Tulisan ini memuat beberapa foto berukuran besar.
Perhatikanlah kapasitas koneksi internet Anda sebelum memutuskan untuk melanjutkan membuka halaman ini hingga tuntas.
Suatu hari, di liburan akhir tahun 2008 lalu, aku berkunjung ke sebuah surga di selatan khatulistiwa.
Aku tidak mengada-ada karena meamng demikianlah diartikan dari Bahasa China untuk “Nan Tien Temple”, kuil Buddha yang terletak di Barkeley, Wollongong, NSW, Australia.
Kuil ini pertama kali ditemukan oleh Venerable Master Hsing Yun tahun 1965 dan mulai dibuka untuk umum sejak 1995 silam. Dan sejak saat itulah dari hari ke hari, kuil ini selalu menjadi target tujuan wisata baik wisatawan dalam negeri maupun manca selain tentu saja tetap menjaga identitasnya sebagai tempat ibadah umat Buddha.
Berkunjung ke Nan Tien Temple, aku betul-betul dapat menikmati suasananya.
Di areal yang sangat luas, terletak sekitar 1.5 jam perjalanan dari Sydney, ditempati oleh berbagai macam bangunan dengan warna dominasi merah dan bentuk yang sangat oriental serta gugusan tanam-tanaman yang indah membuatku merasa seperti berada di dalam setting sebuah film kungfu ala Jacky Chan masih jejaka muda dan Bruce Lee pada era-era akhir hayatnya.
Meski berperan sebagai tempat ibadah, dimana tentu ada beberapa rambu yang harus diindahkan para pengunjung, namun boleh dibilang tak terlalu banyak larangan yang membelenggu para pelancong di sini.
Barangkali Nan Tien Temple memang benar-benar telah sadar wisata sehingga pengunjung pun dibuat betah untuk melihat-lihat bangunan, mempelajari sejarah, melihat berbagai macam atraksi yang dihadirkan oleh teman-teman beragama Buddha, serta tak ketinggalan pusat souvenir yang memanjakan mata.
Apalagi kalau pada akhir wisata kita berkesempatan untuk sekadar menikmati teh dan jajanan di The Dew Drop Inn Tea House.
Dengan suasana yang tetap terjaga orientalnya, kursi kayu serta meja kayu yang alami, kamu bisa menghabiskan sore sambil ngobrol atau melihat-lihat hasil jepretan dari backscreen kamera digitalmu untuk beberapa waktu lamanya.
Tapi asal tahu saja, jangan berharap bertemu daging sapi, ayam, kambing apalagi babi di sini, karena semuanya disajikan secara vegetarian tanpa daging dan bahan baku yang berasal dari makhluk hidup yang bernama hewan.
Maka lengkaplah sudah hari itu, sesaat aku merasakan jamahan surga dan bonusnya sebagian sisi dari diriku yang mendadak menjadi seorang herbivora dan meninggalkan sisi karnivoraku untuk sementara waktu :)
Ke-keren… :o
*kehilangan kata-kata*
benar-benar surga yang indah ya mas
ternyata tempat ini sangat cocok untuk melestarikan veganisme. ada temanku tuh yang mati2an berkampanye agar semua orang menjadi vegan, mantap lah. hehehe.
wah saya suka liat foto ibu yang lagi bakar dupa….
sudut ambilnya mantep…!
Thanks :)
wah makan sayur-sayuran neh ceritanya :D
Woooow !
mantaps !
btw gak yakin gue, bisa bertahan lama tuh jd herbivora..
nek daging B2 enak lhooo :D
hihihi
yang pertama bagus
patungnya nge-gemesin hehehe
Masa? Karena gundul yaks?
waaahh… bener2 bagus tuh… jadi kambing seharian… no meat, no blood, kolesterol bisa turun ne… hehehe
salam kenal bang, dari aurora di padang….
NB: header blognya keren….
Thanks :)
Bang DV, saya suka foto2nya, terutama foto pertama ;D patungnya cute.
Ngeliat pagoda kok jadi inget pelm jaman dulu, legenda ular putih, hehehe..
Boleh naik ke atasnya gak bang? Buat liat2 pemandangan..
Btw dulu saya semi2 vegetarian. Bukan karena pilihan hidup, tapi karena klo beli daging2an lebih mahal aja. Hehehe. Mental “perhitungan” mahasiswa.
Naik ke atasnya boleh tapi cuma sampe ke level tertentu..:)
kalau saya perhatikan, beberapa kali senang memfoto dengan angle menjulang. Jadi berasa kemegahannya.
Thanks :)
paling suka foto yg pertama :)
btw, tehnya enak nggak don?
Tehnya? Yo ngono kae, aku ngga terlalu bisa meng-apresiasi kadar enak nggaknya teh jhe :)
photo-photonya keren (suka sama yg nomor 1,5 dan 6)…aku yakin ini disebabkan oleh kamera yang keren dan kameramen yang keren pula (yang terakhir ini bener ra yo?) hihihi
Ya, kameramen eh fotografernya yang lebih keren :))
Wah ciamik bener fotonya. Sepertinya damaaaai sekali disana….
Thanks :)
Foto yang #2 begitu menarik perhatian gue, entah kenapa. Really well taken, Bro…
Muantaabbhh…. *seperti biasa, geleng-geleng*
Thanks Brotha! :))
pertanyaannya… kameranya apa tuh ?… kualitas gambarnya tajam
Kameranya Canon G7 PowerShot, dipotret akhir tahun lalu :)
hmm … Nan Tien Temple, benar2 mengagumkan. tapi kayaknya fotonya kok malah lebih tampak alamiah ketimbang objek aslinya, mas don, hehehe … gambarnya benar2 tajam dan bersih.
Wah makasih Pak Sawali…
Pemandangan yang menyejukkan mata.
Dan menyejukkan hati kalo kesampean kesana
Thanks. Kemarilah, Mas :)
Emang keren banget tuh bangunannya bos. Bagus juga kalo dijadiin kost-kostan. hehe… Di Jogja ada ga yah? hahahahaha…
Hehehe, komentarmu meski sudah sarjana kok ya tetep aja wagu ahahah :))
aku suka dengan jepretanmu Don, terutama yang kedua terakhir… magis banget… :D
aku patut belajar banyak darimu soal jepret menjepret. dirimu tidak sekedar bisa menangkap momennya dengan baik, tapi juga bisa menghadirkan aura yang dikandung oleh gambar itu… seluruh jempol deh buatmu… :D
Ah, Uda berlebihan :)
Tapi makasih atas sapaan dan sanjungannya semoga membuatku semakin giat belajar dan belajar :)
Fotomu keren…dan kalau kesana disuguhi…wahh pasti menyenangkan.
Kayaknya saya tak masalah deh jika tanpa makan daging….sayur dan buah kalau pintar mengolahnya sudah cukup mengenyangkan.
keren banget boz… ga sangka ternyata ilmu nulisnya makin keren, apalagi teknik motretnya cihuy gila. keren….