Kemarin Sabtu, 10 Januari 2009, berdua bersama Istri, aku menonton pertunjukan film U23D di LG Imax yang terletak di dekat Darling Harbour.
Yang menarik dari “bioskop” ini selain karena memiliki layar terbesar di dunia (tinggi: 29.42 dan panjangnya 35.73 meter) adalah konsep tiga dimensi (3D) dimana gambar yang dihadirkan dihasilkan dari dua proyektor yang apabila ditonton dengan kacamata khusus 3D akan tampak seperti gambar hidup yang tidak hanya “bergerak” di dalam mode 2 dimensi (panjang dan lebar) namun dalam acuan panjang, lebar serta kedalaman (depth), tiga dimensi.
Sementara U23D adalah sebuah film produksi 3ality Digital dan didistribusikan oleh National Geographic (2008) yang menayangkan rekaman konser grup musik terbesar sepanjang sejarah, U2, di Buenos Aires, Argentina dalam rangka Vertigo Tour pada 2006 yang lampau.
Well, kalian, pembaca yang sudah cukup lama mengamati website ini, atau kalian yang sudah pernah mengenalku secara langsung, barangkali sudah bisa tahu bagaimana kecintaanku terhadap U2, grup musik Irlandia yang digawangi empat sekawan, Bono, The Edge, Larry Mullen Jr serta Adam Clayton ini.
Tapi bagi yang belum tahu bolehlah kubagi, bahwa aku sangat mengagumi dan mencintai U2 serta lagu-lagu yang mereka bawakan. Hari-hari yang kulewati akan terasa kurang tanpa litani yang berderai-derai dari lagu-lagu mereka mulai I Will Follow, Out of Control, Sunday Bloody Sunday hingga Walk On, With or Without You ataupun Where The Streets Have No Name.
Kalau kalian amati dalam blog inipun, aku mendedikasikan satu direktori khusus untuk mengulas lagu-lagu mereka (yang dengan alasan kesibukan pindahan ke Australia kemarin untuk sementara kuhentikan hehehe). Masih belum cukup disitu, kaos-kaos bertitle U2, beberapa buku referensi mengulas U2, CD album, DVD konser hingga alat pemutar musik digital yang kupakai pun, ketika orang berlomba-lomba mendapatkan iPod model keluaran terbaru, aku tetap setia dengan iPod Classic U2 limited edition yang mungkin dirasa orang terlalu besar bentuknya dan feature-featurenya biasa saja.
Singkat kata, aku menaruh U2 pada prioritas kecintaan yang tak terlalu jauh dari… hmm istri, barangkali?
Berlebihankah? Iya!
So, anyway, mari kita kembali ke pertunjukan U23D saja!
Pertunjukan yang berdurasi 85 menit dan memakan biaya produksi sebesar 15 juta USD itu memang sungguh-sungguh mengasyikkan untuk dinikmati. Meski secara “de jure” shooting untuk film ini diadakan di Buenos Aires akan tetapi pada kenyataannya untuk mengejar sisi pandang shooting yang bagus dan cocok untuk diberi efek 3D, maka tim produksi yang dikomandoi oleh Catherine Owens ini membesut beberapa footage yang sebenarnya adalah rangkuman sembilan konser dari kota-kota yang berbeda.
(Ada pula cerita menarik di sini bahwa awalnya tim produksi ingin melakukan shooting di Greater Los Angeles Area akan tetapi pada akhirnya Bono memilih untuk menggelarnya di Argentina dengan alasan bahwa atmosfir pertunjukan dan penonton yang ada hampir sama dengan apa yang mereka temui di kampung halamannya di Irlandia sana.)
Jika dibandingkan dengan beberapa koleksi DVD U2 Concert yang kumiliki, menonton U23D tanpa memperhatikan sisi 3D-nya memang menghadirkan satu cara pengambilan gambar yang berbeda. Pada beberapa bagian tampak betul view angle yang diambil dibuat sedemikian ekstrimnya sehingga ketika “proses pemberian efek 3D” dilakukan, film itu memang betul-betul telah terkondisikan menjadi film tiga dimensi yang mampu menonjolkan keunggulan teknologinya.
Kamu bisa bayangkan, ketika Bono sedang menyanyikan New Years Day, misalnya, tangannya yang diacungkan ke depan kamera seperti bisa tampak menonjol hanya beberapa inci dari wajahmu. Detail keriput tangan si Bono hingga highlight yang nampak pada bulu-bulu di permukaan kulitnya begitu tampak jelas berbentuk nyata.
Belum lagi ketika kamera digerakkan dari belakang penonton yang bersorak sorai lengkap dengan tangan yang diacung-acungkan di atas, wow, kamu barangkali akan sama sepertiku yang benar-benar merasa seperti sedang menonton konser mereka dan mengira bahwa penonton-penonton lain di depanmu itulah yang mengacung-acungkan tangan.
Atau ketika Larry Mullen Jr, dibalik drum setnya sedang begitu bernafsu mengiringi Sunday Bloody Sunday yang fenomenal itu, cymbal stand hingga snare-nya pun tampak memiliki kedalaman (depth), mendapatkan bentuk yang benar-benar nyata.
Dari sisi materi lagu-lagu yang dibawakan, aku mengagumi Miss Sarajevo ketimbang 13 lagu lainnya!
Bukannya tak suka dengan yang lain, tapi dari koleksi DVD konser U2 yang kumiliki, semua lagu yang dimainkan malam itu sudah pernah kulihat versi live-nya kecuali Miss Sarajevo.
Lagu ciptaaan U2 + Brian Eno yang sebenarnya dimainkan dalam beat yang lambat, tanpa drum, sedikit bass dan fill-in gitar The Edge itu ditampilkan agak sedikit rancak. The “Professor” Edge, melepaskan gitar lalu bersiap dibelakang piano yang diletakkan agak sedikit ke belakang kemudian memulai intro yang kupikir awalnya adalah intro “Running to Stand Still”.
Adam Clayton kemudian bergegas memberikan pattern pada low section ditingkahi drum Larry Mullen Jr yang digebuk dengan setengah tenaga saja.
Sementara Bono, ah Bono!
Ternyata dia sanggup menyanyikan bagian yang harusnya dinyanyikan mendiang Luciano Pavarotti yang berbahasa latin tersebut. Dengan suara tenor-nya, percobaan Bono untuk “menghadirkan” Pavarotti barangkali tak terlalu menggembirakan karena bagaimanapun juga Luciano adalah Luciano namun Bono tetaplah Bono!
Usahanya untuk tetap memberi nyawa pada lagu yang diperuntukkan bagi perang Bosnia – Serbia dekade lalu itu telah berhasil dengan sangat baik.
Lagu lain yang menurutku dimainkan dengan menarik adalah Where The Street Have No Name. Lagu pertama di album Joshua Tree yang selalu mendebarkan jantungku ketika dimainkan itu dibawakan dengan konteks yang agak sedikit berbeda.
Biasannya, pada konser-konser lainnya, U2 selalu menghadirkan konteks Afrika sebagai pengantar masuk lagu ini ditingkahi dengan yelling Bono menirukan nyanyian orang-orang benua hitam. Namun barangkali karena sedang berkonser di Argentina, maka konteks pun diubah menjadi Amerika Selatan. Bendera-bendera kebangsaan milik Nicaragua, Mexico, Peru, Brasil, Uruguay, Paraguay hingga Argentina pun bergantian di layar panggung.
Satu lagu lain yang menurutku menarik adalah Yahwe, yang dimainkan pada penghujung konser dan dijadikan sebagai End Credit Song (lagu yang ditampilkan ketika layar mulai menampilkan para punggawa kru yang berperan dalam film tersebut). Yahwe yang berarti Allah dalam bahasa Ibrani kuno itu dimainkan secara akustik, tanpa gebukan drum Larry Mullen Jr karena yang bersangkutan memainkan synth mengiringi lagu menjadi penutup yang indah dalam konser.
Well, itulah!
Ketika menuliskan ini semua aku merasa sudah semakin tak berimbang memberikan laporan tentang film U23D nya atau tentang U2 nya sendiri! Akan tetapi tak mengapa karena justru itu menunjukkan ada keterkaitan antara film dengan apa yang di filmkan dimana keduanya sama-sama menariknya.
U23D barangkali adalah sebuah masterpiece, terobosan dimana dokumentasi konser bisa dikemas secara luar biasa menariknya dan aku sangat bersyukur bisa menyaksikannya. Selain terpuaskan dari sisi visual dan suara, bagiku ini adalah awalan yang bagus untuk menyambut release album terbaru U2 yang direncanakan akan keluar pada 2 Maret 2009 bertitel No Line On The Horizon.
U23D juga menyemangatiku untuk segera melanjutkan menulis ulasan-ulasan lagu U2 seperti yang sudah pernah kulakukan sebelum aku bermigrasi di sini, dan.. ah yang terakhir…
istriku yang selama ini tak begitu suka dengan U2 yang menurutnya terlalu “gedombrangan” pun mulai menyukai musik-musik U2. Meski kemarin masih sempat tertidur nyaris 1/3 pertunjukan dengan alasan “bosan” namun pada perjalanan pulang ia sudah bisa mengucap Sunday Bloody Sunday, All I Want is You, Beautiful Day, With or Without You, Miss Sarajevo dan One sebagai lagu-lagu U2 yang ia sukai.
O well, memang butuh waktu Honey :)
Berikut ini adalah song list dari U23D:
Vertigo
Beautiful Day
New Years Day
Sometimes You Cant Make It on Your Own
Love and Peace or Else
Sunday Bloody Sunday
Bullet the Blue Sky
Miss Sarajevo
Pride (In the Name of Love)
Where the Streets Have No Name
One
Encore:
The Fly
With or Without You
End Credits:
Yahwe
Wouw !!!
Aku ngebayangin bahwa itu bakalan seru banget DV!!
Aku bukan penggila U2, cuma setidaknya itu adalah satu satu band di mana aku dan suamiku bisa menikmatinya bersama..
kadang aku suka band yang lain..dia gak suka.
kadang dia suka satu band..di mataku norak…
begitu kita ngomong U2….SIP!!..setuju..diem…dengerin dan gak nyela nyela.. hehehe
Sama seperti istri kamu, lagu lagu yang aku suka juga yang di sebutkannya
Tetap yang the bestnya ya..with or without you…sama aku juga suka the sweetest thing..dan jangan lupa…stuck in the moment…eh bener gak ya itu judulnya hehehe
Anyway…i think u2 akan jadi sebuah band yang sampe nanti aku nenek nenek…anak cucuku bisa menikmati lagu lagunya…soalnya abadi…
U2 is the live legend heheheh
saya kok membayangkan nonton 3gp d bioskop 3d ya. *kabooor*
Wow! Teknologinya hebat sekali Don. Jadi U2 ini istri ke berapa?
Wah pertanyaan yang susah, Yoga!
Istri pertama deh, Joyce di urutan lebih atasnya lagi.. hihihihi.. :)
ga pernah kesampaian dari dulu nonton film 3D
Wahh asyik Don, kayak nonten konsernya beneran.
Tapi jika nonton pakai 3D, dan film nya serem apa nggak tambah serem ya.
wow… keren, mas dony. kalau orang tua kita bilang: “tumbu oleh tutup”, di negeri kanguru, hobi mas dony jadi makin berkembang nih.
Congratz!!
Thanks for sharing with us, bro ;)
wuiih, panjang banget tulisannya, saya link ya, salam kenal mas
pancen A*u kok kowe Don, manas2i …..
hahaha …
dadi pengen nonton pilem neng ostrali, don. ketoke kok menarik banget yo. tapi ojo2 rego tiket nontonne luwih larang mbangane tiket pesawat ko jakarta neng ostrali. wis mbangane mung pengin tok, tak nonton VCD bajakan ae lah neng komputerku kene hehe.
Kapan ya U23D main di Blitz or XXI
Wah ga kebayang deh dengerin Pride sebelum Where The Street bis tuh di sambung One
Btw, Bono bilang apa seh sebelum lagu Where The Street??
Klo ga salah ada kata2 buenos aires, lagisto prieno
*yg saya dengar itu, bhs latin*
Mas Donny tau ga bono bilang apa??
Don,
Untung seleramu masih yang U2 gitu… masih oke-lah.. masih enak…. lha kalo seleramu metal ga jelas, yang isinya melengking terus pake suara roh gitu *hehe, ada lho… dan sumpah, brisik banget!*, mungkin si Joyce bakal siapin aspirin ekstra di dalam dompetnya! hehe…
DV :
U 2 me are everything !! ;)
Aku rasanya pernah ke situ deh, Don.
Hi-hi-hi… ;)
wah aku rung tau nonton 3D mesti naek saya sing nonton kadang kadang kaget hahaha
album U2 emang keren keren walau saya nggak terlalu pandai di musik namun saya suka menikmati kolaborasi U2 lebih di terima telinga ketimbang beberapa koleksi yang lain
jika di dunia musik tuh nggak ada lekas tua kali kita yah hahaha