Moral dan bencana

28 Okt 2010 | Agama, Cetusan, Indonesia

Barangkali yang menyamakan aku dengan mereka adalah bahwa kami (aku dan mereka) sama-sama berduka atas musibah yang menimpa Indonesia. Utamanya untuk beberapa bencana yang terjadi beruntun belakangan sebut saja banjir bandang di Wasior Papua, gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai lalu erupsi Gunung Merapi di utara kota yang begitu kucintai, Jogjakarta.
Namun yang membedakan antara aku dengan mereka adalah tentang pendapat bagaimana asal muasal semua itu terjadi.
Kecuali banjir Wasior yang kupikir adalah karena kita lengah menjaga keasrian hutan penyerap air, selainnya itu, seperti gempa dan tsunami serta erupsi gunung berapi terjadi karena sesuatu yang ‘entahlah’.
Tapi berbeda dengan mereka.
Bagi mereka, bencana itu muncul karena keteledoran kita dalam bermoral! Mereka menganggap bahwa bencana alam muncul karena kita terlalu asyik masuk dengan pornografi atau karena kita terlalu sering semena-mena terhadap bawahan dan memperdayai sesama atau.. kita yang bermain terlalu licik untuk menarik uang dan keuntungan yang sebenarnya bukan hak kita.
Sah kah pendapat itu? Sah-sah saja, kenapa tidak!
Tapi sah pula jika lantas aku bertanya, jika memang demikian, maka sebesar itukah kontribusi moral manusia dalam menentukan kinerja alam untuk berbencana atau tidak?
Jika jawabnya adalah “Ya”, lalu moral yang seperti apa yang dikehendaki alam untuk dapat meredam geliatnya?
Moral yang harus membutakan manusia terhadap sekitar demi melihat satu-satunya kebenaran menurut versinya dan menghujat kebenaran-kebenaran milik orang lain?
Ataukah moral yang justru harus membinasakan manusia-manusia lain yang dianggapnya tak bermoral demi tegaknya moral itu sendiri?
Katakanlah alur ‘logika’ tentang ‘penyebab bencana adalah keteledoran moral’ itu benar lalu bagaimana dengan bencana-bencana yang terjadi sebelum manusia ada?
Apakah mereka (bencana-bencana itu) waktu itu terjadi juga karena makhluk-makhluk sebelum manusia juga tak bermoral?
Moral menurut takaran siapa pula?
Menjadikan bencana alam sebagai tonggak untuk hidup lebih baik adalah baik. Setidaknya kita diajak mengingat bahwa maut dapat menjemput kapan saja bahkan lewat bencana alam, jadi hiduplah dengan baik dan benar. Tapi menuduh manusia dan moralitasnya sebagai dalang dibalik semua bencana alam yang terjadi adalah…. ah, entahlah… aku kehabisan kata. Tiba-tiba aku merasa sangat kecil, aku terlalu jauh dari Si Empunya Alam meski itu hanya untuk menafsir apa makna yang tertuai di setiap bencana…

Sebarluaskan!

18 Komentar

  1. Setuju dengan kalimat di paragraf terakhir, bencana seharusnya menyadarkan kita untuk hidup secara baik dan benar.
    Inti posting ini menyindir Mr. anu yang suka berpantun itu ya :P. Coba lihat gambar ini dab http://twitpic.com/3111qg

    Balas
    • Kalau sudah perkara bencana lebih baik talk less do more ;) helping each other …

      Balas
      • Sepakat hehe :)

        Balas
  2. semoga setelah bencana alam ini indonesia masih bisa tetap semangat mas. Moral manusia semoga tersentuh untuk berbuat lebih baik :)

    Balas
    • amin :)

      Balas
  3. moral memang berpengaruh terhadap bencana mas.. coba aja kalau mba maridjan mematuhi perintah BMG untuk segera pindah pasti gak akan jatuh korban..
    tp dia dgn yakin bilg gunung merapi tak kan meletus

    Balas
    • Secara statistika memang layaknya demikian, namun seperti postingan mas DV diatas kebenaran masing masing adalah persepsi masing masing, begitupun mbah Maridjan..

