Partner

26 Feb 2016 | Australia

Ketika kamu bertemu seorang ibu menggendong anak, pertanyaan yang mungkin muncul secara spontan adalah,

?Bapaknya lagi kerja ya, Bu??

Atau sebaliknya, kalau ada seorang bapak jalan bersama anak kecil, pertanyaan kalian biasanya,

?Duh lucu anaknya. Ibunya lagi shopping??

Akankah pertanyaan-pertanyaan itu berlaku di Australia sini?

Tidak!
Pertanyaan yang paling cocok diajukan pada mereka terutama yang tidak kita kenal adalah dengan tidak bertanya apapun. Jangan kepo!

Kalaupun harus bertanya, meski sangat jarang, yang awam adalah, ?Where?s your partner??

Dimana partnermu?
Ya. Partner adalah pilihan kata yang paling awam digunakan di sini. Kenapa? Partner memiliki arti lugas tanpa membawa embel-embel konotatif lainnya.

Di negara sekuler seperti Australia ini, seorang tak harus menikah untuk tinggal bersama.

Seorang tak harus punya istri/suami untuk punya anak. Bahkan seorang yang tinggal dengan pasangan sejenis boleh tinggal bersama dan untuk punya anak dengan cara memanfaatkan donor sperma maupun pinjam rahim (surrogate).

Jadi kalau ada seorang pria membawa anak, ia tidak harus memiliki istri karena bisa jadi ia sudah bercerai, ia tidak pernah menikah, atau ia menikah tapi dengan pasangan homoseksualnya.

Demikian juga ketika ada wanita menggandeng anak. Bisa jadi ia tak pernah menikah, atau ia mendapatkan anaknya dari pacarnya atau menikah dengan pasangan homoseksualnya lalu punya anak dari asupan sperma kawan baiknya.

Hidup yang semakin kompleks dewasa ini membuat pilihan hidup bertambah lipatannya dan kita harus pandai-pandai menyikapinya setidaknya dari cara kita mengenali dan menghargainya.

Tentu tak perlu setuju dengan pandangan mereka tapi tentu perlu setuju untuk tidak kepo dan menghargai pilihan orang. Masing-masing orang punya kehendak bebas untuk berpandangan beda dan menempuh jalur yang beda dengan yang kita yakini sebagai sesuatu yang paling benar sekalipun.

Serba sulit tapi inilah hidup dan penyadaran akan hal itu adalah manusiawi. Ibarat kata, di tengah kita ada banyak semak-semak, kalau kita merasa diri kita adalah benih yang unggul, tampakkanlah keunggulan itu di antara semak belukar yang ada. Atau justru malah sebenarnya kita yang lebih belukar ketimbang mereka dan kedatangan kita meracuni atau tidak membuat mereka lebih baik dari yang dikodratkan Tuhan sekalipun?

Who knows!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.