• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Moral dan bencana

28 Oktober 2010 18 Komentar

Barangkali yang menyamakan aku dengan mereka adalah bahwa kami (aku dan mereka) sama-sama berduka atas musibah yang menimpa Indonesia. Utamanya untuk beberapa bencana yang terjadi beruntun belakangan sebut saja banjir bandang di Wasior Papua, gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai lalu erupsi Gunung Merapi di utara kota yang begitu kucintai, Jogjakarta.
Namun yang membedakan antara aku dengan mereka adalah tentang pendapat bagaimana asal muasal semua itu terjadi.
Kecuali banjir Wasior yang kupikir adalah karena kita lengah menjaga keasrian hutan penyerap air, selainnya itu, seperti gempa dan tsunami serta erupsi gunung berapi terjadi karena sesuatu yang ‘entahlah’.
Tapi berbeda dengan mereka.
Bagi mereka, bencana itu muncul karena keteledoran kita dalam bermoral! Mereka menganggap bahwa bencana alam muncul karena kita terlalu asyik masuk dengan pornografi atau karena kita terlalu sering semena-mena terhadap bawahan dan memperdayai sesama atau.. kita yang bermain terlalu licik untuk menarik uang dan keuntungan yang sebenarnya bukan hak kita.
Sah kah pendapat itu? Sah-sah saja, kenapa tidak!
Tapi sah pula jika lantas aku bertanya, jika memang demikian, maka sebesar itukah kontribusi moral manusia dalam menentukan kinerja alam untuk berbencana atau tidak?
Jika jawabnya adalah “Ya”, lalu moral yang seperti apa yang dikehendaki alam untuk dapat meredam geliatnya?
Moral yang harus membutakan manusia terhadap sekitar demi melihat satu-satunya kebenaran menurut versinya dan menghujat kebenaran-kebenaran milik orang lain?
Ataukah moral yang justru harus membinasakan manusia-manusia lain yang dianggapnya tak bermoral demi tegaknya moral itu sendiri?
Katakanlah alur ‘logika’ tentang ‘penyebab bencana adalah keteledoran moral’ itu benar lalu bagaimana dengan bencana-bencana yang terjadi sebelum manusia ada?
Apakah mereka (bencana-bencana itu) waktu itu terjadi juga karena makhluk-makhluk sebelum manusia juga tak bermoral?
Moral menurut takaran siapa pula?
Menjadikan bencana alam sebagai tonggak untuk hidup lebih baik adalah baik. Setidaknya kita diajak mengingat bahwa maut dapat menjemput kapan saja bahkan lewat bencana alam, jadi hiduplah dengan baik dan benar. Tapi menuduh manusia dan moralitasnya sebagai dalang dibalik semua bencana alam yang terjadi adalah…. ah, entahlah… aku kehabisan kata. Tiba-tiba aku merasa sangat kecil, aku terlalu jauh dari Si Empunya Alam meski itu hanya untuk menafsir apa makna yang tertuai di setiap bencana…

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Agama, Cetusan, Indonesia

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. Aris FM mengatakan

    29 Oktober 2010 pada 12:10 am

    Setuju dengan kalimat di paragraf terakhir, bencana seharusnya menyadarkan kita untuk hidup secara baik dan benar.
    Inti posting ini menyindir Mr. anu yang suka berpantun itu ya :P. Coba lihat gambar ini dab http://twitpic.com/3111qg

    Balas
    • Dr.acer mengatakan

      30 Oktober 2010 pada 5:05 am

      Kalau sudah perkara bencana lebih baik talk less do more ;) helping each other …

      Balas
      • Arham mengatakan

        31 Oktober 2010 pada 3:18 am

        Sepakat hehe :)

        Balas
  2. Ria mengatakan

    29 Oktober 2010 pada 12:43 pm

    semoga setelah bencana alam ini indonesia masih bisa tetap semangat mas. Moral manusia semoga tersentuh untuk berbuat lebih baik :)

    Balas
    • Arham mengatakan

      31 Oktober 2010 pada 3:19 am

      amin :)

      Balas
  3. tomi mengatakan

    29 Oktober 2010 pada 2:35 pm

    moral memang berpengaruh terhadap bencana mas.. coba aja kalau mba maridjan mematuhi perintah BMG untuk segera pindah pasti gak akan jatuh korban..
    tp dia dgn yakin bilg gunung merapi tak kan meletus

    Balas
    • Dr.acer mengatakan

      30 Oktober 2010 pada 5:12 am

      Secara statistika memang layaknya demikian, namun seperti postingan mas DV diatas kebenaran masing masing adalah persepsi masing masing, begitupun mbah Maridjan..