      Balas
    • namanya juga roso roso mas.. smoga aja pilihan mbah maridjan ndak ..echemm .. sama Extra Joss … :))

      Balas
  4. wahh gak bisa berkata2.. yang bisa dilakukan mari berdoa bersama demi kebaikan bangsa.. smg dijauhkan dari bencana lagi indonesia ini

    Balas
  5. Setiap bencana yang terjadi sudah pasti karena sebab akibat.
    Mungkin tidak tepat kalau dikatakan moral bangsa ini yang menyebabkan banyaknya bencana di negara kita ini. Tapi kalau dikatakan bahwa ulah manusia yang mengeksploitasi bumi dengan sangat-sangat berlebihan tapi lupa merawatnya, sebagai sebab terjadinya pergeseran norma2 alam dan iklim, memang iya. Erosi dasar bumi, banjir. Ah. Semoga bencana-2 segera berlalu ya, mari kita berdoa sama2….

    Balas
  6. Sangat luas arti fenomena tragis yang menimpa Indonesia. Kehilangan putra putra terbaik bangsa juga berarti sentilan akan banyak hal, seperti mas DV bilang “bisa karna kita yang teledor” atau kita yang “kehilangan moral” atau malah karena akumulasi keduanya … entahlah..

    Balas
  7. Barangkali bencana yang dijadikan sebagai tonggak introspeksi diri menjadi hal sangat penting agar senantiasa keberlangsungan hidup yang diberikan Tuhan kepada setiap umat-Nya sungguh bermanfaat bagi manusia semua. Di samping itu, mungkin akan muncul sikap menghargai terhadap apa pun yang ada, terlebih alam anugerah Sang Khalik itu.
    Salam kekerabatan.

    Balas
    • Terkait kekerabatan.. apakah bisa jadi ini teguran untuk saling bersatu? karena biasanya jika terkena musibah umumnya masyarakat kita malah bersatu

      Balas
  8. Karena Indonesia memang berada di cincin api, risiko gempa bumi, gunung meletus dan longsor mungkin saja terjadi, yang penting kita semua harus selalu siap untuk bisa mengelola bencana yang terjadi dan bagaimana mengantisipasinya agar tak banyak jatuh korban.
    Wasior, kebetulan saat mengajar di Papua, ada peserta (cewek) yang berasal dari Wasior. Dia selamat hanya dengan baju yang melekat di badan…rumah tempat kostnya hancur, kantornya rusak parah. Temannya ada yang masih hilang tak ketemu. Kondisi Wasior yang terletak di teluk, dan tanahnya lempung, serta diatasnya banyak sungai, maka jika terjadi hujan terus menerus, risiko longsor akan tetap terjadi.

    Balas
  9. hanya bisa berdoa semoga bencana yang terjadi cepat berlalu, dan manusia belajar dari cobaan tersebut (ex: menjaga kebersihan alam, tidak melakukan kegiatan2 yang merusak hutan, dll)

    Balas
  10. kawan, setiap orang memang memiliki pendapat sendiri tentang bencana yang sedang terjadi, ada yang mengatakan itu disebabkan oleh manusia sendiri, ada pula yang menagatakan itu petunjuk dari “Yang Diatas”.
    Kita memang tidak pernah tahu apa yang terjadi besok, yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha untuk lebih baik, masalah hasilnya kita serahkan pada “Sang Pemilik Alam”.

    Balas
  11. Sebagaimana Matahari menyinari orang baik dan orang jahat dan hujan yang menyirami orang bermoral dan amoral, apa bedanya dengan bencana??
    Let’s pray for all victim
    salam,

    Balas
  12. Aku kok lebih cenderung melihat gempa bumi dan gunung meletus sebagai peristiwa alam, bukan akibat moral manusia. Alam memiliki hukumnya sendiri, yang mengatur siklus ekologi. Kecuali banjir yang diakibatkan hutan rusak, atau pemanasan global, memang itu tanggung jawab manusia.

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.