Mungkinkah designer digaji mahal?

23 Agu 2010 | Cetusan

Kemarin aku menginstall versi terbaru dari software-software buatan Adobe, CS 5.
Legal? Iya :) Di sini kalau mau illegal agak susah lagi pula perusahaan tempatku bekerja tak ‘membisakan’ nya, jadi ya terima jadi anugerah ini :)
Proses penginstallan yang memakan waktu 25 menit itu lantas menjadi ladang permenungan bagiku dan pikiran ini rasanya seperti terlontar ke beberapa waktu ke belakang ketika aku masih tinggal di negeri nan elok, Indonesia.
Andai, pembajakan hak cipta karya seni budaya termasuk software adalah sebuah tindak kriminal yang dikutuk pemerintah, maka kubayangkan lapak-lapak penjual CD installer software bajakan itu akan lenyap, musnah. Akibatnya, orang jadi tak mudah untuk membeli installer bajakan lalu menginstall software ke komputer karena untuk membeli yang asli adalah mahal, mereka harus berpikir berulang-ulang sebelum akhirnya mau merogoh kocek, kan? Akibat lainnya, para penjual lapak penjual CD memang akan kehilangan pekerjaan, tapi itu pertanda bagus karena sebuah pelajaran hidup tentang pilihan kerja yang salah didapatkannya.
Semakin sedikit orang yang menginstall software, dalam contoh ini adalah software olah design digital, kemampuan mengoperasikan software dan memproduksi karya menggunakan software tersebut akan dihitung semakin mahal. Kenapa, karena orang tidak akan dengan mudah lagi bilang “Ah, mbikin gituan gampang, Mas! Saya punya softwarenya, anak saya kemarin beli cd-nya di pinggiran jalan sana. Dia sudah mulai bisa mbikin macem-macem juga lho!”
Karena kemampuan berproduksi dianggap mahal, maka karya yang dihasilkan otomatis juga terangkat nilainya dan akhirnya upah para designer pun akan meningkat dan meningkat pulalah taraf hidupnya. Tiada lagi keluh kesah semisal “Wah, gimana bisa hidup? Desain kartu nama gw bikin mati-matian aja cuma dihargai tiga bungkus rokok Samsu?” Atau mau yang lebih nylekit lagi “Aku mau mandheg jadi designer, Mas! Mau mbantu Bapak mblantik motor saja di desa, hasilnya jauh dari lumayan!”
Peningkatan nilai uang dalam karya design seharusnya juga merangsang cita rasa seni para designer untuk beproduksi secara lebih baik, efisien dan membawa hasil karya yang lebih ‘nendang lagi!
Karena nilai design yang semakin mahal diikuti hasil karya yang brilian, maka jika ada perusahaan yang membelinya untuk design logo, misalnya, otomatis karya tersebut akan turut meningkatkan citra produk di mata masyarakat. Semakin masyarakat tertarik pada produk berlogo ‘asik’ tersebut, semakin mudah pula bagi perusahaan untuk meningkatkan harga jual per produknya karena mau tak mau impresi yang didapat produk melalui logo itu naik.
Muaranya, pemerintah yang harusnya jeli.
Melihat betapa gelombang ‘gairah’ kenaikan harga tersebut, mereka akan mendapatkan pajak yang lebih besar lagi dari perputaran tersebut.
Pola distribusi pajak yang bersih dan ‘anti-bocor’ dari sebuah pemerintahan yang baik memungkinkan keuntungan dari pajak itu untuk lebih membuat warga negaranya hidup sejahtera.
Dalam tataran yang lebih simple, contohnya, karena pemerintah menyadari bahwa para designer lah yang menjadi mata pusaran meningkatnya kesejahteraan itu, mereka (para designer itu) lantas diberikan kemudahan investasi untuk membeli installer software yang asli baik dalam bentuk pinjaman pengadaan software atau bisa pula pada pengalihan status ‘barang tak dikenai pajak’ untuk pembelian installer-installer tadi.
Ketika semua bisa teratur seperti itu, rasa bangga atas profesi bisa ditemui dalam diri setiap designer, para istri maupun suami juga anak-anak mereka.
Lamunan pun usai seiring selesainya proses instalasi… dan aku kembali pada kenyataan, bumi para manusia! :)

Sebarluaskan!

16 Komentar

  1. at least pernah sak frekwensi dengan postingan ini. (karena opisku so stricht urusan lisensi)
    saat di opis merenungi berpack-pack lisensi cadcam yang harganya amit amit itu, aih… tools mahal ini..
    menghasilkan design-design yang bahkan diapply di mancanegara..
    sedangkan designernya masih harus pusing urusan gas 3 kilo.
    (ya harganya..ya mbelgedes gampang njeblugnya.)

    Balas
  2. HHmm ini pandangan berbeda namun memang sih profesi butuh kebanggaan butuh dihargai. Ngak heran kalau designer disini elbih senang ber-client luar negri.
    Aku promote artikelnya by tweet ya mas DV, sangat mencerahkan

    Balas
  3. cara pandang yang menyegarkan bang :) hal yg sama juga berlaku di dunia engineer. matlab asli harganya amit2, itupun biasanya belum versi full. di lapak2? harganya bisa seperseribu kalinya, udah lengkap ke fitur2 spesialnya. mungkin masyarakat kita alergi dengan eksklusivitas (atas nama pemerataan kesempatan belajar).
    tapi itu klo kita berpikir hanya akan selamanya jadi pengguna software luar negeri. klo sudah mulai berpikir menjadi developer aplikasi, cara pandang pembajakan ini tentu akan merusak semangat berkarya bangsanya sendiri >> klo lebih mudah (dan murah) pake yang udah jadi, buat apa susah2 bikin?
    ps: sejujurnya.. di sisi lain, saya juga termanjakan oleh kemudahan tersebut.. *tertohok*

    Balas
  4. Memang harus dimulai kedisiplinan itu….dan saat ini kalau mau menginstal komputer saat beli, juga harus software yang asli.
    Apapun, sebuah desain memang seharusnya dibayar mahal….membuat orang akan kreatif

    Balas
  5. Designer, atau profesi apa pun yang membutuhkan keterampilan khusus, seharusnya dihargai mahal, Om. Sehingga, di bumi manusia, menjadi lebih tentram dan sejahtera.
    Salam kekerabatan.

    Balas
  6. wah tulisanmu kali ini abot dab….

    Balas
  7. iyo..tulisanmu abot..nganti aku ra iso komentar :D

    Balas
  8. indonesia udah peringkat 1 dalam pembajakan hak cipta di seluruh dunia lho..saya baca 2 hari lalu di kompas..hebat semuanya no 1..korupsinya juga pembajakannya ikut pula..untung kamu hijrah ke LN dihargai dollar kalo nggak mungkin masih dibayar harga temen dengan 3 bungkus rokok don…haaa

    Balas
  9. wah yen nang endonesa angel kuwi…kan wez terkenal dengan king of pembajakan…
    film wae nang bioskop e rung maen wez ono cd bajakane…wkwkwkwkkw,,,

    Balas
  10. Aku termasuk gaptek… jadi saat dibeliin laptop setahun lalu… aku manut-manut aja laptop itu mau diinstall apa aja… computer & internet security-nya apa aku juga nggak mudeng.. yang jelas sih emang agak mahal… waktu mau beli perpanjangan lisensi security setahun kemudian, si mas penjaga gerai bilang: mau yang original atau yang biasa? hadohh…. mungkin malu mau bilang yang biasa itu sebenernya bajakan yang harganya jauh lebih murah. Kuputuskan nunggu aja, daripada salah beli :)
    Dan waktu Suamiku udah balik dari luar kota, ternyata bisa tuh beli kode-nya secara On line, bayar dgn kartu kredit. Aman, terjamin, OK lagi. Aku coba beli CD game bajakan… laptopku emoh memprosesnya hehehe…. abis itu kapok beli yg bajakan…
    well, yang aku bisa untuk menghargai para designer itu ya beli barang aslinya… nggak mampu beli ya udah, nggak maksa beli… gitu aja kok repot.. :)

    Balas
  11. kalau bukan karena beli punya tetangga, mungkin sy juga masih mbajak … :)
    anyway, setauku designer emang dibayar mahal je ..

    Balas
  12. lamunan yang brilian, tapi saya amat sangat pesimis itu akan menjadi kenyataan di Indonesia :D

    Balas
  13. wakakakaka aku berhenti jadi tukang gambar yang ngejlimet dengan autocad malah beralih jadi tukang angon wedus mas wakakaka mantep duite hui hui

    Balas
  14. Di satu sisi, designer merasa terganggu dengan kemunculan software2 pengolah design mudah itu, tapi dari sisi konsumen, kita senang2 saja karena software2 murah itu sebenarnya bisa jadi sarana belajar.
    Tapi aku yakin, selama si designer bisa menciptakan satu inovatif yg bagus dari designnya, pasti dihargai mahal.

    Balas
  15. Agree bro, dunia yang miris dan menyakitkan, *toast* :D

    Balas
  16. bener banget mas …

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.