• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Merpati Berkaki Satu, Sepagi Itu

24 Maret 2009 54 Komentar

1

Kepada siapa kita harus berkaca?

Kepada cermin?
Tidak bosankah kita berkaca pada diri sendiri sementara diri sebenarnya ingin berkaca dari yang lain sekali tempo?

Kepada sesama manusia?
Tidak khawatirkah kita pada justru timbulnya rasa membanding-bandingkan dan pada akhirnya malah menggulirkan kita pada lembah iri, dengki, pengidolaan yang semu apalagi minder?

Kepada Tuhan?
Hmmm are you OK?????

Pagi tadi aku bertemu seekor merpati berkaki satu yang sedang mengais-ngais remah makanan di depan Queen Victoria Building. Entah bagaimana ia bisa hanya memiliki sebelah kaki. Barangkali kecelakaan atau mungkin Tuhan memang hanya menaruh satu kaki saja semenjak ia dilahirkan…

Hatiku berpijar melihat kemuliaan merpati itu dalam menerima kenyataan hidup.
Ia tak pernah mengeluh. Kalaupun mengeluh Tuhan tak memberinya suara yang sanggup kumengerti bahasanya, sayangnya.

Aku terpikat pada caranya tetap tegar dan bersemangat menyambut hari yang masih pagi itu.
Mengatur keseimbangan tubuhnya dengan sebelah kaki untuk mematuk lalu tegap kembali, mematuk dan tegap lagi kemudian dengan sekuat tenaga melompat, berpindah ke tempat lain sambil berharap mendapatkan remah-remah yang lebih baik. Selepas kenyang dengan satu kayuhan ia pun terbang untuk kembali ke rumah.
Seperti ia tak menyempatkan diri untuk mengasihaninya sendiri dan tak pula melonggarkan waktu padaku untuk lebih lama berkaca darinya.

Ia terlalu istimewa sepagi itu…

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Cetusan

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. p u a k mengatakan

    25 Maret 2009 pada 12:06 am

    Aahh…aku terharu membaca renungan ini.
    Reminder.. reminder..
    thanks, mas..

    Balas
  2. zam mengatakan

    25 Maret 2009 pada 12:12 am

    manusia sering mengeluh.. kalo ngeliat kondisi temen-temen kita yang “berkebutuhan khusus” yang pantang menyerah, harusnya kita yang “sempurna” ini malu..

    Balas
    • DV mengatakan

      25 Maret 2009 pada 12:12 am

      Betul, Mas.. Betul sekali ituw

      Balas
  3. mantan kyai mengatakan

    24 Maret 2009 pada 8:05 pm

    hikmah bisa dipetik bahkan dari makhluk terlemah sekalipun. sekali tempo tataplah mentari, bukan pada kehangatannya, tetapi pada kerelaannya untuk dibakar demi kehidupanmu… sepandai-pandai orang adalah yang pandai bersyukur.
    selamat pagi mas. sepagi ini saya sudah meracau di blog sampean :))

    Balas
  4. kris mengatakan

    24 Maret 2009 pada 11:25 pm

    kok aku jadi terharu ya? … :(

    Balas
    • DV mengatakan

      24 Maret 2009 pada 11:25 pm

      Sama :)

      Balas
  5. Chandra mengatakan

    25 Maret 2009 pada 1:56 am

    Dalem…

    Balas
    • DV mengatakan

      25 Maret 2009 pada 1:56 am

      Banget… :)

      Balas
  6. Yoga mengatakan

    25 Maret 2009 pada 3:12 am

    Ngenes lihatnya Don…
    Aku jadi ingin nangis.

    Balas
    • DV mengatakan

      25 Maret 2009 pada 3:12 am

      Betul… apalagi waktu aku ngeliat langsung, langsung kujepret..:)

      Balas
  7. DM mengatakan

    25 Maret 2009 pada 3:54 am

    Dan tahukah kau, Don, makanan cicak itu?
    Bukankah ia tidak memiliki sayap seperti nyamuk?

    Balas
    • DV mengatakan

      25 Maret 2009 pada 3:54 am

      Hmmm aku masih belum paham komentarmu, Dan. Kalau ada waktu tolong dijabarkan, sepertinya menarik, Sobat :)

      Balas
  8. tanti mengatakan

    25 Maret 2009 pada 6:05 am

    Merpati itu pastilah makhluk yang sangat berharga sehingga ia dimampukan hidup dengan segala keterbatasannya.
    Merpati itu pastilah makhluk yang sangat berharga, dipakai sebagai sarana untuk membuat kita (dan mungkin banyak orang lain lagi) bisa berkaca dan belajar nilai kehidupan darinya.
    Hiks… jadi terharu…
    Kalau aku ada disana,
    apa merpati itu akan senang ya kalau kubelai untuk menyatakan rasa haruku? untuknya?

