Paman Tyo adalah ikon blogosphere Indonesia.
Kehadirannya tidak memaksakan timbulnya efek bombastis seperti halnya beberapa ?seleb-blog? yang baik disengaja atau tidak mengesan kebombastisan. Ia hanya seorang pejalan biasa, tapi langkahnya orisinal, mudah dikenali pejalan lain tapi sangat tak mudah untuk diikuti apalagi ditiru.
Ia hanya seorang pejalan biasa, tapi langkahnya orisinal…
Tulisannya jarang bahkan mungkin tak pernah mengangkat tema yang sifatnya ?headline?, tapi dikemas dan disajikan secara apik sehingga ketika kita selesai membacanya, ada sensasi semacam ?Gotcha!?, ?Ah, bener juga kata Paman!? atau kalau kata alm Umar Kayam dalam bukunya, ?Touche!?
Sayang, ia memutuskan untuk tak memperpanjang domain name tempat blognya bernaung, blogombal.org. Sosoknya menghilang begitu saja setelah pun di linimasa akun twitternya dibiarkan senyap sejak medio 2011 silam.
Lalu banyak orang mencari-cari kemana dan kenapa Paman, tapi tak banyak yang tahu apa yang ia kerjakan saat ini dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi karena memang beliau benar-benar menghilang.
Di titik inilah aku tertantang untuk menyingkapnya.
Sebagai salah satu penggemar catatan-catatannya, aku memberanikan diri menulis email pertengahan Juli lalu.
Gayung bersambut, ia menyetujui bahkan menyarankan untuk tak mengirim list pertanyaan, ?Kalau bisa chatting sekalian biar ada dinamika pertanyaannya!? ujarnya.
Respon yang sangat semanak itu sebenarnya juga sudah kutebak karena meski belum pernah bertemu muka, tapi beberapa kali kami berkomunikasi via telpon ataupun via pihak ketiga, Pak Didinu, ketika aku mengunggah artikel yang berisi interview dengannya, konon naskahku dibaca dan dilengkapi juga oleh Paman Tyo yang adalah rekan sejawatnya.
Lalu sekali tempo sesudah itu, kami pun berinteraksi via chat box, sesuatu yang konon tak pernah ia lakukan terhadap ?media lain? sebelumnya. ?Khusus untukmu!? katanya.
Kok dulu bisa ngeblog?
Karena kecelakaan!
Kok bisa?
Gini…
Awal 2000-an aku bikin blog buat alumni angkatan jurusan di kampus sebagai kepanjangan milis supaya mereka nggak nulis panjang di milis.?Tapi karena blog itu nggak berkelanjutan, maka aku teruskan sendiri, Catatan Gombal namanya dan jadilah Blogombal di Blogdrive: gombal.blogdrive.com. Dari sana muncul blog label, kartu remi, dan seterusnya.
Man, latar belakangmu kan cetak sementara blog ini digital. Aku tahu banyak orang bilang ‘Ah, cuma beda medianya!’ tapi aku yakin Paman punya jawaban lain apa yang membedakan blog dari diari cetak selain ‘Ah, cuma beda medianya!’ saja?
Memang beda.
Sejauh aku tahu jarang orang menjadikan media cetak sebagai penerbitan personal karena ongkos produksi dan distribusi yang mahal. Pernah ada sih di Jogja, zaman prablog, orang yang bikin newsletter dikirim via post.
Nah, media digital memberi keleluasan untuk penerbitan personal karena ongkos produksinya praktis murah bahkan kalau blog gratisan ya bisa benar-benar gratis.
Itu saja atau ada yang lain lagi?
Soal isi… kalau ngeblog, isi menjadi tanggung jawab blogger.?Dulu aku di media cetak kan gak mungkin nulis semaunya karena aku “institusionalized person” sementara blog memberikan kemerdekaan karena memang aku tak berdiri di atas satu institusi manapun kecuali diri sendiri. Memang ada sejumlah rambu yang aku bikin sendiri untuk blogku dalam hubungannya dengan pekerjaanku.
Apa saja rambumu itu?
Pertama. ?Blog itu personal, tanggung jawabnya pribadi si blogger. Makanya dulu aku bikin “disklamer” dlm footer.
Kedua, etika kekaryawanan berlaku di blog, misalnya jangan ngobral masalah kantor (hubungan dengan kolega, juragan, dan soal dinas internal) di blog…
Ketiga, jangan ada konfllik konten dengan majalah yang aku urus. Maksudku bukan cuma beda isi, tapi aku menjaga diri membahas konten yang bersinggungan apalagi merugikan majalahku.
?karena aku bangkrut, gak bisa membiayai semua domain dan hosting, sampai akhirnya semua kedaluwarsa dan domain lepas.