      Balas
    • Arham mengatakan

      31 Oktober 2010 pada 3:21 am

      namanya juga roso roso mas.. smoga aja pilihan mbah maridjan ndak ..echemm .. sama Extra Joss … :))

      Balas
  4. kampus blog mengatakan

    29 Oktober 2010 pada 2:36 pm

    wahh gak bisa berkata2.. yang bisa dilakukan mari berdoa bersama demi kebaikan bangsa.. smg dijauhkan dari bencana lagi indonesia ini

    Balas
  5. zee mengatakan

    29 Oktober 2010 pada 5:46 pm

    Setiap bencana yang terjadi sudah pasti karena sebab akibat.
    Mungkin tidak tepat kalau dikatakan moral bangsa ini yang menyebabkan banyaknya bencana di negara kita ini. Tapi kalau dikatakan bahwa ulah manusia yang mengeksploitasi bumi dengan sangat-sangat berlebihan tapi lupa merawatnya, sebagai sebab terjadinya pergeseran norma2 alam dan iklim, memang iya. Erosi dasar bumi, banjir. Ah. Semoga bencana-2 segera berlalu ya, mari kita berdoa sama2….

    Balas
  6. Dr.acer mengatakan

    30 Oktober 2010 pada 5:00 am

    Sangat luas arti fenomena tragis yang menimpa Indonesia. Kehilangan putra putra terbaik bangsa juga berarti sentilan akan banyak hal, seperti mas DV bilang “bisa karna kita yang teledor” atau kita yang “kehilangan moral” atau malah karena akumulasi keduanya … entahlah..

    Balas
  7. Sungkowoastro mengatakan

    30 Oktober 2010 pada 12:46 pm

    Barangkali bencana yang dijadikan sebagai tonggak introspeksi diri menjadi hal sangat penting agar senantiasa keberlangsungan hidup yang diberikan Tuhan kepada setiap umat-Nya sungguh bermanfaat bagi manusia semua. Di samping itu, mungkin akan muncul sikap menghargai terhadap apa pun yang ada, terlebih alam anugerah Sang Khalik itu.
    Salam kekerabatan.

    Balas
    • Arham mengatakan

      31 Oktober 2010 pada 3:24 am

      Terkait kekerabatan.. apakah bisa jadi ini teguran untuk saling bersatu? karena biasanya jika terkena musibah umumnya masyarakat kita malah bersatu

      Balas
  8. edratna mengatakan

    31 Oktober 2010 pada 11:42 am

    Karena Indonesia memang berada di cincin api, risiko gempa bumi, gunung meletus dan longsor mungkin saja terjadi, yang penting kita semua harus selalu siap untuk bisa mengelola bencana yang terjadi dan bagaimana mengantisipasinya agar tak banyak jatuh korban.
    Wasior, kebetulan saat mengajar di Papua, ada peserta (cewek) yang berasal dari Wasior. Dia selamat hanya dengan baju yang melekat di badan…rumah tempat kostnya hancur, kantornya rusak parah. Temannya ada yang masih hilang tak ketemu. Kondisi Wasior yang terletak di teluk, dan tanahnya lempung, serta diatasnya banyak sungai, maka jika terjadi hujan terus menerus, risiko longsor akan tetap terjadi.

    Balas
  9. Susan Noerina mengatakan

    31 Oktober 2010 pada 6:50 pm

    hanya bisa berdoa semoga bencana yang terjadi cepat berlalu, dan manusia belajar dari cobaan tersebut (ex: menjaga kebersihan alam, tidak melakukan kegiatan2 yang merusak hutan, dll)

    Balas
  10. imadewira mengatakan

    1 November 2010 pada 5:25 pm

    kawan, setiap orang memang memiliki pendapat sendiri tentang bencana yang sedang terjadi, ada yang mengatakan itu disebabkan oleh manusia sendiri, ada pula yang menagatakan itu petunjuk dari “Yang Diatas”.
    Kita memang tidak pernah tahu apa yang terjadi besok, yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha untuk lebih baik, masalah hasilnya kita serahkan pada “Sang Pemilik Alam”.

    Balas
  11. Bro Neo mengatakan

    1 November 2010 pada 8:24 pm

    Sebagaimana Matahari menyinari orang baik dan orang jahat dan hujan yang menyirami orang bermoral dan amoral, apa bedanya dengan bencana??
    Let’s pray for all victim
    salam,

    Balas
  12. Tuti Nonka mengatakan

    3 November 2010 pada 4:07 am

    Aku kok lebih cenderung melihat gempa bumi dan gunung meletus sebagai peristiwa alam, bukan akibat moral manusia. Alam memiliki hukumnya sendiri, yang mengatur siklus ekologi. Kecuali banjir yang diakibatkan hutan rusak, atau pemanasan global, memang itu tanggung jawab manusia.

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT