Pengorbanan

21 Okt 2010 | Cetusan

Semalam, Odilia demam.
Meski tak terlalu parah, tapi hal itu cukup membuat kami, aku dan Joyce, istriku, kalang kabut. Pada akhirnya, kami memang memberikan obat penurun panas dan berhasil menurunkan demamnya secara permanen. Tapi yang hendak kuceritakan di sini adalah proses yang terjadi sebelum keputusan untuk memberi obat itu kami pilih.
Seorang teman, beberapa bulan lalu berujar bahwa saat anak mengalami demam, usirlah panas tubuhnya dengan cara ‘mentransfer’ demam itu ke tubuh kita.
Kami lantas mencoba melakukan hal yang sama. Odilia kami lucuti baju dan celananya, lalu dalam keadaan setengah telanjang (tinggal mengenakan nappy) kami tidurkan? di atas tubuh Joyce yang juga tak berpakaian.? Istriku lantas memeluk Odilia untuk beberapa puluh menit lamanya. Ajaib, berangsur-angsur panas tubuhnya benar-benar ‘berpindah’ dari Odilia ke Joyce. Ia tak lagi demam tapi sebaliknya, Joyce, tubuhnya menghangat dan matanya memanas.
Hal yang menarik yang bisa kuambil dari peristiwa di atas adalah bahwa ternyata, ada satu kondisi tertentu dimana insting untuk berkorban demi orang yang kita sayangi itu muncul dengan sendirinya.
Ini adalah hal yang benar-benar baru bagi kami.
Ketika aku mencoba untuk berpikir menjadi istriku yang rela untuk ‘ditransferi’ panas itu, aku berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang luar biasa! Ada satu penggerak yang bisa mengecualikan kondisi terburuk sekalipun untuk ditimpakan ke diri kita atas nama orang lain.
Semangat untuk berkorban bagiku bukanlah satu kemampuan yang bisa kita pelajari tapi lebih pada sebuah efek terhadap satu hal yang terjadi; yang memicu timbulnya pengorbanan itu tadi. Layaknya keringat yang keluar dari tubuh kita tatkala kita melakukan olah badan, bagiku semangat rela berkorban akan keluar dengan sendirinya karena kita melakukan kegiatan mencintai orang yang kita bela; kita cintai.
Oleh karenanya, pengorbanan bersifat sangat subyektif; sangat bergantung pada orang yang berkorban dan tak peduli pada mereka yang melihat pengorbanan bahkan pada orang yang dibela dengan pengorbanan itu sendiri. Berpijak dari situ, kuyakin bahwa pengorbanan kepada pihak yang salah adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi karena subyektivitas itu tadi; sementara berkorban dengan cara yang salah… adalah jamak adanya!
Dalam konteks yang lebih luas sering kita lihat dan dengar bagaimana sebondongan orang melakukan tindak anarkis dan semena-mena terhadap manusia lain hanya demi membela Tuhan dan agama. Malah tak jarang mereka rela berkorban bahkan mengorbankan diri dan hidupnya sendiri demi sesuatu yang mereka yakini sebagai Tuhan dan agama itu tadi.
Salahkah? Tidak!
Karena seperti yang kubilang di atas, pengorbanan bersifat sangat pribadi; subyektif.
Akan tetapi, begitukah cara membela Tuhan dan agama mereka? Sebetulnya hal inipun masih dalam kerangka yang subyektif pula. Akan tetapi ketika ekses dari pengorbanan itu telah merugikan orang lain,? tentu hukum obyektif yang harusnya ambil peranan, bukan hukum Tuhan yang sayangnya sangat subyektif itu.
Dengan pertimbangan di atas itulah pada akhirnya aku meminta istriku untuk berhenti membiarkan tubuhnya ‘ditransferi’ panas tubuh Odilia.
Pemikiranku simple, meski pengorbanan adalah haknya, namun efek itu dapat memicu perpindahan panas tubuh kepada dirinya dan apabila ia sakit lalu siapa yang harus mengurus Odilia sementara aku masih harus bekerja?
Pada akhirnya aku memilih untuk mengorbankan uang sekian dollar untuk membeli obat penurun demam anak-anak. Lebih baik bagiku untuk mengorbankan uang yang ‘tak seberapa’ ketimbang melihat dua mutiara hatiku itu mentransfer dan ditransferi demam.
Pengorbanan juga butuh prioritas… Prioritas tentang apa yang harus dikorbankan terlebih dulu…

Sebarluaskan!

33 Komentar

  1. Transfer ‘demam’ seperti itu memang menarik Mas.
    Bahkan ketika badan kita menghangat karena demam setelah menerima ‘demam’ dari orang yang kita kasihi, namun rasanya sangat puas karena orang yang kita kasihi sudah tidak lagi sakit.

