Di mata orang-orang Farisi, para murid Yesus melakukan pelanggaran berat. Mereka memetik bulir gandum lalu memakannya. Hal tersebut, sesuai ajaran Yahudi, tidak diperkenankan untuk dilakukan di hari Sabat.
“Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat.” demikian sergah mereka. (lih. Mat 12:2).
Kisah yang tertuang dalam Kabar Baik hari ini sekilas mengakibatkan salah arti seolah Yesus membebaskan para murid untuk melanggar Taurat. Tentu hal itu tak benar mengingat dalam kisah lain Yesus menegaskan bahwa tak satu titik (iota) pun dari Hukum Taurat diubahNya?
Bagiku, apa yang dilakukan Yesus adalah sebuah ?unjuk rasa?, sebuah kritik dengan sasaran justru sikap hidup orang-orang Farisi itu sendiri.
Orang Farisi menganggap Hukum Taurat sebagai instrument untuk melindungi kepentingan pribadinya sekaligus membebani keperluan umat dan khalayak yang waktu itu sudah hidup amat tertindas dijajah Romawi.
Padahal yang dimaui Yesus, Hukum Taurat dijalankan dengan landasan belas kasih (lih. Mat 12:7).
Apakah itu?
Menjalankan hukum berdasarkan belas kasih adalah dengan melandaskan pada hakikat kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama seperti halnya kita mengasihi diri sendiri.
Jika orang-orang Farisi menjalankan hukum Taurat dengan kasih tentu mereka tak asal menyalahkan murid Yesus yang ketahuan memetik bulir gandum di Hari Sabat. Mereka akan lebih dulu bertanya kenapa para murid melanggar peraturan Hari Sabat.
Ketika tahu bahwa para murid kelaparan, orang-orang Farisi harusnya juga mengerti dengan menempatkan dirinya sendiri jika ada dalam situasi yang sama. Dari situ, orang-orang Farisi bisa memberi saran supaya para murid bisa mengelola waktu lebih baik dengan misalnya memetik gandum di hari lain dan menyediakan cadangan makanan untuk digunakan selama Sabat. Yang terakhir adalah penekanan pentingnya menganggap konsekuensi pelanggaran aturan bukan semata-mata sebagai hukuman tapi kesempatan bagi yang bersangkutan melakukan hal lebih baik di waktu mendatang. Kenapa? Karena kasih itu murah hati dan pemaaf!
Bagaimana mengaplikasikan menjalankan hukum berdasarkan belas kasih dalam hidup sehari-hari?
Siang tadi saat istirahat makan aku mendapat feed instagram menarik dari akun Lambe Turah seperti tampak di bawah ini.
Seorang polisi menghentikan laju sebuah sepeda motor karena dinaiki tiga orang. Ketika dihentikan, barulah polisi itu tahu bahwa dari ketiga orang, hanya dua yang bernyawa sementara yang satunya lagi adalah korban jiwa dari sebuah kecelakaan lalu lintas.
Secara aturan, polisi itu bisa menghukum si pengendara namun alangkah mulia hatinya. Alih-alih menghukum, ia malah memanggil sebuah mobil bak terbuka sehingga jenasah itu bisa diangkut dan diperlakukan lebih baik.
Aturan adalah aturan sebagaimana kasih adalah kasih. Kita sebagai manusia yang hidup bersama aturan dan punya bekal kasih lah yang harus memutuskan bahwa aturan dijalankan dengan kasih karena Ia adalah hukum yang terutama.
Begitu?
Don? Don.. bentar, Bro!
Ya?
Btw, kamu kok kurang kerjaan amat sampai ngikutin akun Lambe Turah di instagram?
Psssttttt!
Sydney, 24 Juli 2018
0 Komentar