Tulisan ini memuat beberapa foto berukuran besar.
Perhatikanlah kapasitas koneksi internet Anda sebelum memutuskan untuk melanjutkan membuka halaman ini hingga tuntas.
Cara termudah bagiku untuk menilai sebuah pertunjukan itu menarik atau tidak adalah sebagai berikut:
Jika aku merasakan pertunjukan berjalan begitu lambat, maka itu pertanda pertunjukan yang tak menarik dan sebaliknya, jika belum apa-apa kok rasa-rasanya sudah selesai padahal sudah 2 jam pertunjukan berjalan itu berarti pertunjukan yang menarik.
Beberapa waktu lalu, bersama istri, janin yang dikandungnya, serta ibu mertua, aku menonton pertunjukan Disney on Ice di Acer Arena. Kukatakan “janin yang dikandungnya” bukan semata-mata karena aku ingin mengabarkan bahwa istriku sedang hamil anak pertama, tapi lebih dari itu karena ketika sampai di halaman parkirnya aku terkesiap dan berujar, “Loh, kok yang nonton anak-anak semua dan cuma kita yang orang-orang dewasa datang tanpa anak?” dan istriku menjawab “Ah, kan kita datang berempat bukannya bertiga!”
Dan sejak saat itu aku merasa bahwa kami bertiga yang gerang-gerang ini pada kenyataannya juga datang bersama anak kami yang masih ada di dalam kandungan istriku.
Disney on Ice menyuguhkan para tokoh yang sebelumnya sudah begitu banyak dikenal lewat film-film produksi Disney dalam format opera lip-synch dengan penekanan pada gerak yang menawan: menari-nari dan berformasi di atas panggung yang adalah paparan es berukuran sekitar 40 x 100 meter.
Ada begitu banyak sisi yang menarik dari pertunjukan itu. Namun, yang bisa kuceritakan di sini salah satunya adalah kepiawaian tim produksi yang mampu merangkai cerita dengan latar belakang serta karakter penokohan yang berbeda selama pertunjukan dengan begitu halus dan brillian.
Kalian bisa bayangkan, dari cerita Aladin dan lampu ajaibnya yang digeber selama 15 menit, tiba-tiba bisa nyambung ke kisah Little Mermaid dan pasukan bawah lautnya. Proses penyambungannya sendiri berjalan dengan sangat mulus, hanya ditengarai dengan lampu yang diredupkan sedikit (tak semua) dan pergeseran properti dari si Aladin ke Little Mermaid dengan cepat lalu tiba-tiba ketika lampu telah terang benderang kembali, kita telah diajak untuk menyimak kisah si Mermaid dan meninggalkan Aladin layaknya membuka lembaran buku yang baru.
Selain itu, yang juga tak kalah menariknya adalah respon para penonton yang didominasi anak-anak.
Yah, namanya juga anak-anak, kalau ada apa-apa sedikit sudah teriak, sudah tertawa terpingkal-pingkal dan lucunya ketika ada sebagian anak yang diberi kesempatan untuk menaiki model perahu-perahuan ke atas panggung, yang lain tak sungkan menangis dan menarik-narik baju ibu bapaknya supaya ia juga bisa diperkenankan menaiki perahu.
Dan ekspresi mereka adalah ekspresi kemerdekaan dalam berapresiasi.
Sesuatu yang barangkali jauh lebih mahal ketimbang harga tiket yang siang itu dibandrol hingga 39 AUD saja.
Karena apa… karena, coba kalian bayangkan kisah teriak-teriak mereka itu dengan teriak-teriak dalam arti rintihan ketakutan yang sesungguhnya yang dialami anak sepantaran mereka nun jauh di Afrika, Timur Tengah dan beberapa negara miskin di Asia.