    Balas
    • DV mengatakan

      25 Maret 2009 pada 6:05 am

      Aku jadi ingat perkataan seseorang pada Yesus tentang kenapa mesti ada orang sakit:)
      Kalau kamu ke sini membelai dia, bisa-bisa kamu kena sue karena mengancam hidup wildlife…
      Di sini, terkadang, menolong malah bisa kacau, Mbak :)

      Balas
  9. sawali tuhusetya mengatakan

    25 Maret 2009 pada 11:00 am

    haruskah kita belajar dari merpati berkaki satu itu mas donny, yang bisa demikian tabah menjalani takdar dan suratan nasibnya, tanpa harus mengutuk dan menyumpah2, hehehe … kok beda banget dng manusia, ya, mas, diciptakan sebagai makhluk yang “sempurna” tapi selalu saja merasa kurang, haks.

    Balas
    • DV mengatakan

      25 Maret 2009 pada 11:00 am

      Sangking kurangnya sampe korup ya, Pak :)
      Tapi Pak Sawali kok bisa tahu kalau mereka tak mengutuk diri dan menyumpah-nyumpahi Tuhan? Apa Pak Sawali tahu bahasa mereka? Heheheh, becanda Pak Guru :)

      Balas
  10. Ikkyu_san mengatakan

    25 Maret 2009 pada 9:13 pm

    kamu bis “menyadari” keadaan merpati itu karena matamu terbuka don. Jika tidak, maka tidak akan kelihatan apakah merpati itu berkaki satu atau tidak. Siapa yang membukakan matamu? Karena sebetulnya terkadang mata kita terbuka tapi tidak melihat. Pasti jiwamu… ya ada sesuatu yang menggerakkan penglihatan mu sehingga bisa menangkap “cermin” ini. Aku besyukur karena aku jg bisa merasakannya karena telah kamu tuliskan.
    semoga mata kita bisa “terbuka” terus akan peristiwa di sekitar kita, dan mengambil maknanya.
    Apa rencana untuk Paskah?
    Aku akan bikin oikumene dengan kotbah dari pendeta yang dulunya anggota Yakuza. I am looking forward to hear his preach!
    GBU friend
    EM
    EM

    Balas
    • DV mengatakan

      25 Maret 2009 pada 9:13 pm

      Komentar yang sangat memberi kesimpulan dengan bagus, Mel.
      Paskah ini, aku akan tetap mengikuti triduum sekhidmat mungkin, lalu abis upacara Good Friday, with my friends, aku akan pergi ke Port Stephen, tiga hari holiday di sana.
      Kayaknya seru :)

      Balas
  11. genthokelir mengatakan

    25 Maret 2009 pada 10:25 pm

    walah menjadi pembelajar dlm setiap kesempatan adalah mendewasa dalam peneguhan jati diri
    merpati berkaki satu itu terus bersemangat untuk hidup dan mengisi hari harinya mengalahkan saya yang kadang kehilangan semangat untuk menjalani hari harinya

    Balas
    • DV mengatakan

      25 Maret 2009 pada 10:25 pm

      Mas Totok, Anda sekali waktu juga bisa dan boleh lho menuliskan pelajaran dari alam yang ada di sekitar Anda di blog Anda.
      Pasti banyak dan memikat tho!
      Dadi ora mung cerita kambing tertawa atau temu blogger yang bikin iri itu hihihihi:)

      Balas
  12. byme mengatakan

    26 Maret 2009 pada 2:31 am

    hiks
    byme kok malah nangis

    Balas
  13. prameswari mengatakan

    25 Maret 2009 pada 7:53 pm

    Mas sedang merenung tapi ya sempat-sempatnya nyari angle foto yang apik buat moto merpatinya…
    pake kejar2an gak mas
    (udah banyak komen seriusnya, komen ngasal ya….hehehe)

    Balas
    • DV mengatakan

      25 Maret 2009 pada 7:53 pm

      Hehehe, bahasa kerennya “contemplacio in actio” Dik :)
      Berkontemplasi di tengah kegiatan :)
      Aku gak pake kejar-kejaran karena di sini burung nggak ada takutnya sama manusia, mereka biasa hidup dihargai :)

      Balas
  14. achoey mengatakan

    25 Maret 2009 pada 10:53 pm

    Kadang kita bisa berguru pada ketegaran alam dan mahluk lain.
    Bahkan merpati berkaki satu itu.
    Jadi membuaat kita semangat jalani perjuangan.

