Orang kaya dan kekayaan mereka yang patut kita syukuri. Kok bisa?

14 Agu 2018 | Kabar Baik

Dalam Kabar Baik hari ini diceritakan bagaimana orang-orang mencari Yesus. Mereka bahkan rela menyeberangi danau semalam-malaman.

Kenapa? Ada apa?
Menurut Yesus, mereka mencariNya bukan karena melihat tanda-tanda melainkan karena mereka telah makan roti dan kenyang. (Yoh 6:26) Orang-orang yang menyeberang itu adalah sebagian dari lima ribu orang yang dikenyangkan Yesus hanya dengan lima roti dan dua ikan.

Apa yang bisa direnungkan dari situ?
Bagiku cerita tadi mengkonfirmasi bahwa Yesus itu tahu betul sifat alamiah manusia bahwa kita ini butuh makan supaya kenyang, butuh bukti supaya teryakinkan demi percaya dan mencariNya.

Salahkah bersikap demikian?
Menurutku tidak! Pada dasarnya manusia ya seperti itu, percaya karena melihat, mencari karena dikenyangkan. Kalau malaikat yang melakukan seperti itu, baru kita bisa bilang salah karena malaikat tak berdaging lagi tak bernafsu.

Persoalan sebenarnya bukan salah-benar. Persoalannya adalah ada tingkatan/kelas yang lebih tinggi dari sekadar mencari dan percaya karena kenyang dan melihat bukti. Tingkatan itu adalah seperti yang dikatakan Yesus di bawah ini,

?Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.? (lih. Yoh 6:29)

Banyak saudara-saudari kita yang datang dari strata sosial ?atas? yang begitu patuh dalam beragama dan tunduk terhadap iman. Mereka aktif di Gereja, mereka menonjol di acara-acara bina iman kategorial.

Suatu waktu kawanku mempertanyakan hal itu kepadaku, ?Andai kawan-kawanmu itu tak kaya adakah mereka seaktif sekarang, Don??

Nyinyir! batinku. Tapi karena aku tak ingin menghakimi maka biarlah penghakiman itu berhenti dalam pemikiranku saja hahaha?

Tapi apa yang dikatakan kawanku tadi sungguh menarik! Adakah kekayaan yang membuat mereka seperti sekarang, beriman dan beragama? Kalau tak kaya, adakah mereka aktif di Gereja? Jangan-jangan aktif di toko dan tempat usaha?

Bagiku dan barangkali ini kontroversial, namun jika memang demikian adanya, betapa kita patut bersyukur atas kekayaan mereka itu! Kenapa? Yang pertama karena kekayaan membuat mereka sadar akan Tuhan yang memberi. Kalau hal ini benar maka kekayaan telah berhasil melakukan tugasnya dengan amat baik yaitu menjadi sarana untuk memuliakan Tuhan!

Kedua, kekayaan mereka bisa memotivasi kita untuk memperoleh strata hidup yang lebih baik pula. Kenapa? Dari cara mereka mengungkapkan perasaan iman mereka, kita jadi tersemangati! Siapa tahu ketika kita lebih kaya dari sekarang, akan lebih pula ungkapan iman kita kepadaNya? Lagipula, menjadi lebih kaya itu kan lebih baik daripada hidup pas-pasan selama semua kekayaan kita dapat secara baik adanya?

Lalu kalau sudah kaya? Atau? jangan-jangan kamu sudah kaya sekarang? Seperti yang kusebut di atas, naiklah kelas! Mengasihi dan mencari Allah bukan lagi hanya karena kekayaan yang kita dapat melainkan karena kita mencari makanan dan kekayaan yang tak habis dimakan ngengat, yang akan tetap ada hingga hidup kekal!

Caranya?
Melanjutkan rasa syukur atas kekayaan itu dan menyerahkan kekayaan pada mereka yang membutuhkan dan berhak! Orang-orang yang sudah naik kelas akan menganggap kekayaan yang ada tak hanya datang dari Allah sebagai berkat untuk diri sendiri tapi juga datang sebagai titipan berkat bagi sesama yang membutuhkan.

Wah, kalau begitu orang kaya boleh juga memberi mahar politik? Kan itu untuk mereka yang membutuhkan, Don?

Arggghhhh kok larinya ke politik lagi sih?!

Sydney, 5 Agustus 2018

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.