Tempo hari RSS feeder-ku memberikan notifikasi bahwa blogombal, blogmu itu, update lagi! Tapi yang mengagetkan, tak ada lagi namamu di sana, tergantikan seorang yang mengaku sebagai Korean Geek Girl, Omara Baljin! Domainmu hilang? Kamu memutuskan untuk berhenti ngeblog?
Nah ini!
Gini…karena aku bangkrut, gak bisa membiayai semua domain dan hosting, sampai akhirnya semua kedaluwarsa dan domain lepas.
Simpel kan? Maksudku simpel dari sisi urusan sewa domain dan hosting. Dari sisiku pribadi ya gak simpel. Aku kehilangan kontenku. Kalo aku sudah mati sih biar saja, karena gak nyari arsip pribadi lagi
Kenapa kamu bangkrut?
Bangkrut karena sumber pendapatan kian menipis, lalu habis, dan tabungan terkuras. Simpel to? Lha ngeblog kan gak menghasilkan uang. Buat jalan-jalan perlu duit. Minimal bayar angkot dan jajan Selain uang ya energi. Lebih penting energinya buat kerja daripada ngeblog.
Masuk akal semua kan?
Aku sebenernya masih tergelitik dengan alasan bangkrut, Man. Kalaupun memang tak ada uang, kenapa tak coba mengalihkan hobi ngeblog ini ke yg gratisan?
Tadi aku bilang masalahnya bukan “cuma uang”, tapi energi dan kesempatan. Dulu rasanya berlebih sehingga feed antyo.rentjoko.net seperti kebanjiran, dan gara-gara itu Facebook sempat curiga karena ada aktivitas ngeblog setinggi aku sehingga kena banned. Alasan FB masuk akal, aku simpulkan mereka gak mau kebanjiran sampah.
Dari sisiku, importing feed dari FB aku hentikan karena nggak sopan: aku banjiri konten tapi nggak berinteraksi, padahal FB buat berinteraksi. Kasihan orang yang nge-Like dan komentar padahal aku nggak ada di sana. Bagi FB, mereka kan butuh trafik, bukan penyampah. Di Twitter aku nggak ngetwit otomatis, karena bisa mengganggu linimasa. Lain halnya kalo akun yang aku pake memang buat searah, bukan buat interaksi, cuma jadi pengganti RSS feed, sehingga orang baca karena mem-follow atau nge-list, bukan aku paksa membaca (emang sih mereka bisa nge-mute). Ini soal kepatutan saja, bukan soal teknologi.
Tapi meski blogombal sudah tak kau miliki lagi, banyak rekan menyodorkan Beritagar sebagai referensi, “Kalau-kalau kamu kangen tulisannya Paman Tyo!”?Bagaimana menurutmu?
Beritagar bukan penerbitan pribadiku. Bahwa ada warnaku di sana, terutama topik tertentu dan belakangan infografis serta ilustrasi, ya apa boleh buat. Itu karena awak kami sedikit. Tapi itu wajar, semua media sebagai wadah kolaboratif terbentuk dan tumbuh karena kontribusi awak redaksinya. Makin banyak awak makin bagus sehingga adukan kimiawi konten lebih kaya.
Emang sih ada kritik via japri, bahwa beberapa isi Beritagar bergaya Antyo. Nanti lama-lama kan tidak.
Kamu tidak aktif di Twitter padahal dulu iya. Kenapa?
Tweet terakhirku Mei 2011, perkawinan si @tikabanget. Setelah itu berhenti, sebetulnya tidak mendadak. Ada prosesnya… Mau tau?
Twitter untuk konversasi kadang juga bikin sejumlah orang gak sabaran.
Mauuuu
Pangkalnya adalah interaksi yang melelahkan. Follow banyak akun (bukan pakai list) membuatku keteteran. Semuanya begitu cepat, sehingga kayak dipaksa mantengin gadget nonstop. Sampai-sampai dalam perjalanan, kalo gak nyetir, gak bisa liat kanan-kiri buat mengenali kota :D.
Twitter untuk konversasi kadang juga bikin sejumlah orang gak sabaran. Dia tanya hari ini, aku jawab besok, dia sudah lupa nanya apa bahkan marah merasa nggak diperhatikan.?Maka salah satu cara hemat waktu aku mulai hanya baca yang mention aku lalu akhirnya hanya baca DM (Direct message -red).
Setelah mention dan DM berkurang, aku rehat dari Twitter. Fade away… meski nanti bisa saja kembali ngetwit kalau sudah bisa mengelola waktu lebih bijak.
Di FB hampir sama, bikin kewalahan karena salahku sendiri terlalu ramah, mengiyakan semua ajakan berteman sehingga rasanya jadi tidak sopan kalo tidak membalas respon dan reaksi orang. Lebih gak sopan lagi kalau di dunia nyata gak berteman beneran. Maka sebelum menemukan kiat bijak mengelola waktu, aku kurangi aktivitas di FB. Mungkin nanti aktif lagi
Ngga tertarik jadi buzzer? Kamu punya kapabilitas untuk itu lho?