    Balas
    • DV mengatakan

      25 Maret 2009 pada 10:53 pm

      Betul, Mas.. meski sebenarnya yang saya ingin tahu adalah bagaimana perasaan para makhluk itu ketika melihat kita. Jangan-jangan mereka juga tersemangati melihat kita yang lesu gara-gara melihat mereka ya :)

      Balas
  15. Ria mengatakan

    26 Maret 2009 pada 9:30 am

    *ngambil tissue*
    baca renungan ini malem2 bikin jadi eling ya mas…bahwa hidup itu harus disyukuri bagaimanapun susahnya, wong dikasih hidup aja udah syukur :D

    Balas
    • DV mengatakan

      26 Maret 2009 pada 9:30 am

      Benar, hidup ini adalah anugerah tapi kadang kita minta lebih…

      Balas
  16. ndaru mengatakan

    26 Maret 2009 pada 3:11 am

    terima kasih, aku merasa diingatkan :)

    Balas
    • DV mengatakan

      26 Maret 2009 pada 3:11 am

      :) Good luck!

      Balas
  17. Yoga mengatakan

    26 Maret 2009 pada 9:44 am

    Aku tertarik untuk sharing pendapat lagi di sini Don. Aku jadi ingat dengan kalimat:- Hidup bukan hanya untuk diratapi! Hidup untuk dijalani, seberapa pun besarnya tantangan menghadang, seberapa pun besarnya perjuangan harus ditempuh! Hidup bukan tentang apa yang kau inginkan dan apa yang tidak kau inginkan! Dan bahwa hidup mesti dijalani dengan apa yang ada, bukan dengan apa yang seharusnya ada
    sama halnya dengan cicak yang disebut Daniel, merpati itu menegaskan, semua kalimatku tadi sekaligus mengingatkan, dengan keterbatasannya, akan ada rejeki untuknya. Ada welas asih untuknya.
    Tuhan Maha Pemurah.
    Selamat berlibur. :)

    Balas
    • DV mengatakan

      26 Maret 2009 pada 9:44 am

      Orang Bijak itu bilang “Bahkan burung udara yang tidak menanam dan memetik pun mendapatkan makanan” :)
      Salut!

      Balas
  18. angga mengatakan

    27 Maret 2009 pada 4:40 am

    Salut buat penglihatan yang punya Blog!
    Menuangkan apa yang dilihat, menjadi penghangat non alkohol

    Balas
    • DV mengatakan

      27 Maret 2009 pada 4:40 am

      Hehehehe, tapi saya ndak tau waktu menulis ini pake alkohol apa nggak jhe, Dab :)
      Piye kabare? Njanur gunung!

      Balas
  19. edratna mengatakan

    26 Maret 2009 pada 9:51 pm

    Sebetulnya kita bisa belajar dari lingkungan keseharian kita, jika kita mau membuka mata dan telinga lebar-lebar.
    Dan kemudian, kita akan mensyukuri apa yang telah kita peroleh selama ini.

    Balas
    • DV mengatakan

      26 Maret 2009 pada 9:51 pm

      Betul, Bu.. kata kunci dan tujuannya adalah Syukur..:)

      Balas
  20. suhadinet mengatakan

    26 Maret 2009 pada 10:06 pm

    Ayo syukuri keadaan kita saat ini. Terlalu banyak karunia yang diberiNya. Takkan sanggup kita menghitungnya. Jangan merutuk, jangan mengeluh, semangat….!
    Contoh (hikmah) bagus memang bertebaran di sekitar kita bila kita mau mencermatinya..
    Oh ya, terimakasih Mas DV untuk segala yang telah dibagi, hari ini tepat setahun saya ngeblog..

    Balas
    • DV mengatakan

      26 Maret 2009 pada 10:06 pm

      Selamat Suhu Suhadi, langgeng terus blognya:)

      Balas
  21. yessy muchtar mengatakan

    27 Maret 2009 pada 9:14 am

    Ini dalem banget Don, bikin merenung namun juga beryukur disaat yang bersamaan.
    Betapa Tuhan amat pemurah dan amat penyayang….
    Apa kabarmu Don….Miss you…*lebayyyyyyyy*

    Balas
    • DV mengatakan

      27 Maret 2009 pada 9:14 am

      Amen!

