Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya.
(Roma 10:4)
Hari ini Gereja Katolik di seluruh dunia memperingati pertobatan Paulus. Paulus menduduki peranan penting sebagai rasul yang ada setelah Yesus naik ke surga. Ia mengabarkan Kabar Baik tak hanya di daerah Yahudi tapi juga di tempat-tempat lain. Tulisan-tulisannya lalu disatukan dalam kitab apostolik yang biasanya kita dengar pada Bacaan Kedua perayaan ekaristi mingguan.
Dulunya bernama Saulus. Ia adalah salah satu petinggi pasukan yang turun tangan langsung untuk mengejar para pengikut Kristus yang dibahasakannya sebagai ?pengikut Jalan Tuhan.? Ia bahkan berada di tempat dimana Stefanus, martir pertama, dirajam hingga mati.
Tapi Tuhan mau menggunakannya.
Di tengah jalan menulu Damsyik, melalui cahaya yang membutakan untuk sementara waktu, Yesus bertanya, ?Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?? Saulus bertobat. Ia mengubah nama jadi Paulus, dibaptis dan bekerja untuk Allah hingga mati.
Apa yang bisa kita pelajari dari pertobatan Paulus? Banyak, tapi kalau boleh mengintisarikan, beberapa poin di bawah semoga bisa kita jadikan tuntunan bagi kita untuk lebih dekat kepada Tuhan.
#1 PengampunanNya yang menyelamatkan
Kisah Paulus membuat kita tahu dan semakin yakin bahwa tidak ada titik terjauh dariNya untuk membuat kita tak bisa kembali!
Seberdosa apapun, Tuhan itu mengampuni. Sesalah apapun, Tuhan menerima. Syaratnya kita mau mengakui kesalahan, menyesali serta berjanji untuk tidak berbuat dosa lagi. Kita harus punya hati untuk kembali!
Kadang kita merasa sudah terlanjur babak belur oleh dosa. Misalnya kita berselingkuh dengan orang lain, mengkhianati istri/suami kita. Tentu itu adalah dosa besar karena melalui sakramen pernikahan, kita dipersatukan Tuhan.
Adakah Tuhan mau mengampuni kita? Tentu! Tapi pertanyaannya beranikah kita mengaku salah kepada pasangan yang tersakiti?
?Wah, jangan Don! Nanti bisa berabe, Bro! Boro-boro diampuni yang ada malah diceraiin!?
Nah!
Bagaimana mungkin kamu berani mengaku salah kepada Tuhan tapi menyiapkan sebuah dosa yang lain yaitu tak jujur dan bohong kepada pasangan? Mengakulah dan tempatkan resiko terburuk itu sebagai silih yang harus kamu tanggung, toh Tuhan sudah mengampuni kita.
#2 Memanfaatkan momentum titik balik
Dalam kisah Paulus, kita diberi kesempatan melihat bagaimana momentum untuk berbalik arah itu terjadi pada dirinya. Ia dibuat buta, ia disadarkan lalu ia sadar dan berbalik arah menjadi penginjil.
Melalui kacamata duniawi, kejadian yang menimpa Paulus saat ia dibutakan membuat kita merasa kasihan karena ia celaka. Tapi melalui kacamata iman, kita tahu kejadian itu justru momentum titik baliknya.
Mari kita belajar untuk tak hanya memandang setiap hal yang terjadi dalam hidup ini dalam kacamata duniawi saja tapi juga dalam rentang iman kita kepadaNya.
Setiap hal yang terjadi, baik yang menyenangkan maupun yang memilukan, sejatinya membawa pesan dariNya untuk kita. Semakin kita merendahkan diri, semakin kita dibuatNya mengerti bahwa tak ada pesan yang lebih kuat selain kita diajak untuk bersyukur dan semakin dekat padaNya.
#3 ?Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku??
Seorang pastor dari paroki lokal pernah berkata dalam homilinya yang menarik, ?Sesungguhnya kita dengan segala dosa-dosa kita, tak pernah menurunkan Yesus dari salib!?
Mengkontemplasikan apa yang terjadi saat Saulus dibuat buta dan Yesus berkata ?Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?? mengantarkan kita untuk berpikir bahwa setiap kita berbuat dosa, hal yang membuat menyesal adalah karena kita tak ingin memperpanjang penganiayaan terhadapNya.
Kita harusnya sudah selesai dengan dosa karena sudah tertebus sejak dua ribu tahun silam?
Sydney, 25 Januari 2018
0 Komentar