Apa yang kau ingat tentang KLa Project?
Bagiku, trio Katon Bagaskara, Adi Adrian dan Lilo (dulu plus Ari Burhani) adalah tonggak musik era 90-an.?Ada puluhan karya yang ditelurkan yang begitu mendominasi dunia musik Tanah Air kala itu. Siapa yang tak kenal Rentang Asmara, Tentang Kita, Terpurukku Di Sini, Semoga, Tak Bisa Pindah ke Lain Hati, Romansa, Menjemput Impian dan apalagi kalau bukan Yogyakarta?
(You know what, pada 1993 silam, salah satu yang melecutku untuk berani pindah dan berstudi ke Jogja adalah lagu Yogyakarta… lalu 15 tahun sesudahnya, lagu itu pula yang mengantarkanku untuk pergi dari kota itu).
Setelah 20 tahun semenjak 1990, apa yang masih kau harapkan dari KLa Project?
Dunia musik Tanah Air telah berputar beberapa kali pusingan sejak KLa mengeluarkan single pertama mereka Tentang Kita dan perputaran itu menyangkut banyak hal termasuk tren pasar dan mekanisme industri rekaman.
Dulu, trend pasar masih sangat kental dengan unsur new wave 80-an ala Duran-Duran dan KLa sigap beradaptasi lalu melemparkannya ke pasar Tanah Air.?Mekanisme industri rekaman sendiri dulu juga belum sekompleks sekarang. Penyanyi/grup musik berkreasi, membuat album, merekamnya di pita kaset lalu dirilis. Selanjutnya tinggal mengatur langkah promo yang biasa ditempuh lewat radio dan majalah serta tour kota-kota.
Saat ini, trend pasar tanah air telah berlalu jauh dari new-wave dan terjerembab pada nuansa pop/rock melayu yang menye-menye; easy listening meski easy to be forgotten juga.?Jumlah penyanyi dan grup musik pendatang baru menjamur tak keruan banyaknya meski yang ‘berani’ membuat album utuh lalu dijual bisa dihitung dengan jari.?Kebanyakan dari mereka memilih membuat single, lempar ke radio dan televisi (Ya! lewat acara-acara musik harian yang kerap memakai area parkir mall sebagai venue dengan sepasukan alay merayap di pinggir panggung dan hampir keseluruhan artisnya ber-lip synch!) serta internet dan menunggu reaksi pasar.
Kalau respon bagus, album adalah tujuan selanjutnya, kalau tidak ya terpaksa pensiun atau alih karir menjadi pemain sinetron atau figuran film.?Dari sisi industri, yang lebih absurd lagi, karena hanya ‘berani’ single, pemasukan lewat penjualan album pun ter-nafi-kan. Sebagai gantinya, penjualan ringback tone (RBT) dikedepankan sambil berharap ada produsen sinetron menjadikan lagunya sebagai soundtrack.
Nah, di tengah black era itu, kehadiran KLa Project dengan album terbaru mereka bertajuk Exellentia, bagiku adalah gebrakan berani yang semoga cukup signifikan memberi sebuah cercah bagi dunia musik kita.
Kekuatan album ini masih disandarkan pada musikalitas yang renyah didengar tapi tak murahan. Adi Adrian yang kuanggap sebagai pemberi warna musik pada kelompok ini terbukti ampuh memilih unsur-unsur kekinian ke dalam format KLa lalu meraciknya menjadi sesuatu yang tak usang tapi juga tak sok-update.
(Namun demikian, toh masih saja ada suara yang berkata KLa telah ‘berubah’, tapi bagiku, bengkokan yang mereka lakukan kali ini belum separah ketika mereka tiba-tiba ber-techno di ‘Sudi Turun ke Bumi (Sintesa – 1998)’ setelah sebelumnya kita dininabobokan dengan alun sunyi KLakustik dua album sekaligus. Jadi, kalem guys!)
