Penggembokan Rok Pramu Pijat Untuk Menghindari Prostitusi, Efektifkah?

4 Apr 2008 | Cetusan

Wah, bolehnya para pemimpin negeri ini mengatur moral warga negaranya semangkin hari kok semangkin terasa giat ya? Hebat betul!

gembokSetelah beberapa waktu yang lalu orang banyak diributkan tentang pemblokiran situs web porno di dunia maya, sekarang di dunia nyata, sesuatu yang lebih ekstrim pun terjadi.
Di timur tanah Jawa, tepatnya di kawasan Batu, Malang, mulai saat ini para pemijat wanita yang bekerja di panti-panti pijat dianjurkan untuk mengenakan gembok yang mengunci celana dalam serta rok yang dikenakan. Hal ini dilakukan agar image Batu sebagai kota pariwisata tidak dikotori dengan praktek sebagian panti pijat yang diduga melakukan praktek esek-esek terselubung.
Memang baru anjuran, tapi kata petinggi pamong di sana, hal ini nantinya akan dilegalkan menjadi kebijakan pemkot yang tertuang dalam peraturan walikota.

Saat pertama kali membaca berita tersebut saya jadi geli sendiri!
Satu hal yang pertama kali melintas dalam pikiran saya adalah bagaimana nanti repotnya para pemijat itu harus mengenakan gembok yang otomatis akan sulit misalnya ketika ia harus buang air entah itu kecil maupun besar. Atau ketika ia mendadak terserang gatal yang tak tertahankan, bagaimana ia harus menggaruknya, dan yang paling ekstrim, bagaimana lagi kalau ia mendadak kedatangan bulan dan lupa mengenakan pembalut terlebih dahulu? Walah, kalau sampai membekas kan ia bakalan ndak laku memijat bukan karena tidak bisa diapa-apain oleh pelanggan tapi lebih karena pelanggan merasa jijik melihat sesuatu yang basah dan merah tergambar jelas di celananya?

Saya pribadi, seperti halnya sebagian besar warga yang mendiami negara yang terkenal dengan kesantunan, agama serta tatanan moralnya yang baik ini, jelas menolak prostitusi!
Tapi kalau saya diberi waktu untuk berbicara dan bertindak sebagai pemimpin, tentu saya tidak akan otomatis melakukan hal-hal seperti itu.
Saya cenderung akan memilih jalan yang efektif dan takkan menilai satu permasalahan dari sisi per detailnya, justru bagaimana membuat satu keputusan yang bersifat top-down, mengatasi masalah hingga ke akar-akarnya.

Maksudnya begini, sebelum mereka memutuskan penggunaan gembok tersebut, seharusnya mereka men-dekonstruksi-kan permasalah tentang “bagaimana memuaskan nafsu seks lelaki?” atau “bagaimana lelaki dapat terpuaskan kebutuhan seksual-nya?”
Apa mereka tak memikirkan bahwa pada dasarnya syahwat lelaki itu tak melulu hanya bisa diselesaikan dengan organ kewanitaan yang tersembunyi di balik celana dalam serta rok tersebut ?
Mereka lupa bahwa mulut, tangan, buah dada, bahkan konon buah mentimun serta tomat pun bisa memuaskan hasrat kaum pria.
Sehingga ketika satu “markas besar” tergembok, toh masih ada “tangsi-tangsi lain”, ada alternatif-alternatif lain yang bisa dijadikan penyelesaian?
Ingat kan akan bunyi pepatah tiada rotan, akar pun jadi?

Justru yang saya takutkan, ketika organ kewanitaan itu tergembok dari luar, pada akhirnya para pelaku pasar prostitusi yang jeli akan menciptakan strata-strata komoditi esek-esek yang baru.
Jangan kaget kalau nanti pada perkembangannya akan muncul istilah Paket Hemat (Pahe) dimana kalau kita menyewa jasa penyelesaian dengan menggunakan mulut akan lebih mahal ketimbang paket tangan. Atau misalnya paket combo tangan plus mulut akan lebih mahal ketimbang paket combo tomat serta sabun dan timun yang harganya akan selalu turun naik tergantung harga kiloan buah-buah tersebut?
Atau barangkali akan ada paket termahal yaitu paket “Intelejen Dobrak Kunci” dimana mereka akan memanfaatkan jasa ahli pembuat kunci untuk bertindak laksana intel di film-film membuka paksa gembok tersebut denga kelihaiannya. Kalau sudah seperti itu, apa lah arti sebuah gembok, bukan?

