Yang penting tahu batasnya…

8 Jul 2016 | Cetusan

Aku tertarik betul dengan clip singkat yang menampilkan sosok seorang penggiat musik, Rudolf Dethu. Coba simak…

“Yang penting tahu batasnya,” ujar @rudolfdethu. Bagaimana dengan kamu? Bantu kami sebarkan #TahuBatasnya!

A video posted by BEERGEMBIRA (@beergembira) on Jun 28, 2016 at 11:56pm PDT

Pesan terkuat dari orang yang pernah semeja ?perjamuan? denganku di sebuah bar tua di The Rock, Sydney beberapa tahun yang lalu itu jelas, ?Kegiatan minum alkohol itu yang penting tahu batasnya.?

(Kalian bisa lihat beberapa video lain tentang kampanye #tahubatasnya dari beergembira dengan menengok akun instagramnya).

Tahu batas adalah tanda kedewasaan. Tidak merasa harus dibatasi atau membatasi, orang dewasa bisa melakukan swa-tindakan untuk mencegah diri sendiri ketika hendak keluar batas.

Aku bukan alkoholik tapi aku kenal alkohol sejak SMP.
Awalnya coba-coba dan namanya juga anak ingusan, belum tahu batas. Minum sebanyak-banyaknya, batasnya adalah kalau kita jadi tak sadar, batasnya adalah kalau paginya dimarahi Papa dan Mama, batasnya adalah kalau kawan-kawan memberitahuku tingkah-tingkah lucuku ketika tak tahu batas semalam?

Semakin besar, aku semakin tahu batas.

tahu batas

Tahu batas! Yang tak kutahu adalah batas ketampananku… wahahahaha…

Pindah ke Australia?
Makin tahu batasnya meski pernah suatu waktu aku lupa batasan!

Di sebuah pesta kantor yang digelar di kawasan elite Darling Harbour, alkohol disajikan seolah tanpa batas. Dalam acara-acara seperti itu aku bisa menenggak lebih dari 10 botol beer dan itu biasa…

Tapi semua jadi bencana saat aku memutuskan untuk mengambil segelas wine. Mencampur beer dan wine adalah harakiri dan pamali bagiku. Aku khilaf.

Benar saja!
Tak seberapa lama kemudian aku mabuk. Terkapar di atas meja saat acara masih berlangsung. Kepala pening tak keruan dan saat terbangun aku muntah di atas meja, di hadapan kawan-kawan kerja serta petinggi-petinggi perusahaan.

Senin pagi aku diundang ke ruang manajer. Ia tak sendiri, hadir pula manajernya. Mereka mengungkapkan hal yang separuhnya memalukan tapi separuhnya lagi kusyukuri betul.

Aku seharusnya mendapat peringatan keras resmi dari kantor atas perbuatan tak tahu batasku dalam pesta kantor malam itu dan aku menerima. Mau gimana lagi, memang salahku tak tahu batas!

Tapi karena mengingat prestasi kerjaku yang menurut mereka luar biasa, surat peringatan itu disilang di depanku, aku diberi kesempatan sekali lagi. Mereka sambil tersenyum hanya berpesan, ?Lain kali, tahu batas!?

Sejak saat itu, kalau tak kepepet betul, aku tak pernah minum alkohol. Kalaupun harus, batasanku hanya dua botol atau segelas wine lalu sudah, lalu pulang. Harus pulang kalau tak mau kelewat batas lagi.

blog_tahuBatasNya_01

Bersyukur hingga kini, lima tahun sesudah kejadian itu, aku bisa mengerem dan makin mengerti batasanku. Aku semakin dewasa.

Jadi kalian mau dewasa?
Kalian harus tahu batasannya karena orang-orang yang tak dewasa adalah orang-orang yang tak tahu batas. Ketidaktahuan terhadap batas terkadang muncul karena dimanjakan oleh aturan-aturan yang membatasi diri.

Contohnya? Ya Aturan anti minuman keras!?Untuk apa ada aturan seperti itu? Alih-alih mewujudkan generasi resik, yang ada justru generasi yang mati menenggak oplosan dan generasi munafik yang tetap minum alkohol walau diam-diam.

Mana bisa dewasa?

Orang miskin mati minum oplosan,
Politisi busuk mabuk kekuasaan,
Bangsa munafik koruptor jancuk,
orang miskin kok dilarang mabuk
(Orang Miskin Dilarang Mabuk – Libertaria)

Sebarluaskan!

1 Komentar

  1. “Yang penting tahu batasnya”, dibold, italic, plus underline. Dicontohkan dengan alkohol, diimplementasikan ke dalam berbagai hal :)

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.