Mimpiku, Prabowo – Jokowi Tandemocracy adalah solusi terbaik 2019 – 2034

1 Mei 2017 | Indonesia

Ijinkan aku untuk bermimpi sekali lagi, tentang Tanah Air yang lebih damai, lebih menyatu dan zonder ketegangan antar suku, agama, ras apalagi golongan.

Mimpiku adalah Indonesia di tahun 2019 ketika pasangan presiden-wakil presiden, Prabowo Subiyanto – Joko Widodo berkuasa memimpin negeri bahari yang bak mutumanikam ini menjadi bangsa besar yang berkilau selayaknya zamrud katulistiwa.

Bayangkan, dua tokoh nasional besar bersatu! Apa tak kurang baik mimpiku itu?

Don! Duh… mana mungkin sih?
Ssstttt! Namanya juga bermimpi, kenapa masih menggunakan skala mungkin-tidak mungkin karena bahkan konon mimpi pun tak berwarna, tak berdinding dan tak tersekat waktu?

Lagipula ini kan pulitik?
Politik itu plastis. Tinggal dipanasi sedikit ia melunak dan mudah dibentuk menjadi satu bentuk yang baru lagi.

Beberapa hal yang akan bisa jadi keuntungan bagi Indonesia apabila Prabowo dan Jokowi dipasangkan sebagai Presiden dan wakil presiden 2019 adalah…

Kutub-kutub yang mencair

Kehadiran Prabowo-Jokowi sebagai pasangan presiden-wakil presiden 2019 akan membuat kutub-kutub yang selama ini beku dan seolah menghadapkan kedua tokoh besar yang pernah saling berhadapan dalam Pilpres 2014 ini akan hancur selebur-leburnya. Tak ada lagi faksi-faksi, semuanya bersatu.

Apa kalian tak ingin membayangkan adanya konser gede-gedean untuk kampanye keduanya di Senayan menghadirkan Slank, Rhoma Irama dan Ahmad Dhani ditingkahi stand up komedi sekelas Cak Lontong dan Pandji lalu pidato motivasional Ahok duet dengan Anies Baswedan serta Najwa Shihab?

Untuk petugas keamanan dari konser itu adalah Banser bekerja sama bahu-membahu dengan FPI! Indah bukan?

End of Hoax era

Tak hanya di dunia ‘offline’, celurut-celurut penyedia hoax maupun pemanas tungku emosi warga online dari kubu manapun juga akan bersatu padu membela Prabowo-Jokowi. Bayangkan mereka membuat sebuah situs portal yang menuliskan kebaikan diasuh oleh Kak Jonru dan Kak Denny Siregar?

Grup-grup WA juga akan punya nada yang lebih seragam dan tidak dirusuhi lagi dengan sas-sus mencekam dari situs-situs gratisan maupun situs yang dibangun seadanya yang penting meledak, yang penting beritanya menggoyahkan, yang penting banyak dishare dan… siapa tahu pemiliknya jadi tajir, jadi pembawa acara di televisi, jadi penulis buku, buzzer pulitik, wakil rakyat, duta besar… atau dewan komisaris BUMN. Asik, kan?

Reuni indah Gerindra dan PDIP

Bersatunya Prabowo dan Jokowi akan menjadi reuni yang indah antara Gerindra dan PDI-P. Tahun 2009, Megawati pernah berpasangan dengan Prabowo untuk maju dalam Pilpres. Meski tumbang oleh SBY dan Budiono, tapi setidaknya mereka telah merangkai jalan awal yang indah antar kedua partai berbasis nasionalis itu.

Kerjasama berlanjut pada Pilkada Jakarta 2012 saat keduanya mengangkat Jokowi – Ahok. Nah, setelah berpisah di 2014 dan 2017 saat Pilkada DKI Jakarta, kenapa sekarang tidak bersatu saja untuk menghasilkan simponi yang indah dan merajut lagi tenun-tenun kebangsaan?

Pelita kembali hidup meski tanpa Orba

Tapi kenapa Prabowo – Jokowi, Don? Kenapa bukan Jokowi – Prabowo?
Nah, sebentar… begini. Sebelumnya mari kuceritakan hal yang kurindukan dari Orba adalah tiadanya Pelita (Pembangunan Lima Tahun) lagi. Setelah Orba, setiap lima tahun ada model pembangunan baru tergantung siapa presidennya. Pasangan Prabowo – Jokowi ini bisa menghadirkan pola Pelita meski tetap dalam angin reformasi yang sejuk-sejuk panas ini!

Kalau Jokowi dicalonkan menjadi presiden dan Prabowo adalah wakilnya, bisa jadi Gerindra menarik diri. Selain itu, kalau Jokowi jadi presiden lagi, ia tak kan bisa dipilih lagi pada periode 2024 – 2029 karena sudah dua kali menjabat sebagai presiden.

Tapi bayangkan kalau ‘rutenya’ jadi begini, Prabowo – Jokowi (2019 – 2024), Jokowi – Prabowo (2024 – 2029) lalu diputar lagi jadi Prabowo – Jokowi (2029 – 2034), total jendral, keduanya, bila sehat-sehat saja, akan pernah menjabat sebagai presiden dan wakil presiden sebanyak masing-masing dua kali.

Berkibarnya pasangan ini hingga 14 tahun ke depan tentu akan membuat agenda pembangunan Indonesia seperti yang kubilang di atas, memiliki pola seperti Pelita yang berkesinambungan lagi dengan stabilitas politik yang lebih baik dan terjaga.

Kelahiran tokoh-tokoh muda baru

Lamanya mereka menjabat, by that time (2034), tokoh-tokoh muda seperti AHY atau Tsmara Amany sudah cukup matang untuk mengambil alih tampuk pimpinan didampingi tokoh yang saat itu sudah akan sangat senior seperti misalnya Ridwan Kamil ataupun Ahok.

Sounds good hey?
Bolehkan punya mimpi seindah ini?

Meminjam istilah beberapa komentator politik Rusia ketika mereka mengomentari kerjasama mirip-mirip ini yang dilakukan Medvedev – Putin, aku memberi nama pasangan ini sebagai Prabowo – Jokowi Tandemocracy.

Sebarluaskan!

2 Komentar

  1. Mimpi yang sangat amat indah mas.. Indah sekali..

    Balas
  2. Sejujurnya saya pendukung Prabowo dengan ketegasannya dan keberaniannya. Bisa dibayangkan jika bersanding dengan Pak Jokowi yang bekerja keras. Pasti negara aman dan hasilnya nyata..

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.