Nyumbang?

8 Nov 2010 | Cetusan


Ada yang belum nyumbang untuk korban bencana di Tanah Air?
Berikut adalah hal-hal yang kupikirkan terkait dengan sumbangan bencana alam…
Lembaga Sumbangan, Yang Mana?
Mencari lembaga penyalur sumbangan yang bersih 100% dan ideal 100% itu seperti halnya menjari jarum di dalam tumpukan jerami.
Oleh karenanya, yang terpenting, carilah lembaga sebersih dan seideal mungkin.
Bukannya skeptis, tapi lebih berpikir bahwa pada saat bencana kita perlu berpikir menyumbang cepat supaya secepat mungkin sumbangan itu sampai kepada para korban sehingga kalau kita terlalu lama memikirkan ‘sebersih’ dan ‘sesigap’ apa mereka, maka itu akan makan waktu yang tak singkat.
Maka dari itu, jauh hari sebelum bencana terjadi (hey, siapa pula yang mampu meramal?? Tak penting! Lebih penting untuk menyadari bahwa bencana itu bisa terjadi kapan saja!) pilih dan dalamilah beberapa profile lembaga sumbangan serta track record mereka.
Mantapkan hati dan nilai dari segala sisi yang ingin kamu nilai hingga pada akhirnya pilihlah lalu ketika bencana datang, kamu tak perlu bingung lagi, hubungi mereka dan salurkan bantuan.
Menyumbang? Jauhkan Dari Emosi
Tak ada yang tak berduka ketika bencana tiba, termasuk kita yang barangkali bukan salah satu bagian dari korban.
Terlebih akhir-akhir ini, ketika jaringan penyaji informasi sudah menjelma sesengkarut sarang laba-laba, kita seperti tak bisa bergerak, kemana-mana tersentuh jaringnya.
Maka jadilah, ketika ada bencana, informasi seputarnya membuat kita lantas iba dan tak jarang membuat kita terlampau emosional.
Hal ini, wajar pula karena kita kan masih manusia… tapi hal itu bisa menjadi bumerang tatkala kita tak menyisakan tempat sedikitpun kepada logika untuk bekerja.
Mau tau contohnya?
Begini, andai kita berpenghasilan 1 juta rupiah per bulan dengan tanggungan keluarga, satu anak dan satu istri.. Tak elok rasanya jika kita lantas menyumbang 500 ribu untuk bencana dan 500 ribu untuk hidup JIKA hal itu kita tahu tak kan cukup untuk memenuhi kebutuhan selama sebulan. Meski barangkali istri sudah bilang “Ah, nggak papa… sumbangkan saja toh bencana tak terjadi saban bulan!” tapi tetap saja, pengeluaran untuk apapun itu membutuhkan penalaran.
Nyumbang tak harus ‘berwisata bencana’
Akhir-akhir ini, banyak orang beranggapan bahwa dengan menyumbang, kita berhak untuk datang ke lokasi bencana atau ke pengungsian tempat para korban yang kita sumbang berada untuk sementara.
Tentu hal ini bukan sesuatu yang benar karena sumbangan bukan tiket tanda masuk seperti halnya kita membeli karcis hiburan pementasan contohnya.
Manfaatkanlah lembaga sumbangan dan biarkan mereka serta para relawan yang bekerja secara langsung bersinggungan dengan korban.
Ya kalau kedatangan kita akan meringankan para korban, siapa tahu kehadiran kita yang niatnya adalah untuk menjenguk dan membantu malah membuat mentalitas para korban semakin surut karena menerima begitu banyak kunjungan dan siapa tahu pula kedatangan kita mengganggu kerja para relawan?
Terlebih jika ada yang terang-terangan ingin foto-foto di pos pengungsian berlatar belakang para korban yang disumbangnya? Ah, tak elok benar!
Silent Donator
Beberapa hari ini ada orang yang dengan sombongnya menulis di Twitter bahwa ia akan menyumbang sekian rupiah setiap ada satu orang yang mem-follow twitter accountnya.
Sekilas tampak bagus karena ia ingin menyumbang tapi kupikir kepeduliannya itu berdalih. Apa jadinya jika hanya satu orang yang mem-follow nya? Apakah ia akan menyumbang sekian rupiah saja?
Kalau memang mau nyumbang, nggak perlu berpamrih dan menunggu berapa jumlah follower lalu dijadikannya mereka itu sebagi pengali dari rupiah yang akan disumbangkannya atau lebih tidak perlu menyumbang sama sekali!
Beraksi untuk Menyumbang
Menyumbang tak harus dalam wujud uang!
Apapun yang bisa kau lakukan untuk menunjukkan kepedulian terhadap korban, lakukanlah!
Beberapa waktu lalu aku bercakap dengan kawanku, ia seorang pemilik jasa laundry di Jogja. Entah kenapa, karena pilihannya, ia tak menyumbangkan uangnya, tak mengapa…
Tapi yang menarik, ia bermodalkan usahanya membuka jasa pencucian pakaian untuk para relawan secara cuma-cuma. Hal ini tentu sesuatu yang unik namun luar biasa!
Belum lagi para artis yang menyumbangkan karya seni dan berperformance untuk menggalang dana bencana, atau bahkan para ahli IT yang dengan ringan tangan menyediakan diri untuk membantu lancarnya jalur informasi menuju dan berasal dari tempat bencana ke dunia luar.
Intinya, beraksilah untuk sesama!
Bagi kalian terutama yang belum menyumbang atau ingin menyumbang lebih kepada korban bencana alam khususnya Letusan Gunung Merapi,
melalui posko Alumni SMA Kolese De Britto Yogyakarta, kalian bisa menyalurkan sumbangan uang dengan mengklik button yang tersedia di sisi kanan atas blog ini. Mekanisme pembayaran sumbangan melalui jasa Paypal.
Sumbangan akan disalurkan kepada para korban letusan Gunung Merapi di Yogyakarta dan sekitarnya langsung oleh para relawan yang terdiri dari para alumni, teman se-almamaterku ini.