Rangkuman tema KLa yang semula akrab dengan percintaan muda-mudi pun kini telah diperluas ke arah yang lebih universal hingga menyentuh hal-hal spiritual.?Katon, si peracik kata, seiring kematangan usianya tampaknya telah melalui berbagai macam pencerahan hingga akhirnya lahirlah lirik-lirik ulung seperti pada Hidup Adalah Pilihan atau Cinta (Bukan) Hanya Kata. (Tapi, ahhh above all, caranya mempertahankan istilah “lelaki kecil” di Hilang Separuh Arti seperti memberi hubungan mungil nan indah dengan Belahan Jiwa (Pasir Putih – 1992) yang juga menggunakan istilah yang sama).
Lilo, sekembalinya ke KLa setelah ‘rehat’ beberapa waktu, seperti menyempurnakan paket dengan torehan suara melengking serta pilihan-pilihan fill in gitar nan sederhana tapi tetap melodius.
Coba tengok Hidup Adalah Pilihan dan perhatikan bagaimana ia memilih tatanan nada sederhana lewat dawai gitar yang bahkan bisa kita senandungkan itu??Atau, masih dari track yang sama, tengok bagaimana ia mengisi bridge yang seakan menjadi konklusi tema lagu, “Andai mesti aku pindahkan satu gunung yang tinggi, dengan iman ku percaya terjadi.” Dahsyat!
Kehadiran Sierra Soetedjo pada Kau Pulihkan Luka juga bukan semata-mata pelengkap atau katakanlah sekadar melangsungkan tradisi KLa yang acap membawa vokalis tamu wanita dalam lagunya. Ia memang tak bisa dibandingkan dengan Siska Insani (dan untuk apa pula membandingkannya?), tapi penyanyi berkarakter jazz ini nyata-nyata adalah pemerkaya lagu yang diberi porsi untuk ‘bernyanyi’, berduet dengan sang vokalis, Katon. Tarikan vokalnya yang unik kupikir yang menjadikan track ini sebagai track favoritku selain Hidup Adalah Pilihan di album ini.
Secara pribadi aku tak menemukan titik lemah dari album ini kecuali kenyataan yang tersirat kuutarakan di atas bahwa dari sisi pasar, Exellentia bukan berasal dari kalangan yang sedang menjadi trend saat ini. Aku yakin ia lebih sebagai sebuah penunjuk eksistensi band besar bernama KLa Project bahwa meski telah berumur tapi mereka tetap ada dan tetap berbeda.
Jadi, kecil harapan kita untuk melihat para alay yang setiap hari memenuhi pinggir panggung sebuah tayangan musik ‘parkiran mall’ itu akan ‘ngeh’ dengan single-single terbaru KLa kecuali kalau tiba-tiba Katon mau mengubah cengkok popnya menjadi meliuk-meliuk kemelayu-melayuan…
Tapi kalau sampai hal itu terjadi, hari ini, review tentang album mereka kupastikan tak kan sampai terbaca di blog ini :)
So, well done, KLa!
—-
Cukuplah kita diamkan
Sementara tlah jauh permainan
Mereka trus berperan
Tak pernah beri kesempatan
Giliran kita, sekarang
(Revolusi Disco, Exellentia – KLa Project)
Mempertanyakan “untuk apa pula membandingkannya?” sambil membandingkan selera & pendapat kamu dgn selera orang lain… :)
Hehehehe.. nice comment! Tumben :)
Wah. Menurutku KLA jelas beda kelas dengan band2 baru yg spt katamu, easy listening but easy to forgotten pula. Sejujurnya aku malah tak tertarik dgn musik2 skrg sampai aku merasa sdh kehilangan gairah dan seleraku akan masik, krn aku malah tetap “terkungkung” dgn musik2 lawas dulu yg sangat membekas di hati, walau tak hrs ttg cinta.
Suka aku baca pendapatmu ttg mereka yg tampil di lap parkir mall dan nyanyi lip sync, hahaha…
Akhir kata, KLA tetap punya fans & kelas sendiri.
Keterkungkugan kita terhadap musik2 lawas bisa mengindikasikan dua hal, yang pertama, benar katamu, yang kedua, barangkali karena kita tua dan tak mau repot mengais ke musik yg sekarang :)
Nggak diragukan, kowe klanis. Kemana ya Siska?
Siska ikut juga dalam album ini tapi sbagai backing vocal saja
wah itu juga salah satu band fave aku, musiknya yg kayak duran2 juga aku setuju pernah di munculkan di album sebelumnya, sentuhan gitarnya lilo memang asik untuk di simak.
Yoi, Bro… Aku udah nebak dari usia pasti loe suka juga hahahah
Review, yang jika personal KLa ada yang membacanya, saya pastikan mereka akan segera berkumpul dalam satu meja untuk berdiskusi, lantas memberi “penghargaan” pada Om Don.
Salam kekerabatan.
Hehehehe, amin Pakde… Tapi tanpa itupun mereka justru yang patut dihargai karena tak pernah berhenti berkarya :)
wah jadi bener gosip itu kalo artis2 yang manggung2 di acara musik2 harian ituu cuma lipsync doang..hmmm tenggorokannya lagi sakit or emang kualitas dapur rekaman aja yah, kebanyakan diedit..makanya ga berani live..hihi
bener..adek2ku yang masih ababil juga ga pada suka ma band2 sekarang, ga bagus2 katanya..
btw saya juga dengar lagu2nya KLA..merdu dan menghanyutkan…
Hidup Kla!
Loh, baru tau … lha ya keliatan dari sempurna nya suara mereka tho :)
Yang jelas selalu suka baca ulasan Donny tentang musik…
Makasih, Bu :)
kalau saya dari Kla Ten, itu mungkin asal mula nama Kla Project..
Podho, aku yo wong Klaten.
aku suka banget Kla. dulu koleksiku lengkap lo. tapi sekarang beberapa hilang, entah ke mana. aku belum punya album Kla yg baru ini. tapi rasanya pasti akan membelinya deh… hehehe.
Belilah, cukup bagus kok :)
meski berada di tanah seberang, mas donny ternyata masih cukup concern dengan perkembangan musik di tanah air. konon jarang2 loh, mas, yang punya kepedulian demikian. rata2 terkena sindrom “laur negeri minded”, hehe ….
Saya orang Indonesia dan selamanya, Pak :)
Maybe, di era 80-an genre new wave menginspirasi KLa..termasuk juga dgn pop dan rock progressive seperti SAGA, dsb…sampe skrg KLa, menurut saya selalu menghadirkan musik dan lirik berkualitas [bintang lima]..
Sebegitu bagusnya KLa sehingga aku membuat KLamelan wkwkwk…
Dan saat ini Exellentia hadir memberi warna baru dan warna lain di tengah terpaan lagu-lagu saat ini
Kalo lagu dan band di Indonesia saat ini ..aku gak koment aja deh..krn gak penting untuk dikomentari hehhe…
Hehehehe, makasih komentarnya, Ben :) AMDG!
ket cilik hingga saat ini aku cinta karo Kla..
lagune apik-apik…apalagi JOGJAKARTA…..kadang membuatku menangis…hiksssss….
Ahai… ternyata untuk yang satu ini selera kita sama, Don.
Aku juga sangat suka denga KLa.
Senang sekali begitu mengetahui mereka bertiga kembali kumpul dan membuat album lagi.
Ulasanmu, memperkaya pemahamanku terhadap group ini.
And yes… I dont like “the menye-menye” group, hahaha… :D
Yup….salan bt klanis d manapun km.
beberapa hari terakhir ini aku lagi seneng-senengnya dengar album Kla yang ini. lagu-lagunya nggak ada yang nggak kusuka. semua suka. tapi paling suka sama Separuh Arti dan HAP. jadi pengin koleksi semua lagu Kla dari awal sampai akhir.
Yup. HAP itu secara lirik sangat membangun dan melodinya enak didendangkan. Aku paling suka bagian “Andaikan aku pindahkan satu gunung yang tinggi, dengan imanmu percaya terjadi”.. Kristiani sekali hahaha