Jadi, saya tidak menyoroti tentang benar-salahnya keputusan penggunaan gembok tersebut, melainkan lebih pada “Jangan tanggung-tanggung atau tidak sama sekali!”
Kalau memang berniat menghentikan prostitusi ya jangan cuma memanfaatkan gembok saja! Itu sama saja membuang air ke atas pasir tho?
Pikirkanlah tentang satu sistem yang lebih hebat daripada itu sehingga tercipta satu tatanan masyarakat yang benar-benar bersih dari prostitusi dengan apapun yang diatasnamakan di dalamnya.
Meski kalau saya boleh bertanya, memangnya ada wilayah di dunia yang benar-benar tak ada praktik prostitusi sama sekali ?

Gambar diambil dari sini.

Sebarluaskan!

8 Komentar

  1. Jadi inget film Robin Hood: Men In Tights, dengan gemboknya si Maid Marian. Jangan2 idenya diambil dari situ..

    Balas
  2. Hehehe.. nggak Mon!
    Yang gw takutnya ide itu datang dari istrinya yang ngambek dan pake gembok ketika tidur malam hari, menghindari tuntutan jatah kaum suami :)

    Balas
  3. 1) Akan terjadi lonjakan konsumen pampers ;p

    2) Walikotanya sedang ngincer periode jabatan berikutnya. Cuma gebrakannya kelewat populer… (atau malah nggak populer sama sekali? Hehehe!).

    Balas
  4. Jadi nggak usah pake alesan sakit kepala lagi dong Don :D

    Balas
  5. yang pasti harga tomat, ketimun dan terong bakalan mahal dipasaran melebihi minyak goreng dan kedele ya doon…

    Balas
  6. @ Windy:
    Itu harga standar di Pasar Minggu, ndi… :-P

    Balas
  7. aku manusia aku juga perempuan

    sebagai manusia aku kehilangan hakku hanya karena aku perempuan.
    sebagai perempuan aku inferior hanya karena aku dianggap pelengkap.
    rahim ku dianggap hanya sebagai alat prokreasi mereka.

    kata mereka aku adalah makhluk kelas dua.
    mereka konstruksikan 1001 hal yang boleh aku lakukan dan yang tak boleh aku lakukan.
    aku menjadi jalang ketika aku sadar hak atas tubuh ku.
    mereka panggilku ku liar hanya karena aku mendobrak konstruksi sosial yang mereka tuliskan untuk ku.
    nilaiku hanya diukur dari keperawananku.

    padahal… aku sebagai perempuan, hanya bahan objek mereka, ketika aku memutuskan menjadi subjek… aku bersalah

    mereka wajibkan aku menutup auratku… agar mereka, tidak terangsang melihatku… bodoh…
    mengapa tidak mereka saja yang mencongkel matanya atau membersihkan otaknya?

    mereka menyunat klitorisku agar aku tidak menjadi binal katanya… lucu…
    apakah aku tidak berhak menikmati kenikmatan seksual sama seperti mereka?

    ketika aku harus menafkahi keluarga ku dan aku hanya mempunyai satu pilihan…
    mereka menggembok celana dalam ku… tolol…
    kenapa kau tidak potong saja penis mereka yang datang… agar mereka tidak menyuruhku mengoral mereka ketika tahu celana dalam ku digembok?

    mengapa kau memberi mereka hak untuk berpoligami… menyakitiku dan anak-anakku…
    lalu aku, sebagai perempuan, tidak punya hak poliandri

    mereka berhak atas pekerjaan yang bersifat publik, sedangkan aku, hanya berhak pekerjaan yang bersifat domestik.

    selalu ada pertanyaan tertinggal… mengapa mereka dan mana hak ku?

    jangan kau lupa sesuatu…

    aku perempuan aku juga makhluk yang Tuhan sama seperti mereka.
    mereka bisa menekanku bahkan membunuhku,
    tapi tak kan kubiarkan mereka merampas hak atas tubuh ku…

    aku sadar tubuh ini adalah milikku bukan milik ayahku/suamiku/kakak laki-lakiku… dan sepenuhnya… tubuh ini adalah hak ku !
    sekali lagi kuteriakkan dimuka mu… aku perempuan aku juga manusia
    (salamku untuk budaya patriarki)

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.