Foto diambil dari sini

Sebarluaskan!

8 Komentar

  1. semangat mari bangun kebersamaan untuk saling membantu saudara kita di sana salam dari kami

    Balas
  2. Baru kali ini mas DV membuat post yang agak straight. Membangun setiap sub topik kecil untuk memberikan kemudahan menangkap maksud dibalik tulisan.
    Bagaimana di Aussie sana mas DV, apakah banyak kalangan non-Indo yang menyumbang? dan apa organisasinya

    Balas
  3. lakukanlah hal terbaik yang mampu kita lakukan untuk mereka yang sedang berduka.

    Balas
    • Bicara soal yang terbaik apa Bli Wira dana mas DV sudah tau soal kasus infotainment “malapetaka” yan katanya cukup heboh?

      Balas
  4. izin singgah dulu,
    nyumbang koment..
    salam

    Balas
  5. saya sempat beberapa kali membaca rilis atau meliahat langsung posko2 yang menydiakan diri untuk membantu korban merapi. tapi jarang sekali yang menggunakan paypal. pengungsi merapi memang butuh banyak sumbangan, selain juga do’a.
    apalagi untuk wilayah JAteng, dana pemda hanya cukup untuk 18 hari kedepan..

    Balas
  6. DV,
    Menyumbang bisa dalam bentuk apapun…..
    Saya terharu melihat semangat kebersamaan semua masyarakat…dan tidak harus dalam bentuk uang. Mahasiswa memberikan waktunya untuk mengajar menggambar, mengajak menyanyi, mendongeng…membuat anak-anak di pengungsian terhibur. Ada juga yang memberikan kelas, agar anak yang mau ujian tak merasa ketinggalan.

    Balas
  7. Salut dengan teman Mas DV yang membuka jasa pencucian gratis untuk para relawan. Seperti yang kemaren saya liat di TV one juga ada beberapa orang yang membuka jasa potong rambut gratis, sebagai bentuk sumbangan & kepedulian mereka terhadap korban bencana alam.

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.