anak tidur satu ranjang dengan istri adalah pembawa kehangatan dalam dua macam makna baik itu hangat secara suhu karena kami saling berdekatan secara fisik, juga hangat secara suasana karena menjelang tidur, ada saja kelucuan-kelucuan anak-anak yang membuat suasana jadi hangat meski di suhu yang paling dingin sekalipun.
Aku menyebutnya cinta? cinta yang menghangatkan. Ada yang nggak setuju?
Aku agak sulit membayangkan hawa dingin saat musim dingin, Don, sementara di sini hawanya lagi panas-panasnya. Tapi karena kamu nyebutin poin Pasangan, aku jadi ingat, dulu kalau kami sekeluarga nginap di rumah Mbah Kung di lereng Gunung Gajah, aku selalu kedinginan kalau mau tidur. Akhirnya aku ndusel Bapak, Ibuk, dan masku. Jadilah kami tidur rame-rame. Memang lebih hangat sih. :))
Pasangan mah gak musim dingin gak musim panas, haha…
Memang tidur secara bersama itu menyenangkan tidak hanya hangat.