    Balas
    • Bisa jadi alternatif yah mas :)

      Balas
  2. sebenarnya tidak usah saling bertelanjang jg bisa, Don.
    Tubuh wanita itu dipercaya memiliki kemampuan untuk mengubah suhu anaknya.
    Jika dalam kondisi kegerahan pun, si Anak tetap merasakan kenyamanan ketika dalam pelukan Bundanya.

    Balas
    • Hanya tubuh wanita sajakah?

      Balas
      • Entahlah..aku cuma baca dari Detik.Com ..

        Balas
  3. Pertimbangan yang sangat logis.. meskipun dengan memindahkan sakit itu bisa mengurangi sakit si kecil, tapi kalau ibunya sakit ya sama saja.
    Semoga sekarang semuanya sehat selalu, kalau si kecil sakit memang pikiran rasanya benar2 tidak tenang.

    Balas
  4. untuk keadaan darurat memang transfer panas itu perlu. kemungkinan ini memang metode sebelum manusia modern mengenal obat-obatan.
    tetapi karena di zaman sekarang sakit panas itu banyak penyebabnya, maka aku bilang hal tersebut hanya dapat dilakukan secara darurat, misalnya pas obat belum ada di rumah dan harus dibeli dulu.
    sedikit OOT, obat anak-anak aku selalu ready, tetapi kalau sudah disimpan di rumah nyaris 6 bulan tanpa dikonsumsi sampai habis biasanya sudah aku buang. Nah pada masa itu biasanya kalau anak sakit kita terpaksa harus ke toko obat dulu, pada saat itulah anak diterapi dengan pengobatan darurat (termasuk kompres kepala itu kan salah satu transfer panas).
    dan kalau sudah 3 hari panas masih tidak turun secara signifikan, di Indonesia ini kudu ke dokter. cek darah hehehe… entah kalau di sana :)
    semua itu pengorbanan, malah ada yang rela gak masuk kerja untuk mengecek suhu panas anak.
    suka tulisannya :)

    Balas
    • Wah kalau untuk yg ini “kalau sudah 3 hari panas masih tidak turun secara signifikan, di Indonesia ini kudu ke dokter. cek darah” itu bukan di INdonesia mba.. soalnya di tempat ku tak demikian.. biasanya sudah paham kalau panas jadi ngak perlu ke dokter, makanya langsung ke warung..

      Balas
      • Lho kok k warung? Beli obat maksudnya? :)
        Mas Arham,
        Betul kata mba fekhi, kalau udah bicara pengorbanan untuk anak, ibu rela berbuat apa saja. Saya sering juga terpaksa cuti, hanya karena anak saya tiba2 panas. Langsung cemas, dan tiap setengah jam cek tensi :)).

        Balas
        • Memang kasih ibu ….:)

          Balas
  5. wah, ilmune podo astho noh! tapi yang di-peluk magic jar!

    Balas
  6. Nice story Don…..dpt ilmu juga ni..gua malah ga tau kalo ternyata panas gitu bisa ditransfer…tapi wise decision at the end kalo Joyce sakit sami mawon ga ada yg jaga Odi juga…..moga2 dua2nya sekarang dah sembuh…GBU all ^^

    Balas
  7. “sementara berkorban dengan cara yang salah? adalah jamak adanya!” .. agh..frase yang ini langsung menarik perhatian saya.
    apa kabar mas don, semoga baik2 saja sekeluarga.

    Balas
  8. terima kasih atas informasinya… sangat informatif dan perlu dicoba dirumah don… nice writing.

    Balas
  9. Yang aku mau tanya, apakah setelah transfer panas.. apakah medium panas akan terkena penyakit(demam) juga mas? atau hanya panas tubuh saja

    Balas
  10. Hi Mas DV, maap baru main kesini lagi. Abis mudik neh sebulan, dan sempet kena virus males ngeblog, jadi yah gituh deh.
    Syukur deh kalo Odi udah sehat lagi. Kalo Zahia demam, gw hajar pake ASI Mas (kebetulan Zahia masih nenen). Alhamdulillah biasanya 1 ato 2 hari udah sembuh, ga demam lagi. Belom pernah nyoba tuh transfer panas seperti yang istri Mas lakukan.
    Tapi gw sepakat dengan Mas, daripada sua2nya sakit (anak & istri), yah bagus pake cara yang lebih ‘aman’, yaitu dengan obat. Well, sehat memang menjadi prioritas utama :-)

    Balas
  11. Saya baru tahu ada transfer demam ini….dan lumayan efektif ya…
    Disini ada kunyit nggak Don?
    Agar jika anak demam, suhunya tidak tinggi, seminggu sekali anakku diberi parutan kunyit dan madu, satu sendok makan….seminggu sekali. Alhamdulillah tak pernah sampai panas tinggi…..

