Dian Paramita atau yang lebih akrab dipanggil sebagai Mimit ketimbang Dian, menurutku adalah salah satu dari sedikit ‘anak muda’ yang jadi seleb-twit bukan karena sensasi-sensasi dangkal demi mendongkrak popularitas. Jalur pikirannya yang unik dan berbeda itulah yang membuatnya tak tergoyahkan di social media!
Aku sangat terkesan dengan eksistensi dirinya. Meski tak semua pikirannya kusetujui, tapi setidaknya kemauannya untuk mau mengemukakan pendapat meski itu melawan arus adalah hal yang patut diacungi jempol.
Terus terang sejak dulu aku sudah berkeinginan untuk membawanya ke forum ‘dkk‘ ini, tapi ide apa yang patut kupertarungkan dengannya tak kunjung kutemukan karena aku tak mau sembarang asal menyeret diri adik kandung dan semata wayang dari blogger senior, Herman Saksono itu kemari.
Lalu semesta seperti membentuk kurva yang mempertemukanku dengannya.
Kiprahnya dalam perjuangan menyuarakan ‘kesejahteraan’ binatang seolah bertemu dengan isu penyiksaan hingga pembunuhan kucing yang ditengarai dilakukan oleh Danang beberapa waktu lalu dan di situ aku berkeputusan untuk segera mengiriminya email penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya sudah tercipta di dalam otakku jauh sebelum peristiwa Danang itu terjadi, jauh sebelum kurva itu terbentuk dan berujung di sini.
Mau tahu seperti apa wawancara seruku dengannya? Silakan menyimak penggalan-penggalannya karena ada beberapa konten yang aku tak bisa siarkan di sini terkait kesepatakanku dengannya.
Hey, Mit apakabar?
Baik! Btw, makasih ya Mas atas kepedulianmu membuat posting tentang hewan. I appreciate it a lot. :)
You’re welcome, Mit!
Kalau kutanya soal peristiwa Danang, apa pendapatmu yang paling singkat dan komprehensif?
Hmmm.. aku rasanya seperti meringsek ke dalam bumi, Mas :(
Ah, lebay! OK, kuubah niatku. Jelaskan secara gamblang maksudmu barusan.
Tapi bener, setiap ada penyiksaan hewan oleh manusia, rasanya seperti kesedot ke dalam tanah.
Kalau soal Danang, jelas orang itu gila.
Kalau soal Danang, jelas orang itu gila. Orang waras bagaimanapun tidak akan tega untuk hanya menonton sebuah penyiksaan atau pembunuhan. Coba bayangkan jika ada sebuah penyiksaan di depan mata kita, karena kita waras akan selalu otomatis menutup mata dan merasa iba, kan? Apalagi untuk melakukan penyiksaan itu sendiri.
Saya yakin latar belakang orang waras adalah mereka yang lahir dengan jiwa yang normal, dari keluarga penyayang, dengan masa kecil yang bahagia, dan tidak pernah mengalami peristiwa yang menyebabkan trauma. Orang yang suka menyiksa adalah sebaliknya, orang sial. Pasti ada latar belakang buruk yang menyebabkan mereka memiliki kejiwaan yang salah. Justru harus kita kasihani.
Tapi soal penyiksaan seperti ini kan sebenarnya masalah lama. Ekspos media baru terasa setelah adanya social media seperti sekarang jadi menurutmu masalah intinya sebenarnya ada di mana, kegilaan orang itu dalam menyiksa dan membunuh binatang atau kegilaan mereka untuk memamerkan foto di social media karena aku tak ingin dengar kamu menjawab ‘kedua-duanya’? :)
Dipamerkan maupun tidak dipamerkan, menikmati kegiatan menyiksa itu adalah gangguan kejiwaan.
Tentu masalah utamanya adalah kegilaan orang itu dalam menyiksa. Dipamerkan maupun tidak dipamerkan, menikmati kegiatan menyiksa itu adalah gangguan kejiwaan. Tapi menyiksa plus memamerkan itu akut. Seharusnya pelaku dimasukkan ke rumah sakit gila karena kegilaannya tidak pantas dibiarkan di tengah masyarakat.
Di satu sisi, aku berpendapat bahwa kalau mau total membela hewan janganlah makan hewan karena makan hewan itu berarti membunuh mereka. Terlepas dari disiksa lebih dulu atau tidak. kalau kita belum vegetarian harusnya kita terlalu ambil pusing karena toh hewan itu sama-sama matinya. Gimana menurutmu dengan hal ini?
Iya, akupun selalu mendapat kritikan serupa karena aku masih makan daging meski sekarang sedang berupaya menguranginya.
Memang seharusnya aku menjadi vegetarian atau bahkan vegan saat membela hewan. Bahkan idealnya memang manusia itu tidak lagi memakan hewan. Tapi itu mimpi yang terlalu jauh. Mungkin akan tercapai tapi tidak bisa sekarang.
Sebenarnya yang menjadi fokus utamaku adalah kesejahteraan hewan. Aku ingin manusia memiliki hubungan saling menguntungkan dan harmonis dengan hewan maupun alamnya. Sebuah simbiosis mutualisme.
Idolaku, seorang penyandang autism bernama Temple Grandin yang memperjuangkan kesejahteraan hewan ternak, mengatakan, “Nature is cruel, but we don’t have to be. I wouldn’t want to have my guts ripped out by lion. I’d much rather die in a slaughter house if it were done right.”
Intinya, seekor sapi akan lebih memilih hidup baik di peternakan lalu dibunuh dengan cepat daripada diburu dan perutnya disobek-sobek oleh singa.
Bagiku, ini bukan soal membunuh, tetapi bagaimana hewan itu diperlakukan saat masih hidup.
Bagiku, ini bukan soal membunuh, tetapi bagaimana hewan itu diperlakukan saat masih hidup. Seharusnya semua hewan akan lebih sejahtera hidupnya jika dipelihara manusia, daripada menjadi liar di jalanan. Mereka mendapat tempat untuk hidup yang baik, makanan yang cukup, dan bahkan diperhatikan kesehatannya. Pada akhirnya mereka dibunuh untuk kepentingan hidup manusia, namun dibunuh dengan cepat tanpa merasakan sakit. So far, bagiku ini adalah kehidupan paling masuk akal antara manusia dan hewan.
It’s a very cool answer!
Bagaimana sih meningkatkan awarness orang-orang untuk memperhatikan kesejahteraan hewan di Indonesia yang meski memiliki alam nan megah tapi begitu banyak kepentingan yang membuat alam serta ekosistemnya makin terhimpit?
Contoh seperti di Sumatera… kini banyak macan menyerang kampung karena habitatnya makin sempit sementara manusia juga perlu berkembang?
Thanks! Hehe.
Kalo ini jawabannya sederhana sekali sebenarnya, yaitu dengan hukum yang tepat dan pelaksanaan hukum yang kuat. Nah penjelasannya yang rumit. Semua manusia itu memiliki kecenderungan rakus dan jahat. Dari seenaknya menggunakan jalanan untuk jualan, korupsi duit negara, hingga seenaknya mengeksploitasi alam tanpa batas. Jalan keluarnya adalah memiliki pemerintah yang concern dan hukum yang kuat dalam menghukum mereka yang rakus dan merugikan ini.
Manusia memang perlu berkembang dengan mengambil hasil alam dan sebagainya, namun tidak dengan rakus mengambilnya tanpa memikirkan jangka panjang. Kita perlu menebang pohon, namun kan tidak perlu menebang semua pohon hanya karena ingin menjadi kaya tanpa batas kan? Pelaku seperti ini seharusnya dihukum dengan berat. Hukuman berat secara tidak langsung akan meningkatkan awareness masyarakat.
Aha.. ngomongin soal pemerintah, bagaimana pemerintah sekarang ini khususnya Departemen Kehutanan RI? Apakah mereka cukup memberikan support pada dukungan pemberian kesejahteraan hewan ini? Atau mungkin mereka malah lebih cenderung untuk memberi kesejahteraan untuk pengusaha yang mengokuptasi hutan?
Untuk itu, khusus pada Menteri Kehutanan, aku angkat tangan. Dia tidak akan pernah membantu usaha rakyat memperbaiki hubungan manusia dan hewan Indonesia.
Pemerintah belum banyak membantu. Seperti beberapa bulan lalu aku bertemu Menteri Kehutanan dan aku sangat kecewa.
Aku datang memberi solusi adanya badan yang mengurusi kesejahteraan hewan, tapi ia tanggapi seakan aku sedang demo protes. Tidak nyambung, tidak membantu apapun.
Untuk itu, khusus pada Menteri Kehutanan, aku angkat tangan. Dia tidak akan pernah membantu usaha rakyat memperbaiki hubungan manusia dan hewan Indonesia. Aku mending cari jalan lain dari orang lain.
Tapi meski demikian, overall, pemerintah jaman sekarang memang jauh lebih baik dalam urusan ini. Walau belum membantu banyak. Namun paling tidak ada perbaikan sedikit demi sedikit.
Mari kita agak bergeser sedikit soal issue KBS karena aku lihat kamu kan juga ikut bersuara di sana.. Menurutmu, dalam bahasa yg komprehensif lagi, apa masalah utama dari KBS itu dan bagaimana penyelesaian seharusnya?
Soal KBS masalah utamanya tidak ada UU tentang standar kebun binatang di Indonesia, tidak ada penangkapan maupun hukuman untuk pelaku, dan terakhir yang mengurusi itu semua adalah politikus maupun pengusaha. Perlu diketahui, KBS ini hanya satu di antara kebun binatang Indonesia yang bernasib sama. :(
Ok, next
kamu kan bilang sedang akan membentuk/terlibat dalam lembaga yang ngurusi kesejahteraan hewan, kira-kira garis besar kerjanya akan seperti apa, targetnya apa dan ini barangkali yang semoga jadi pertanyaan yang menarik, apa kamu yakin lembaga itu nanti mampu bekerja untuk mengangkat kesejahteraan hewan?
Harapanku, Komisi Nasional Perlindungan Hewan ini akan fokus terhadap kesejahteraan hewan liar, hewan peliharaan, maupun hewan ternak di Indonesia. Seluruh kalangan (kecuali pemerintah dan pengusaha) yang memiliki kepedulian terhadap hewan memiliki kesempatan untuk terlibat di dalamnya.
Komnas ini diyakini akan membantu pemerintah dalam proses merancang kebijakan, mengedukasi masyarakat, mengawasi kegiatan yang menggunakan hewan, menuntut para pelaku yang melanggar kebijakan, dan mendampingi segala proses hukumnya. Selain itu, komnas ini akan menjadi pihak yang dapat dipercaya masyarakat dalam segala prosesnya.
Karena biasanya pelaku diproses hukum namun bagaimana kelanjutan beritanya selalu simpang siur antara pelaku, pengusaha, maupun media. Komnas ini akan menjadi pihak yang dapat dipercaya masyarakat dalam segala update sebuah kasus.
Aku yakin mampu bekerja dengan baik karena orang yang terlibat di dalamnya bukan politikus atau pengusaha, namun dari kalangan yang peduli hewan.
Oh iya Mas, aku juga sudah membuat petisi tentang ini, di sini. Semakin banyak yang tanda tangan, semakin ada kesempatan ide ini didengarkan oleh pemerintah dan usaha kesejahteraan hewan di Indonesia semakin terwujud. Jika ide ini terwujud, kita akan menjadi negara berkembang pertama yang memiliki badan kesejahteraan hewan. Tak hanya itu, kita akan menjadi lebih tenang karena ada badan yang kita percaya mampu melindungi makhluk-makhluk lucu yang sangat membantu kehidupan kita itu dan menghukum para penyiksa binatang seperti Danang.
Sudah terlalu banyak komnas2 di negeri ini. Yang ku ketahui, hanya dijadikan kendaraan untuk tawar menawar.
Maaf…
Kyknya anak2 socmed harus berani turun lgs bikin komunitas. Kyk jktberkebun. Itu bagus bgt…
Di sini aku keranjingan berkomunitas don. Dari komunitas yg menghasilkan uang , charity smp volunteer.
Mungkin lebih tepatnya, anak2 harus turun langsung bikin komunitas terlepas dari anak socmed atau bukan socmed :)
Duh, coba yg nembak kucing itu tau taneman bernama catnip.
Alhasil, kucing2 liar nggak akan nyolong lauknya. jelas milih catnip. Ganja gitu lho!
Wah kalo ada daun itu mungkin tetep akan ada tembak-tembakan terhadap kucing karena rebutan dengan pemiliknya, Ndoch :)