Gangguan paling pagi yang kita terima itu sebenarnya bukan gaduh suara anak minta susu, bukan lonceng gereja yang menggemerincing, bukan pula speaker toa masjid yang menyuarakan adzan.
Gangguan itu, notifikasi gawai. Ia senyap nan tak gaduh. Tapi kuasanya mampu membuat kita terhenyak dan melupakan kantuk.
Contohnya begini, seorang kawan berkabar melalui Facebook bahwa ada kawan lain yang meninggal dunia. Pagi-pagi buta ketika bangun, dengan mata masih setengah terpejam, tangan meraih gawai yang diselipkan di tepian kasur dan ?. ?Hah! Si Anu meninggal?!? Ketenangan sebuah pagi pun terinterupsi.
Makanya, matikan saja notifikasinya!
Wait…meski notifikasi dimatikan, otak kita telah ternotifikasi otomatis; bahwa semalam-malaman, ketika kita tidur, pasti ada aktivitas yang terjadi di linimasa kita, di kanal-kanal social media yang kita ikuti. Jadi, tetap saja kita membuka gawai dan mencari apa yang terbaru yang terjadi. Semacam menimbulkan gangguan secara sengaja, jadi persoalan utamanya bukan di notifikasi.
Buang gawainya!
Sebentar? Sabar.
Beberapa hari lalu aku mendengar istilah baru, nomophobia, no-mobile-phone phobia.
Nomophobia diperkenalkan pertama kali oleh studi di UK Post Office pada 2010 dan artinya gampang ditebak, semacam rasa takut yang tiba-tiba muncul ketika kita sedang tidak bersama handphone. Coba ikuti tes-nya di sini.
Aku tak tahu seberapa legit test itu dalam merangkai hasil berdasarkan masukan-masukanku, karena dari dua kali mencoba, hasilnya tak konsisten sama. Tapi apapun hasilnya, hal itu tak lebih penting dari penyadaran diri bahwa inilah salah satu ekses dari kemajuan jaman yang memanjakan itu. Kita mungkin tak merasakannya dan kalaupun ada yang merasa, lebih mudah bagi kita menjadikannya sebagai bahan lelucon ringan. Tapi mari kita berpikir dalam-dalam, ada berapa banyak hal dalam hidup yang harus dikorbankan karena nomophobia ini?
Buang gawainya!
Hmmmm, ada benarnya, karena tanpa gawai kita tak?kan mengakses apapun. Tapi menurutku, persoalan itu ada pada ketergantungan kita terhadap konten.
Tak percaya? Beberapa hari yang lalu aku bertanya pada salah seorang kawanku, apa yang kamu lakukan pada pagi hari ketika gawai-mu kehabisan batere sehingga tak ada notifikasi apapun yang kamu terima?
?Charging cepat-cepat! Tapi kan biasanya makan waktu lama untuk nyala lagi. Aku paling lari ke ruang tempatku menyimpan laptop dan ipad lalu membuka untuk mengecheck apakah ada kabar baru pagi itu atau tidak? Adakah komentar terbaru di blogku atau tidak? Adakah kabar dari earlybird sale tiket konser yang jam 10 nanti akan buka pertama kali atau tidak??
Pernah ngalamin seperti ini?
Bagiamana pendapat kalian? Apakah ini pertanda kita harus mulai berpikir untuk unsubscribe dari penyedia-penyedia konten dan menghapus semua akun social media kita?
Persoalannya menurutku bukan lagi pada setuju atau tidak setuju… tapi pada bisa atau kagak…
Bagi saya no problem. Saya kalo libur sering matiin hp, gak nyentuh laptop lalu baca buku, ngobrol, atau kegiatan lain.
saya belum pernah menggunakan nya mas, pengen coba tapi bukan di blog pribadi tentunya :)
Menciptakan kegiatan yang menyenangkan di pagi hari, bisa mengalihkan perhatian ke gawai. Senam pagi bersama anak, terbukti efektif :)