    Balas
  12. betul betul betul
    bapak yg baik :D
    lam kenal ya om

    Balas
  13. he eh, cara transfer demam kek gimana yah?

    Balas
  14. wa, ini bener2 info baru buat saya, mas don. sudah punya tiga anak, tetapi sekali pun kami belum pernah melakukan proses transfer demam seperti itu. hmm … tentang mereka yang suka berkoar2 membela Tuhan dan agama, gimana gitu, loh, lha wong Tuhan dan agama itu sama sekali tak pernah butuh utk dibela, kok.

    Balas
  15. memang seharusnya ada saat dimana kita berkorban. Prioritas mestilah ada.

    Balas
  16. kalo kondisi kita sedang sehat biasanya gak ikut ketularan, tapi memang bagaimanapun kita sudah tergantung dengan obat2an medis dan itu memang lebih cepat.

    Balas
  17. saya baru tau nih ilmu transfer mentransfer…ternyata bukan cuma di rekening bank..
    maklumlah baru saja berkeluarga dan bersyukur mendapat ilmu mantep macam ini..

    Balas
  18. Transfer panas lewat tubuh bisa dilakukan oleh siapa saja (kepada siapa saja). Prinsipnya hanya, tubuh bayi yang panas akan memindahkan panasnya kepada tubuh orang lain yang lebih dingin.
    Tetapi bayi (anak) tentu secara naluriah, karena merasa tak nyaman akibat demam tentu akan lebih merasa nyaman kalau yang memeluknya adalah orang tuanya (ibu lebih baik bila bayi lebih akrab dengannya dibanding dengan ayah).
    Jadi adalah suatu hal yang alamiah ketika bayi atau anak selalu pingin digendong ketika tidak enak badan (kelihatan lebih rewel).
    Tulisan yang menarik.

    Balas
  19. aku baru tau ada transfer2 gini mas…
    tapi pilihanmu tepat, karena kalo odi sembuh dan mbak joyce sakit yang harus ngurus odi dan mamanya dirimu hehehehehehe…

    Balas
  20. Kemarin aku sudah baca ini di bb. Tp waktu komen, malah kepencet … uda capek2 ngetik..
    Aku mo bilang apa ya? Hahahaa…
    Dulu waktu Vay demam tinggi itu, aku juga pernah buka baju gitu lalu saling berdekapan. Tp gak mempan, entah yaa… mungkin karena demamnya sudah kelewat tinggi.
    Kalau aku lihat, mungkin istrimu sedang kurang fit juga kemarin itu, ya mungkin krn stress dan kepikiran mikir Odelia panas ya, jadilah waktu transfer panas itu malah doi yang badannya panas. Ada cara lain sih sebenarnya, jadi bayi bisa dikompres dengan air hangat-hangat kuku… kompres seluruh badan termasuk wajah. Kemarin yg vaya masuk RS itu Don, kan gitu kita pindah RS dari RS Bunda ke RS PIK, ternyata anakku kembali panas. Sama susternya, tubuh vaya dikompres dengan waslap hangat yg ada sabunnya sedikit (sekalian mandi gitulah..)…. eh setelah itu panasnya hilang. Memang sih setelah itu kalau tidak segera dikasih obat penurun demam or perbanyak cairan, bisa demam lagi, tapi itu menolong sekali lho Don. Kejadian itu membuka mataku juga, bahwa gak melulu body to body yg bisa menurunkan panas anak… Jadi bisa dikau coba nanti kalau Odelia panas lagi ya.

    Balas
  21. aku baru ngerti ono transfer panas….iso to?
    ya pengorbanan juga harus liat-liat sikon yo…jangan asal berkorban tapi ra ngerti piye piyene…yo ra? :)

    Balas
  22. aku pernah mendengar hal serupa dan melihat penuturan sampean yang ada dalam benak saya adalah naluri untuk berkorban untuk orang yang kita cintai namun memang saat tertentu jadi terasa konyol jika sebenarnya ada solusi yang lain mas ning yo aku maklum aku sendiri nek melihat anak ku mriyang sok ngomong* duh mbak mending aku opo ibumu sing loro nak* padahal kalo aku atau istri saya yang sakit trus piye jal hahahaha
    so kadang kita main perasaan bukan logika saat menghadapi hal seperti ini

    Balas
  23. OMG…pakai transfer mentransfer. Langsung kasih paracetamol nggak nunggu lama-lama pasti langsung turun. One more thing : baby kalau demam harus di keep cool and aerated. Bisa jadi badannya Odi terasa cooler karena temperaturenya Joyce semakin naik karena ditambah body heatnya Odi, BUKAN karena Odi makin sembuh. Please, untuk urusan baby yang reasonable aja…jangan diklenik. One more thing…: beli obat untuk baby adalah keharusan BUKAN pengorbanan. From one parent to another… Peace, Bro…!!!

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.