Menyampaikan apa yang disampaikan-Nya

4 Okt 2019 | Kabar Baik

Hari ini, aku merenungi tentang bagaimana kita sebagai murid Tuhan senantiasa menjaga apa yang kita sampaikan supaya selaras dengan apa yang disampaikan-Nya.

Dalam Kabar Baik, Yesus berkata,?
Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku. (Lukas 10:16). Konteks di atas terjadi pada saat Yesus mengutus para murid untuk pergi ke kota-kota.

Menyampaikan apa yang disampaikan-Nya

Jika diterjemahkan dalam bahasa yang lebih mudah, pesan Yesus tersebut kurang lebih berarti jika seseorang mendengarkan muridNya, orang itu mendengarkan Yesus. Jika seseorang menolak muridNya, orang itu menolak Yesus. Jika seseorang menolak Yesus, orang itu menolak Allah karena Allah yang mengutus Yesus.

Pertama kali aku mendengar dan memperhatikan, ada rasa lega.
Kenapa? Kadang dalam memberi kesaksian entah itu melalui tulisan-tulisan di blog ini maupun dalam wujud lain, aku mengalami penolakan. Penolakan membuat kecil hati tapi ayat di atas amat menguatkan. Tuhan besertaku! Amin? Amin!

Tapi di sisi lain, ayat di atas sejatinya membuatku agak gentar juga. Lho kok bisa?

Bagaimana kalau apa yang kusampaikan, apa yang kuberikan dalam wujud kesaksian adalah hal yang melenceng dariNya? Adakah Ia tetap besertaku? Adakah apa yang didengar, dibaca dan direnungkan para pembacaku adalah sama dengan yang kudengar, kubaca dan disampaikan-Nya?

Dalam contoh lain tapi masih ada di konteks yang sama dengan ayat itu, aku menemukan kenyataan sebagai berikut. Di sebuah facebook grup rohani katolik ada seorang anggota memposting sebuah foto bayi mungil tertidur di ranjang rumah sakit dengan begitu banyak jarum infus menempel di tubuhnya. Sebuah masker oksigen dipasang juga ke hidung dan mulutnya yang mungil.

Menyampaikan apa yang tidak disampaikan-Nya

Di kolom caption, orang yang mempublikasikan foto itu menulis pesan kira-kira begini,

?Saya tidak meminta sumbangan. Saya hanya minta supaya kawan-kawan mendoakan dan membagikan foto ini supaya viral. Kecuali kalian tak punya hati maka tak perlu memviralkannya.?

Aku sempat diam sejenak. Gamang. Melihat kondisi si bayi itu, rasa sedih, haru dan belas kasihan menyeruak ke permukaan. Tapi di sisi lain, batinku tersengat dengan kalimat terakhir si penulis pesan, ?Kecuali kalau kalian tak punya hati maka tak perlu memviralkannya.?

Aku memilih untuk tak memviralkannya karena tak semua orang sanggup melihat foto tersebut. Alih-alih merasa iba, ada lho yang merasa ngeri dan tak bisa berhenti membayangkan kengerian itu. Tapi kalau aku tak memviralkan nanti aku dibilang tak punya hati?

Adakah cara bersaksi harus seperti itu? Mengancam dan menghakimi jika seseorang tak melakukan apa yang ia inginkan? Adakah itu pesan yang disampaikan-Nya kepada pengirim foto tersebut?

Tak adakah cara yang lebih elegan? 

Menggunakan akal dan budi untuk berpikir

Kalau kita termasuk orang yang mau menggunakan akal dan budi secara baik untuk berpikir, tentu mudah untuk menengarai bahwa cara yang dipakai orang tersebut adalah cara ngawur. Apa yang disampaikan-Nya tak seperti itu! Ia tak pernah memberi kuasa kepada para muridnya untuk menyandera perasaan umat!

Tapi bagi mereka yang berpikir terlalu singkat, bukankah penerimaan terhadap hal tersebut bisa jadi berbeda seratus delapan puluh derajat dibanding kita yang bisa berpikir lebih baik?

Mereka bisa dengan mudah menganggap bahwa sah-sah saja kok diri kita dihakimi kalau memang kita tak mengikuti apa yang diperintahkan orang yang kita anggap sebagai muridNya. 

Adakah yang kita dengar melalui postingan-postingan seperti itu adalah yang kita dengar tentang Tuhan dan disampaikan-Nya?

Di titik ini aku memilih untuk tak memberi jawaban. Biar kalian yang menentukan, mana yang benar dan mana yang salah. Mari berlatih untuk berpikir menggunakan akal dan budi. Keduanya pun adalah karunia Tuhan yang harus dimaksimalkan, bukan?

Sydney, 4 Oktober 2019

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.