Bukan gak tertarik tapi karena nggak paham caranya.
Apa kamu pikir buzzer yang sekarang banyak betertebaran itu awalnya paham caranya?
Oh terima kasih atas pencerahan ini!
Hahahaha!
Kangen dengan gaya penulisan serta isi blog Paman yang satu ini, ya kalau memang mandheg ngeblog, setidaknya tetap jadi DJ Melon lah hihihihi. Man…Paman…aku masih punya utang nraktir bakso President lho~ #eh
ah ya, saya adalah salah seorang di antara beberapa manusia yang kangen tulisan paman. *sedih
aku termasuk yg gak kangen soalnya bs ketemu hampir setiap minggu walau hanya u ngobrol dikit hahahahaha~
Sempat berapa kali bertemu dan berbincang dengan Paman, walau tidak terlalu dekat tapi kesan kebersahajaan dan keramahannya melekat. Pun dalam tulisan2nya yang simpel tapi mengena. Kangen buka blognya Paman….
baca wawancara dengan Paman ini, aku dapatkan banyak bahan renungan, seperti ketika menyimak tulisan-tulisan beliau.. setiap diksinya sarat makna. dalem..
Aku sedih baca ini, don :(
Bicara ama paman itu, bicara soal proses :)
selalu menyenangkan..
Dulu aku beberapa kali mengikuti blognya Paman Tyo.
Yah… ternyata sekarang sudah bangkrut ya. :(
Ahhh seru. Aku sampe gak kedip bacanya. Tapi kapan hari aku sempet liat paman di deket cafe safari situ sih. Masih sehat banget beliau… Kangen baca tulisan-tuisan Paman Tyo.. :)
tulisan dalem, nyentrik, potograper BB yg keren, temen ngopi yg hebat (semalam ngopi di tiga tempat berbeda) :))
Ah mister “I’m Not Your Uncle” aku kangen :))
Ah, kangen tulisan-tulisan Paman.
Ini sedikit mengobati rasa itu. terima kasih mas Don
Jadi beneran gak diperpanjang domainnya? Sayang sekali…
Sayang emang…
Kangen juga. Sedih.
Dulu pernah ketemu sekali di Senayan City. Paman ke mall cuma pakai kaos dan celana pendek. Cuek banget orangnya. :)
Betul. Seorang begawan memang meski cuek seperti beliau… :)
Paman Tyo masih hutang… hutang ke @DesaPonjong yang konon mau dijadikan tempat bersinggah… dan @DesaPonjong juga sudah menyiapkan Ubo Rampe Nasi Goreng Terlezeat Se Asia Tenggara… kalau nggak percaya yaa coba aja sendiri ;)
Wekekeke… saingan sama SBY, katanya ada warung soto terenak se Asia Tenggara di Pacitan :)
Hiks.
Setelah sekian lama tidak blogwalking dan tidak terhubung internet, tertegun blog-nya Paman hilang.
Sedih bin kangen. Blogwalking karena rindu, sedih karena tiada.
Hiks.
Makasih Bung untuk postingannya.
Menjadi paham; memang masuk akal tapi tetap terasa kehilangan.
Hiks.
Sama-sama… sama-sama makasihnya dan sama-sama kehilangannya sosok blog milik Paman Tyo :)
Ah, paman…saya belum sempat ngangsu kawruh.
Terima kasih banyak untuk Mas Don, tulisannya sedikit mengobati rasa penasaran saya.
Sama-sama, Ipung…
gue yakin dari sekian banyak pembaca blog paman tyo ini ada mau urunan untuk hosting dan domain.
*kurang puas sama jawaban: bangkrut
Hehehe, waktu itu udah gw tawarin Bro tapi kuyakin alasannya lebih dari itu :)
Thanks udah mampir, apakabar?
kabar, ya standar.. ehehh
iya pasti alasannya ada yang lebih ‘besar’ dari itu.
Wah, dulu sa menjadi salah satu orang yang paling sedih setelah blogombal diambil sama si Omara Baljin itu.. Ah, rasanya nggak rela…
baca wawancara dengan Paman ini, aku dapatkan banyak bahan renungan, seperti ketika menyimak tulisan-tulisan beliau.. setiap diksinya sarat makna dalem banget
Akhirnya saya tersesat ke laman ini karena giringan skoyndembik.wordpress.com. Barusan tautan laman ini saya masukkan ke dalam catatan kaki di posting Mengapa Saya Ngeblog Lagi.
Terima kasih yang tulus untuk Donny dan para komentator. 🙏🍎
Siap, Man. Iya ini wawancara dulu waktu kamu barusan keluar dari ‘sana’