Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:31 – 32)
Dari Kabar Baik di atas, kita bisa tahu bahwa anugerah paling nyata sebagai orang yang mengaku murid Tuhan adalah kemerdekaan! Melalui penebusanNya, Yesus memerdekakan kita dari dosa!
Pertanyaannya sekarang, kalau sudah mengetahui kebenaran, kalau sudah dimerdekakan lalu ngapain? Apa pengaruhnya merdeka dan tidak merdeka kalau hal itu tidak mengubah hidup kita menjadi lebih baik?
Waktu SD dulu, kata-kata yang paling kuingat saat guru membawakan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) adalah begini kira-kira, ?Para pendiri bangsa sudah memerdekakan kita dengan darah dan nyawa. Kitalah generasi muda yang harus mengisi kemerdekaan itu??
Sama halnya dalam kemerdekaan yang kita terima melalui Kristus, maka saatnya kita mengisi kemerdekaan itu. Caranya? Dengan membawa kebenaran firmanNya dalam kehidupan nyata dan inilah tantangannya.
Membawa kebenaran firmanNya dalam hidup bukan perkara yang mudah! Bukan karena kita tak memiliki iman tapi justru karena kadang kita terlampau sulit untuk membedakan mana yang merupakan kebenaranNya mana pula yang adalah ?kebenaran-kebenaran? lainnya.
Perkara politik misalnya.
Kadang fanatisme terhadap satu tokoh membuat kabur dan terlena. Kita? terpaku pada ?kebenaran? si tokoh ketimbang kebenaran firmanNya yang ada dalam tokoh itu.
Hal ini justru menandakan ketidakmerdekaan kita!
Mata kita seperti terbebat, terkatup, fanatisme buta! Fanatisme yang membuat kita menganggap tokoh yang kita elu-elukan seolah adalah tokoh yang tanpa salah. Fanatisme yang membuat kita juga berpikir sebaliknya bahwa tokoh yang berseberangan adalah tokoh yang tak pernah bisa berbuat benar.
Sebagai orang Katolik yang mengenal kebenaran firmanNya, wujudkanlah kemerdekaan dengan mengambil jarak pada siapapun tokoh yang sudah, sedang dan akan bermunculan di tahun-tahun politik ini.
Buka mata dan takar setiap tokoh, sejauh mana ia mampu mengakomodasi kebenaran-kebenaranNya lalu tanpa pandang bulu, agama dan suku, pilihlah ia sebagai pilihan yang barangkali tak sempurna tapi paling ideal di antara yang lainnya.
Salam Merdeka!
Sydney, 21 Maret 2018
0 Komentar