      Balas
  22. Mal mengatakan

    27 Maret 2009 pada 3:51 pm

    Belajar Hidup bisa dari siapa saja dan dari mana saja.
    Hari Ini saya belajar dari mas DV dan mas DV belajar dari manuk Dara.
    Matur sembah nuwun mas

    Balas
    • DV mengatakan

      27 Maret 2009 pada 3:51 pm

      Sami-sami, Mas

      Balas
  23. imoe mengatakan

    27 Maret 2009 pada 6:56 am

    jika dengan satu kaki saja dia bisa…masa kita dengan dua kaki gak bisa…maka bersyukurlah dengan apa yang kita miliki, belajar dari merpati

    Balas
    • DV mengatakan

      27 Maret 2009 pada 6:56 am

      Betul, Mas…
      Intinya, kalau kita diberi kelebihan kenapa nggak bisa berbuat lebih dari yang kurang ya :)

      Balas
  24. Lala mengatakan

    27 Maret 2009 pada 6:57 am

    Oh my God!
    Aku lupa kalau kamu adalah penulis yang sungguh hebat, Donny..
    Aku suka sekali sama postinganmu yang ini; sederhana, nggak terlalu panjang, tapi pesan moralnya dapet banget!
    (kangen euy, udah lama nggak ngobrol… nyapa napa kalau ketemu di YM… hehehehe)

    Balas
    • DV mengatakan

      27 Maret 2009 pada 6:57 am

      Hanya debulah aku di alas kakimu, Lala.
      Kamu adalah penulis besar dan hebat, sementara aku masih mengupasi hal-hal kecil untuk dijadikan tulisan.
      Doronglah aku, supaya tak tertatih dalam menulis:)

      Balas
  25. Muzda mengatakan

    27 Maret 2009 pada 12:06 pm

    Padahal kita sempurna ya…
    Tapi selalu berkaca pada kesempurnaan lain..
    Huff, merpati berkaki satu…

    Balas
    • DV mengatakan

      27 Maret 2009 pada 12:06 pm

      Kita tidak sempurna, Mas…
      Tuhan yang sempurna, dan kita selalu berusaha mendekatiNya

      Balas
  26. mascayo mengatakan

    27 Maret 2009 pada 8:21 pm

    membayangkan saya langsung melihat dan memaknai burung dara berkaki satu di sepagi itu …
    simple but still inspiring ..

    Balas
    • DV mengatakan

      27 Maret 2009 pada 8:21 pm

      Suwun :)

      Balas
  27. achoey mengatakan

    28 Maret 2009 pada 2:12 am

    Kadang mahluk selain manusia itu merasa iba ketika melihat kita berleha-leha dan berpangku tangan untuk kebaikan.

    Balas
    • DV mengatakan

      28 Maret 2009 pada 2:12 am

      Hahaha, saya suka komentar Anda. Mengambil sisi lain dari tulisan ini.
      Cerdas!

      Balas
  28. Lics mengatakan

    30 Maret 2009 pada 9:15 pm

    wah ini ilustrasinya sip banget membuat kita berpikir saaat melihat burung sara berkaki satu suatu hikmah buat kita semua
    salam kenal mas dan silaturrahmi

    Balas
  29. Endang "BLITZ" mengatakan

    5 April 2009 pada 9:19 pm

    1. Donny mengajak kita semua utk belajar mengamati hal – hal sederhana yang melintas dalam perjalanan hari… sebab tidak jarang, Tuhan memberi pelajaran melalui hal yang tidak biasa, juga dalam sekejap…..
    2. Merpati adalah lambang ketulusan yang diajarkan Yesus… burung2 di langit adalah lambang pemeliharaan Tuhan terhadap kehidupan ini… dan pada suatu pagi.. seekor merpati berkaki satu dibidik lensa kamera sahabat saya untuk dijadikan sebuah perlambang lagi….. apa? hidup yang sempurna adalah berani menjalani ketidaksempurnaan dengan tidak menyalahkan keadaan, tetapi menerima dan melanjutkannya……..
    BRAVO Donny “Bassistnya BLITZ….. hehehheh

    Balas
    • DV mengatakan

      5 April 2009 pada 9:19 pm

      Bravo, Endang!
      Selamat menjalani pekan suci dan mempersiapkan diri menjelang Paskah :)

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT