Menyembunyikan Tuhan dan Keluarga

17 Agu 2009 | Cetusan

Beberapa waktu yang lalu, seorang teman kantorku bertanya tentang apa resepku untuk selalu giat dalam bekerja.
Tak lama kemudian, pertanyaan itu kujawab dengan pertanyaan balik baginya, “Apa yang membuatmu berpikir bahwa aku tampak giat bekerja?” Namun pertanyaanku berlalu tanpa jawaban dan ia tetap memaksa untuk meminta jawaban dariku tanpa aku bisa mengelaknya.

Aku lantas berpikir mencari jawaban terbaik yang kujanjikan akan kuberikan saat jeda morning tea keesokan harinya.
Di dalam bis sepulang kantor, di atas closet malam harinya ataupun saat-saat sunyi menjelang tidur aku terus berusaha mencari jawaban.

Sejatinya, jawaban itu sangatlah mudah, hanyalah dua hal saja yaitu Tuhan dan keluarga.
Aku bekerja atas anugerah Tuhan; giat atau nggak giat kerja, aku tetap harus bekerja demi keluarga yang kunafkahi.
Simple, bukan?

Tapi permasalahannya sekarang adalah, temanku sipenanya tadi, ia datang dari golongan yang sepertinya takkan mau menerima dua alasan yang terdengar absurd itu. Oleh karenanya, tantanganku adalah bagaimana dalam waktu yang singkat, aku mampu membingkai, mengemas dan menghadirkan dua alasan tadi ke dalam satu hal yang cukup rasional, tidak absurd dan sebaliknya lumayan western! kepadanya.

Malam itu terlewati…
Keesokan paginya, dengan kepala yang belum sepenuhnya terisi jawaban yang sebenarnya,
sambil menuang teh ke dalam gelas, ia pun bertanya, “Hey Donny, have you got an answer?”

Terdiam sejenak, aku lantas menjawab sekenanya.
“Gampang! Kuncinya ada di hari Senin dan Jumat!
Ketika Senin tiba, berpikirlah bahwa kamu mengejar Jumat sebaiknya dan secepatnya dengan penghasilan sebagus-bagusnya.
Ketika Jumat tiba, matikan handphone kamu, lupakan masalah kerjaanmu, bersuka rialah! Have fun go mad sebisa mungkin sebelum senin tiba dengan uang yang telah kamu dapatkan seminggu sebelumnya. Begitu terus! Berulang-ulang!”

Seketika tak ada jawaban darinya.
Ia manggut-manggut seperti sedang mencerna kata-kataku perlahan-lahan lalu kemudian berseloroh, “Aha.. gotcha!”
Pagi itu ia begitu bergembira dan berkali-kali ia ucapkan terimakasih atas masukan yang menurutnya sangat berarti itu.

Akan tetapi, alih-alih merasakan senang serta bangga karena bisa menghibur dan memberi jawaban yang menginspirasi baginya, aku malah bersedih karenanya. Aku bersedih karena meski terdengar jawabanku tadi sangatlah masuk akal dan membahagiakan namun pada kenyataannya aku telah gagal membingkai dan mengemas Tuhan dan keluarga ke dalam alasan yang atas nama modernitas dan western dianggap baik dan layak. Aku malah lebih tampak sebagai orang yang menyembunyikan Tuhan dan keluarga seperti layaknya penakut dan pecundang.

Aku berlalu ke arah meja sambil membawa secangkir teh hijau tanpa gula kesukaanku.
Tapi sampai setengah jam setelah kuseduh tak jua kunikmati seperti biasanya.
Aku takut, pada mood-mood seperti itu, rasa sepat dan tawar teh yang biasanya pas akan terasa lebih berat dan kelam…

Sebarluaskan!

50 Komentar

  1. sebuah ide bagus untuk melupakan urusan pekerjaan di waktu2 yang semestinya menjadi jatah keluarga…
    tetapi kadang pekerjaan seperti blended dengan waktu yang kita punya… alhasil, harus ada yg dikorbankan.
    *komen ini sekaligus menasihati diriku sendiri* hiks :(

    Balas
    • Hahahaha, aku suka istilah nge-blend.. kayak nge-blend layer di sotosop aja, Sob :)

      Balas
  2. Tidak mudah memang menjadi saksi padahal kesempatan itu ada di depan mata.
    Jangan anggap kegagalan mas, anggap ini masih latihan yg masih perlu disemprunakan.
    Mengemas Tuhan dlm satu paket dengan keluarga? Biasanya saya ngomong terus terang bahwa I work 4 God. Kalo masih gak percaya, ya ditanya mau dengerin penjelasannya? kalau mau, berarti bisa berpanjang2 sharing pedoman hidup.
    Sound boring, heh? Mbok ben, yg penting dlm keseharian kan gak membosankan :D
    Semoga kesempatan itu menghampiri lagi :)

    Balas
    • Thanks, Eka..:)
      Aku lebih berpikir dan mungkin kadung lebih senang untuk sharing lewat tindakan.. dan eh tak taunya justru itu adalah alatku untuk melindungi kesalahan dan ketakutanku untuk mensharingkanNya lewat kata-kata…:(

      Balas
  3. Donny, memang tak mudah menjelaskan sesuatu pada orang lain, terutama pada orang-orang yang lingkungannya sangat berbeda.
    Bagi orang Indonesia, agama apapun, selalu mengkaitkan perilaku sehari-hari nya dengan Ketuhanan. Seperti saya dan lingkunganku, bekerja adalah ibadah, jabatan adalah amanah. Dan saya bekerja keras demi kepentingan keluarga, anak-anak, suami dan keluarga besar agar bisa menabung, hidup lebih baik serta saling tolong menolong.
    Dengan bekerja akan menghasilkan uang, yang sebagiannya merupakan kewajiban kita untuk memberikan bantuan lagi kepada orang yang tidak berpunya.
    Namun kita tak bisa semudah ini menjelaskan pada orang lain, yang setiap langkahnya didasarkan atas rasio berpikir, sehingga menjelaskannya mungkin seperti Donny di atas. Nanti, jika dia sudah mengenalmu dengan baik, engkau bisa pelan-pelan secara nyata menunjukkan dengan perbuatan, mengapa Donny selalu semangat kerja dan ingin berbuat baik.
    Kadang, kita tak perlu menunjukkan dengan kata-kata kan? Hanya dengan perbuatan.

    Balas
    • Betul, Bu… Saya sepakat bulat dengan apa yang Bu Enny ngendiko..
      Itulah yang menjadi kebanggaan saya sebagai orang Indonesia yang tetap selalu memandang bahwa ada “Something to believe in”.
      Istilah bekerja sebagai amanah sering diistilahkan sebagai “Contemplacio in Actio”, bagaimana menghadirkan Tuhan dalam aksi hidup kita.
      Terimakasih, Bu.. Maturnuwun Gusti paring berkah…

      Balas
  4. Pengalaman gue ya, alasan-alasan yang berkaitan dengan keluarga biasanya orang-orang barat itu bisa langsung terima…tapi kalo alasannya Tuhan, sependapat ma dikau, ga semua bisa, kadang kita malah didebat…jadi, dikau ga sendiri Don, beberapa anak Indo yg gue tau juga lebih milih “menyembunyikan” Tuhan untuk hal-hal pribadi bin dalem kaya gini, gue pun kadang begitu…hehehe…coz bisa ga beres-beres pertanyaannya kalo bawa-bawa Sang Pencipta…hehehe…

    Balas
    • Hehehehe, emang semakin lama semakin gw rasa ada beberapa hal yang aneh di sini :) So, biarlah urusan Tuhan biar jadi urusan kita masing-masing pribadi denganNYA ya..? (Lagi nebak-nebak berapa temanmu yang atheis?)
      Eh BTW, BUS WAY, ANIWAIII.. komen loe ini adalah komen yang ke 3500!!!! Sulamet, ntar kutraktir makan makanan indo di Pesta Kampung tahun depan huahuahua!

      Balas
  5. rasanya lebih mudah menuliskan jawabannya daripada mengucapkannya secara lisan ya? memang itu susah sih don. apalagi aku yg nggak pinter berkata-kata… tapi kupikir kamu bisa menjawab dengan nada yang mencerminkan kerendahan hati. kalau dia ngeyel, disenyumi saja :) hehe

    Balas
    • Yoi, Kris..
      Kamu kan tau aku humble kayak umbel jadi bakalan merendah hahaha :)

      Balas
  6. Kenapa gak kasih diri kamu kesempatan kedua? kesempatan di sela kamu ketemu sama dia lagi. Katakan aja kalo ada point penting dari senin-jumat itu, adalah Tuhan dan keluargamu.

    Balas
    • Ngggg… nggak, Huang. Aku lebih senang menampakkan Tuhan dan keluarga dalam perbuatan ajah…:)
      Takutnya ntar dikira propaganda bisa bahaya :)

      Balas
  7. Tidak menjelaskan sesuatu yang bakal menguras energi dan waktu kita rasanya sudah bijaksana Don!
    Aku setuju dengan pendapatmu, bahwa menceritakan Tuhan itu bisa melalui tindakan-tindakan nyata kita. Memang sih harus balance dengan perkataan kita yang menceritakan DIA (cuma waktunya jg harus tepat toh?)
    betewe, jawabanmu soal senin dan jumat itu cerdas dan lucu…aku suka

    Balas
    • Maacih :P hahahaha!

      Balas
  8. Hureeeee!
    Tahun depan mah kelamaan! Thanks anyway.. :p
    Ga usah nebak don, gue kasih tau aja. Sampai saat ini temen bule gue yg terus terang bilang atheis ada 1, yang secara implisit mengaku atheis ada 1, yang membuat gue bingung ada 1 dan akhirnya gue berpikir bahwa dia tidak memilih agama apapun tp dia juga tidak anti Tuhan. Tapi ketiga orang yg berteman sangat baik ma gue ini adalah orang2 yang toleransi keagamannya tinggi, jadi kalo ama mereka gue bisa buka-bukaan ngungkapin alasan2 yg berkesan religius. Idih, gue jadi kangen..hehe..
    Karena gue orangnya ga sabaran dan rada egois kalo urusan pribadi kaya gini, jadi biasanya gue males kalo berinteraksi terlalu dekat ma orang2 sudah menunjukkan tanda2 akan mendebat, nah untuk orang2 beginilah biasanya alasan-alasan alakadarnya dan tidak dari hati gue keluarkan, yg penting tetap memberi kesan baik dan urusan cepet beres…hehehehe…

    Balas
    • Hehehehehe….
      Itulah menariknya mereka.
      Terkadang gw berpikir bahwa meski mereka tidak mengakui Tuhan tapi barangkali kelakuan mereka justru sangat berketuhanan yah… Kalau udah begini gw cuma bisa berdoa buat mereka supaya mereka bisa dan mampu untuk percaya pada Tuhan di sisa usia mereka *tsahhh kayak rohaniwan aja gw omongnya*
      Gw juga paling ogah kalau ada orang ngajak berdebat soal agama, apalagi kalau ada yang harus berperang demi agama!
      Istilah kata (waktu jaman muda dulu) mending berperang memperebutkan wanita ketimbang agama dan kitab-kitabnya ituh hauhuahuahua…!!!

      Balas
  9. Saya sependapat kalo Tuhan dan keluarga lah yang bisa jadi penyemangat kerja.
    Untuk sang teman, gak harus dirisaukan, toh apa yang mas bilang benar. Tinggal masalahanya ada sama ssang teman, bisa menerima itu atau gak.

    Balas
    • Betul, sip! Mantaf!

      Balas
  10. segala sesuatu memang ada waktu dan tempatnya Don… dirimu telah tepat berucap bagi si bule itu, karena memang itu yang dibutuhkannya. kata-kata adalah ekspresi dari sebuah pesan. mau apapun bentuk kata-katanya, tidak jadi soal, yang penting kan makna yang terkandung di balik kata-kata itu… :D
    selamat rabu Don… :D

    Balas
    • Yeah, Uda! Yeahh hahaha :)

      Balas
  11. mas Donny…
    Bunda percaya mas jawaban mas Donny itu tepat..apalagi dilingkungan yang bukan Indonesia..ndak panjang lebar olehe njelasno…
    Kita tahu persis …bahwa kita bekerja untuk keluarga dan sebagai kewajiban umat Tuhan…
    kalau ada anak seusia anak anak Bunda hidup di LN,bunda jadi ingat anak anak bunda…Sukses ya…

    Balas
    • Hehehe halo Bunda lama tak jumpa…
      Iya, saya tahu kok anak-anak Bunda ada yang di LN, lha wong dulu beberapa ada yang temen chatting saya hihihi…
      Sukses untuk semua, Bun.. juga untuk Bapak, semoga semangkin maju Jogja nya..:)

      Balas
  12. Haru berani melawan waktu kerja, jangan sampai di exploitasi.. dari awal sudah harus memposisikan diri sebagai partner bukan employee, kira kira begitu solusinya supaya bisa memberi waktu untuk keluarga

    Balas
    • Xixixixi, kamu ini komen apa sih, jaka sembung bawa golok banget deh ih..:)

      Balas
  13. duh…gimana ya…
    sebenernya sih ada makna tersirat dari kata-kata mengejar jumat itu. aku bisa mengartikan kalau kamu bekerja dari senin dengan giat untuk mengejar kerinduan kamu beristirahat, have fun dan renungan untuk KELUARGA dan TUHAN kan hehehe…
    (kebanyakan analogi sih ya gue hihihi…)
    jadi di sisi temenmu dia menilai secara hurufiah yang kamu sebutkan, tetapi dalam hati kamu itu sudah mengolah maksudmu dengan kata yang lebih mudah ia mengerti walaupun gak 100% maksud kamu itu tersampaikan.
    kalau mau lebih lega ya bilang aja, kamu bekerja dari senin mengejar jumat biar bisa senang2 dengan keluarga lagi dan hasilnya buat dipakai buat have fun buat keluarga (dan buat kolekte gereja gak usah disebutin kali ye hehehe…)
    so?? tepat atau ndak itu relatif, tapi u try the best n thats from ur heart, sayangnya emang ndak semua orang bisa tahu maksud hatimu kan :D (ini juga aku nebak hehehe… moga2 kesimpulan yang menghibur winkkk winkkk…)
    lah kamu masih mending ditanya temen bule yang notabene bukan siapa2nya kamu, kalo aku kadang ditanya sama bokap (bokapku gak beragama walaupun percaya Tuhan, jadi ateis implisit juga sih) nah… sedihnya berlipat ganda tapi karena sudah terbiasa akhirnya beliau juga melihat ndak ada yang salah dengan prilaku ku yang ndak musingin dia hehehe…

    Balas
    • Xixixixixi, betul Fem, betul!

      Balas
  14. Ahhh, sempat speechless tadi baca artikel ini… setelah yang kedua kali baca saya baru berani komen. Berasa ketampar soalnya. Somehow, saya juga seringkali merasa gagal seperti itu loh mas. Seringkali tidak pandai mempergunakan kesempatan untuk mengemas kesaksian saya tentang “Tuhan dan Keluarga”, kepada sahabat atau orang-orang disekeliling saya. Bodohnya saya, karena saya menghalalkan keminoritasan saya sebagai alasan/dalih untuk membenarkan kealpaan saya itu.
    Thanks for sharing. Tiba-tiba merasa beruntung pagi2 udah nyasar ke blog ini. Belakangan gak punya waktu banget untuk blogwalking, jadi gak BW sama sekali. Tapi pagi ini saya nyempet2in sebentar, dan terdampar ditulisan indah ini. Thanks for reminding me. Nice post :)

    Balas
    • Wah dapat kunjungan dari Mbak Silly :)
      Makasih, makasih sudah berkunjung, Mbak… makasih pula kalau postingan ini membawa satu permenungan bagi Anda.
      Sukses untuk semuanya ya!

      Balas
  15. jawabannya masih saya pikir-pikir mas… soalnya DDR, Daya Dong Rendah.. :mrgreen:

    Balas
    • Heksss.. jaka sembung lagi nih :)

      Balas
  16. title entry nya GAWAT!!!
    merdeka bung!!!

    Balas
    • Gawat juga!!! Eh.. maksudnya, Merdeka juga!

      Balas
  17. Don,
    Aku malah nggak akan bisa menjawab sebagus kamu kalo ditanyain temenku dengan pertanyaan yang sama… :) Dan kamu, Don.. kamu berhasil mengemasnya dengan baik! Lepas dari masalah lupa mengemas keluarga dan Tuhan dalam rangkuman jawaban itu, tapi jawabanmu itu sungguh luar biasa! Keren, Don…

    Balas
    • Makasih, La.. smoga kamu nggak berlebihan menilaiku.. jadi maylyuu xixixixixi

      Balas
  18. Apa yang membuat bersemangat? – benar sekali keluarga dan impian-impian itu.. dengan Tuhan adalah sebagai sumber segala rejeki dan keberkahan bagi keduanya – membahagiakan keluarga dan sekaligus menggapai impian2 itu..
    Kadang rekan2 mbule disini juga begitu – mereka cukup heran melihat kita yang notabene dari asia begitu bersemangat terhadap kedua hal tadi..

    Balas
    • Yupe, betul Mas… Dalam hal ini sepertinya mereka perlu belajar dari kita untuk membuat hidup lebih hidup.. :)

      Balas
  19. Ada tuntunan yang pernah saya dengar, bunyinya begini : “Bekerjalah seolah kau akan hidup selamanya, dan beribadahlah seolah kau akan mati besok pagi”. Tuntunan ini berisi pentingnya keseimbangan antara kehidupan duniawi dan kehidupan akhirati. Bagi kita umat beragama, mungkin tuntunan ini cocok, tapi saya nggak tahu apakah bisa diterima oleh orang barat seperti di lingkungan Donny, yang lebih mengedepankan rasionalitas?

    Balas
    • Menurutku, mereka perlu belajar Bu

      Balas
  20. wah, disikut sama postinganmu aku hari ini Don. Ada mood yang sedikit terangkat karenanya.. Thanks ya.. kegagalanmu kali ini sudah menginpirasi orang lain.
    God Bless…

    Balas
    • Sami-sami, padahal aku ndak sengaja nyikut lho, aku cuma lagi nindihi aja xixixixixi

      Balas
  21. wow Don, memang sulit ya menjawab sesuai dengan isi hati. Kalau org Jepang memang tidak agamis tapi, mereka masih mengakui bahwa ada yang “Super Power” dan yang mungkin absurd bagi kita adalah dinamisme dan animisme. Jadi tidaklah sulit jika mengatakan “Tuhan dan keluarga” sebagai sebab kita berusaha. Tapi di negara barat yang katanya justru lebih kristen kok malah lebih sulit ya mengungkapkan kekristenan kita?
    EM

    Balas
    • Lha ini menurutku bukan perkara kristen atau nggak jhe, Mel tapi lebih mendasar dari itu, mereka tuh ya ada yang belum percaya Tuhan :)

      Balas
  22. Memang menyedihkan ya bung, membacanya pun aku ikut sedih. Western menang 1:0. Semoga lain kali keadaan bisa berbalik, Tuhan dan keluarga menang telak 5:1 atau lebih.

    Balas
    • Wah, saya menulis begini tidak untuk sebagai arena pancing-memancing supaya kita berkompetisi dengan western, Bung :)
      Tak perlu menang kalah, yang penting di hati.. Itu kalau saya :)

      Balas
  23. sebuah jawaban yang cerdas, mas don, hal2 yang berkaitan dengan soal keyakinan memang susah untuk dijelaskan, hehe … bagusnya pakai analogi seperti jawaban mas don itu. mantab toh!

    Balas
    • Makasih, Pak Sawali! :)

      Balas
  24. walaahh, jawaban yang udah dipersiapkan malah urung disampaikan :D
    yah.. jawabannya tetep asik sih bang (unik! :D), tapi jadinya ada yang ngganjel ya..
    menurut aku, kadang klo terlalu dipikir dan ditunda2 menyampaikan sesuatu, jadi hilang sikon (dan mood) yg mendukung pernyataan itu..
    gpp lah.. setuju.. ke depannya bs ditunjukkan dengan perbuatan :) malah mungkin lebih mengena.

    Balas
    • Thanks, Narpen :)
      Gimana persiapan ke Jepang?

      Balas
  25. Kayaknya jawaban begitu gak berarti menyembunyikan Tuhan dan keluarga. Strategi biar “nyambung” aja kan. Situasinya memang begitu. Jadi gak perlu “guilty feeling”..
    Btw, salam kenal..

    Balas
    • Salam kenal juga :) Tuhan dan keluarga udah ketemu dan udah keluar dari tempat persembunyiannya :)

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.