Anak-anak di Irak, Afganistan hingga Palestina misalnya… mereka bahkan mungkin belum sempat akrab dengan pahlawan-pahlawan Disney. Mereka barangkali hanya bisa menemukan gambar Donald Bebek, Aladin serta Mickey Mouse dari remah-remah kertas yang ditemukannya di bekas tempat pendirian barak tentara Amerika dan sekutunya; sesuatu yang barangkali dulunya dipakai sebagai kertas surat anak-anak tentara yang dikirimkan kepada ayahnya dan lantas karena usai berperang dan barak dirubuhkan kertas itu tak sempat terbawa, teringgal.
Mereka, anak-anak penerus generasi di Afganistan, Irak dan Palestina itu barangkali juga lebih akrab dengan bom roket yang meluluhlantakkan kampungnya, biji peluru yang menembus lengan kanannya atau sesosok tubuh tak bernyawa yang hangus sebagian yang bahkan kemarin pagi masih bisa dipanggilnya sebagai Ibu; sosok yang melahirkannya dulu.
Ah sudahlah…
Aku tahu kalian sudah mulai kecewa dengan akhir tulisan yang tiba-tiba kehilangan mood ceria seperti ini…
Aku tahu…
Hai Mr. Moody :p
kok bisa tiba2 berubah mood dalam satu postingan..? tapi memang ironi sih ya..
heuu.. -terbawa mood postingan-
Btw emang disney cenderung buat anak2 lagi bang.. udah ntn film-nya yg UP belum? suka bgt.. ^___^
Hihihi entahlah, tapi memang sejak pertama kali datang ke acara itu aku terjebak dalam mengkomparasi antara keceriaan anak2 itu dengan nestapa anak-anak di belahan dunia lainnya.
Kok kelihatane bagus ya dan tokoh yg dipertunjukkan macam2x. Aku dulu lihat yg Nemo dan krg bergitu bagus menurutku.
Tapi tiap taon mereka temanya ganti2x…
Thanks, Bud. Piye kabarmu? :)
Jadi…
Cewe apa cowo, Don?
Lom tau, awal september baru di USG lagi :) Apa aja yang penting sehat :)
peringatan pertama tidak berlaku untuk genthokelir gunung hotspot wakakaka
semua foto dan cerita terlihat secara utuh di sini
kok endingnya tukang postingnya nggak moood kenapa apa kerasa……. wakakakaka
Hahahahaha, Gunung Kelir memang pengecualian, Mas Totok.
Pripun kabare? Sae kemawon tho? :)
Satu : seperti biasa, fotonya alamaak! …
Dua : selamat atas kehadiran calon bayi yang masih dalam kandungan Mbak Joyce :)
Tiga : tentang anak-anak afganishtan, palestina, dll itu … kita benar-benar hanya bisa menangis …
Satu: makasih!
Dua: makasih lagi (plus mohon doanya, Bu)
Tiga: jangan hanya menangis, Bu, setidaknya tuliskanlah, doakanlah :))
Sugeng siyam, Bu!
mas saya mulai berpikir Blog ini mau dimasukan photoblog untuk PB yah :D
Ah, nggak juga:)
Saya cuma memasukkan ke lomba Blog kategori Umum aja, mas.. lom berani untuk masuk ke photoblog :) Masih belajar hehehe :)
1. untuk photo..i just wanna say,”Alamak!”
2. Tulisannya : keren ban get..hehehe
3. Joyce : Jaga kesehatan ya
Salam.
Kirain kamu mau nyanyiin lagunya Melly, I just wanna say i love you xixixixixix!
Fotomu indah Don…bener juga, mungkin bisa diikutkan lomba foto blog.
Don, terasa betapa engkau terbawa perasaan, dari membayangkan anakmu ikut menonton, betapa menyenangkan antusias anak-anak menonton pertunjukan (justru itulah sejak anak-anak kecil saya suka mengajak nonton film, juga pertunjukan seperti “Holiday on Ice”, atau yang lain-lain). Dan kebahagiaan itu, juga membawa pikiranmu terbang ke anak-anak yang tak beruntung.
Don, engkau dikaruniai hati yang tulus dan bersih, semoga engkau berhasil sehingga suatu ketika makin banyak yang bisa kau lakukan pada anak-anak yang kurang beruntung.
Jaga Joice baik-baik ya, selama hamil, sifat ayah ibunya serta perilakunya, yang kata orang Jawa, akan berpengaruh pada anak. Tanyakan si bungsu, perdebatanku dengan ayahnya, yang diawali saat hamil si bungsu…hehehe
Makasih, Bu.
Nyuwun pangestu untuk kehamilannya Joyce, Bu. Semoga Joyce diberi kekuatan dan kesehatan, anak saya diberi kelengkapan hidup dan kesehatan dan saya sendiri pinansah diparingi rejeki kagem ngrejekeni keluarga :)
dih, ini pasti kameranya yang bagus.. bukan jari yang nge-klik. Pisssss….! :D
(orang sirik, boleh dong komen apa saja)
Weksss :)) Loe si sirik, gw cowoknya Juwita :) Hihihihi!
Hore, akhirnya bisa buka postinganmu yg penuh foto ini! Nice pictures, Don! Keren deh!
Thanks, Kris :)
terasa sekali kalau dirimu memiliki sensifitas yang sangat tinggi terhadap anak-anak Don… dari cerita soal pertunjukan, tiba-tiba berubah menjadi luapan emosional tentang nasib para bocah itu… its great my brother, I like it!
Thanks, Brotha!
Selamat berpuasa…
walah, saya malah suka ending tulisannya yang reflektif seperti itu, mas don. sunggiuh beruntung mas donny bisa langsung menyaksikan pertunjukan Disney on Ice. hmm … mantab toh!
Wah Pak Sawali saya amat2i akhir-akhir ini semakin meninggalkan trend haks dan beralih ke Mantab toh.. Kayak Mbah Surip haks!
bakalan ada d Indonesia ga ya tuh..???
oya mas, semoga anaknya lahir dengan sehat dan selamat sama ibunya juga…
amin…
Katanya dulu awal 90an pernah datang ke Indonesia dan main di Istora Jakarta.
Makasih doanya, Mas Arikaka
eh ya kalo ending-nya gitu malah bagus tuh :D
berarti mood yang gak pas juga ok buat ditulis hehehehe…
sayang aku blom bisa liat disney on ice di sini… ntar aja kalo dah di jkt lagi :D
Makasih :) Iya, smoga Disney on Ice mampir ke Jakarta lagi dan menghadirkan hiburan rakyat yang murah :)
Heeem… kirain tadinya bener2 mo deskriptif soal pertunjukkannya, ternyata jadi reflektif (bukan pijat refleksi lho :p) hehehe
Cantik mas.. setuju kata bu enny… ikutan lomba foto blog yah…
Aih, makasih…
Disney memang amazing. Meskipun ngefans-nya udah sejak kecil dulu, aku bersyukur sempat menyaksikan pertunjukannya setelah puluhan tahun kemudian.. hehe..
Selamat buat kalian berdua ya, dikaruniai anugerah yang sangat mulia. Salam !
Makasih doanya….
Btw kamu seperti istriku, meski sudah dewasa tetap suka Disney…
figure skating tanpa cerita saja sudah indah, apalagi kalau dikemas dengan cerita Disney. Disney stories memang abadi, akupun selalu suka cerita disney, sampai sekarang, meskipun aku tidak pernah memimpikan untuk menjadi disney princess (dan benci sekali melihat anak perempuan yang didandani ala putri-putri Disney hihihi). Cerita disney untuk dinikmati bukan untuk dijadikan pedoman hidup. Meskipun itu sah sah saja. (Tiap orang punya pendapatnya sendiri kan?)
Orang hamil memang harus banyak melihat yang indah-indah. Semoga kehamilan Joyce lancar ya Don.
EM
Makasih doanya, Imel….
benar2 menggambarkan penantian kelahiran si kecil. catatan anak2, coretan disney, seakan tuangan perasaan akan kehadiran bayi mungil :)
semoga semuanya lancar ya om :)
Thanks doa2nya, Mas!