• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Multiply, pada akhirnya…

29 April 2013 11 Komentar

Berita akan ditutupnya seluruh layanan Multiply per Mei 2013 mendatang yang diumumkan pekan lalu sebenarnya bukanlah peristiwa yang mengejutkan bagiku.

Bukan! Aku berpikir demikian bukan karena sentimen terhadap mereka karena kasus akun’Indonesia’ antara aku dengan mereka seperti kutulis di sini karena bagiku itu adalah hal yang telah kusudahi dan tak perlu diributkan hingga berkepanjangan. Justru sebenarnya aku meyayangkan kenapa hal itu pada akhirnya benar-benar terjadi mengingat Multiply adalah salah satu ‘nenek moyang’ social media yang ada begitu banyak dari kita yang ‘lahir’ pada generasi awal internet ini memiliki ‘kesan’ dan ‘kenangan’ di dalamnya.

Komunitas ‘massa’ di bawah bendera Multiply saat itu sebenarnya adalah orang-orang yang sangat loyal terhadap satu sama lain, komunitas mereka dan Multiply itu sendiri.

Awal nubuatan bahwa mereka tak kan berumur panjang itu bermula ketika mereka membuka kantor di Indonesia.?Hal itu semakin dimantapkan ketika mereka memutuskan untuk menutup layanan gratis social network pada akhir 2012 dengan alasan supaya lebih fokus ke pasar e-commerce. Selayaknya nabi, pada saat itu aku berpikir, “Semua telah tergenapi, waktunya sudah dekat!”

OK, mungkin tak afdol kalau tak kujelaskan kenapa pada akhirnya aku berpikir begitu?

Begini.
Ketika mereka masuk ke Indonesia dan memiliki tujuan untuk membuka ‘pasar yang potensial’, aku tak habis pikir atau barangkali memang garis batas pikirku yang tak sampai dalam mencerna analisa bisnis mereka terhadap kelayakan peluang itu. Lalu bagaimana effort mereka untuk melakukan pendekatan yang berbeda terhadap hal yang sama, e-commerce, yang juga sudah diusung beberapa kompetitor lainnya?

Tapi pemikiran di atas nyatanya sempat kuanulir sendiri mengingat kekuatan massa yang berada di bawah Multiply yang menurutku sangat massive dan pekat!?Komunitas ‘massa’ di bawah bendera Multiply saat itu sebenarnya adalah orang-orang yang sangat loyal terhadap satu sama lain, komunitas mereka dan Multiply itu sendiri. Beberapa dari mereka bahkan seolah tak bergeming ketika social media-social media yang lain bermunculan dan mengangkat bendera lebih tinggi ketimbang Multiply, sebutlah Facebook dan Twitter. ‘Orang-orang Multiply’ bukan orang yang lantas latah meninggalkan Multiply untuk bergabung ke raksasa-raksasa baru itu.

Saat itu aku membayangkan jika komunitas itu dipoles berbarengan dengan dibukanya bisnis e-commerce mereka, barangkali bisa jadi kombinasi yang sangat solid dan Multiply akan berjaya di negara yang memang sangat gemar ‘guyub’ dan bersosialisasi itu.

Tapi ketika akhirnya rencana penghentian layanan gratis social media pada akhir 2012 disiarkan, bagiku disitu ‘pengumuman kematian’ telah pula lantang terdengar!

Tapi ketika akhirnya rencana penghentian layanan gratis social media pada akhir 2012 disiarkan, bagiku disitu ‘pengumuman kematian’ telah pula lantang terdengar! Karakteristik komunitas yang telah terbentuk sangat kuat dan nyaris tak bisa dihargai lagi dengan uang itupun pupus seiring kepergian mereka dari Multiply; sesuatu yang entah pihak manajemen ?sadar atau tidak justru yang sebenarnya membuat Multiply begitu kuat dan berwarna selama ini!

Sementara itu, ketika sedang terengah-engah untuk tegak berdiri lagi di atas reruntuhan social network untuk sebuah misi baru, e-commerce, kompetitor-kompetitor lain yang memang lebih memiliki ‘core’ ke arah sana telah berlari terlalu cepat untuk dikejar apalagi ditundukkan, sedangkan dirinya telah kehilangan sinar, kelelahan, kehabisan energi lalu mati.

Sayang memang, tapi itulah hidup dan mereka telah memilih sendiri jalurnya.

Ibarat kata, harapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan…

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Cetusan, Digital Ditag dengan:multiply

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. ariemega mengatakan

    29 April 2013 pada 1:17 pm

    Mulpid lupa, bahwa KasKus bisa sedemikian besar ya karena komunitas… trus fashionesedaily, bisa kayak sekarang ditambah mommiesdailynya juga karena awalnya forum komunitas. mereka dulu menghired manusia tidak punya dasar guyub kali ya. tidakk kenal sosilogis dan psikologis org indonesia seperti apa.. :D..

    Balas
    • debapirez mengatakan

      1 Mei 2013 pada 7:21 pm

      setubuh dgn komentar ini…

      Balas
  2. Maztrie mengatakan

    29 April 2013 pada 3:42 pm

    Yah begitulah adanya.
    Hanya saja ada segala kemungkinan yang juga tak kalah menarik untuk dijejaki perjalanannya (sebagaimana saya tulis di jurnal juga)
    2010 ==> Naspers memiliki saham di TokoBagus (bahkan akhirnya foundernya hengkang)
    2010 ==> Naspers membeli pila solid.com (lapak dagang di Filiphina)
    2010 ==> Naspers juga ada saham di Multiply (bahkan akhirnya Pez, founder MP menjual 100%)
    2011 ==> Naspers memindahkan kantor multiply di Jakarta n Filiphina (maisng2 ada Country Managernya)
    See..? :)
    Mengutip dari jurnalku;

    Kedepan, bukan mengenai multiply lagi, namun mengenai lapak online yang dipelihara Naspers. Saya hanya masih berpikir tentang ketidakberesan “lapak online” di Afrika sana. Yaitu mengenai mocality.co.ke, sebuah “lapak online” exs binaan naspers melalui tangan Stefan Magdalinski pula. Dimana pada akhirnya mocality juga ditutup pada Februari 2013 lalu.

    Nuwun Dab…

    Balas
  3. giewahyudi mengatakan

    29 April 2013 pada 5:22 pm

    Sebagai pengguna awam, Multiply awalnya menarik, tapi lama-kelamaan mulai kurang seksi, dan dengan mudah digantikan dengan sosial media yang baru. Tapi begitulah seleksi alam internet..

    Balas
  4. Imelda mengatakan

    29 April 2013 pada 11:09 pm

    Aku juga punya multiply yang kupakai lebih untuk mengumpulkan koleksi musik jadul dengan sahabat-sahabat sehaluan. Ada ratusan lagu kami barter, dan mulai merasa kecewa waktu Multiply menutup kemudahan untuk menyimpan, mengunduh dan mengunggah lagu. Bubar langsung. Selain musik, aku pakai blognya hanya untuk kumpulan topik surat kabar yang menarik (selain blogku di blogspot). Jadi buatku setelah mereka menutup layanan soc med gratisnya, aku sudah lama tidak aktif di sana. Dan aku ikhlas semua dataku hilang karena belum sempat pindahkan semua.
    Well, satu per satu hilang, yang tinggal hanya yang bisa menyediakan soc med yang gratis :D

    Balas
  5. fitrimelinda mengatakan

    30 April 2013 pada 6:17 pm

    wah..aku ga sempat berkenalan ama multiply mas..jadi ga begitu tau..

    Balas
  6. imadewira mengatakan

    1 Mei 2013 pada 12:22 am

    Saya sempat mengenal multiply beberapa tahun lalu walaupun ndak sampai punya akun disana. Waktu itu saya doyan nyari2 mp3 disana, hehe

    Balas
  7. Ridu mengatakan

    1 Mei 2013 pada 12:26 am

    dulu pernah bikin multiply buat blog gitu, tapi pada akhirnya berubah jadi e-commerce jadi males, maklum bukan pebisnis, eh sekarang dia malahan tutup..

    Balas
  8. applausr mengatakan

    7 Mei 2013 pada 3:51 pm

    sebenarnya ya Don, Multiply itu doing ok pada e-commerce. Hanya saja berdasarkan pengamalan, untuk membangun e-commerce di Indonesia itu butuh duit dan persisten untuk tetap bertahan. Karena nama nama besar yang sekarang sedang berkeliaranpun masih dalam stage bertahan hidup. Nah sekarang tinggal siapa yang dompetnya lebih dalam saja… :) Dan ternyata Multiply sudah K O.

    Balas
  9. krismariana mengatakan

    8 Mei 2013 pada 5:36 pm

    aku baru beberapa hari yang lalu tahu tentang pengumuman multiply itu. kaget juga sih. tapi aku tidak pernah punya akun di multiply. jadi, aku cuma kaget, tapi nggak merasa ada pengaruhnya buatku. hehehe

    Balas
  10. Yessi Greena mengatakan

    7 Juni 2013 pada 3:44 pm

    lah rak mbayar wae wiz do malas nganggo, po meneh dikon bayar yo?
    hmm…mau untung malah kukut.
    asal ora WordPress wae sing kukut…aku sedih tenan nek kejadian

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT