• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Menikah itu Bagaikan Kiamat

7 Juli 2009 48 Komentar

Beberapa waktu yang lalu, salah satu teman dekat sesama alumni SMA Kolese De Britto Yogyakarta bertanya kepadaku tentang seperti apakah aku menggambarkan arti menikah itu?

Sebenarnya ia tak salah menanyakan hal itu kepadaku karena setidaknya aku telah menikah jadi aku akan punya opini tersendiri terhadap sesuatu yang telah pernah aku jalani.
Tapi awalnya kupikir ia juga bisa jadi salah orang karena aku bukanlah tempat yang baik untuk bertanya soal-soal yang bersifat esensial seperti itu. Tapi ya sudahlah, karena ia memaksa, akupun akhirnya menjawab sekenanya.
Kukatakan kepadanya bahwa menikah bagiku bisa diibaratkan sebagai kiamat!

Ia sontak tertawa dibuatnya.
Jawabanku yang singkat padat nan menohok itu dinilainya sangat mengejutkan sekaligus menggelikan.
“Kenapa? Kenapa kamu mengibaratkannya sebagai kiamat? Apa karena kamu sudah ngga bisa dan ngga boleh macem-macem lagi setelah menikah?”

Aku terdiam sejenak dan dengan senyum terkulum aku mencoba bertanya balik sok serius
“Hah? Nggak boleh macem-macem gimana tho? Yang macem-macem itu yang kayak apa?”

Bukannya terhenti dari tawa, ia malah semakin tergelak dengan lagakku barusan.

Jadi, jadi begini… dengarkan dulu!
Kiamat itu jangan diartikan selalu buruk.
Artikanlah kiamat sebagai gerbang untuk menuju dunia baru!
Memang untuk menuju dunia baru itu ada konsekuensi untuk meninggalkan yang lama, menghancurkan yang sudah-sudah dan menutup rapat apa yang telah lewat demi menyongsong dunia baru.

Demikian juga dengan menikah.
Kamu harus membantai masa lalu kamu. Pernikahan akan memaksamu menutup rapat gerbang masa lalu dan kamu takkan bisa lagi balik ke sana meski mereka, ya… mereka yang ada di masa lalumu itu memanggil-manggil serta melolong-lolong menyebut namamu dengan penuh rindu. Pernikahan juga akan membuatmu tersenyum setelah menangis sedemikian haru dan barangkali sedih mengingat kehancuran masa lalu yang jaya, dan menawarkan semangat untuk menatap hari dan dunia yang baru dan dahsyatnya… ah mungkin kamu suka bagian ini (semoga suka…), kamu tak sendiri lagi menghadapi semua yang baru itu… ada seseorang yang akan senantiasa berada di dekatmu, suka nggak suka, cinta nggak cinta! :)

Sekian lama tak kudengar kabar darinya semenjak peristiwa itu hingga di suatu pagi, Blackberry-ku berdering mengabarkan sebuah pesan bernada gembira, “Bro, aku besok menikah! Terimakasih atas petuahnya kemarin dulu!”

Pagi itu aku buru-buru berdoa meminta maaf kepada Tuhan untuk segala yang telah kuucapkan kepadanya dan memohon kebijaksanaan dariNya supaya aku tak dijatuhkan dalam dosa hanya karena mungkin aku pernah salah memberi petuah :)

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Cetusan

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. femi mengatakan

    8 Juli 2009 pada 2:56 am

    kiamat alias masuk dunia baru ya…
    boleh juga sih…
    tapi kalau ada yang married kamu sebaiknya ngomong, selamat menempuh hidup baru atau masuk dunia baru ya… jangan keceplosan ngomong selamat hari kiamat xixixixi…
    tetep aja persepsinya beda ntar =))
    kecuali kamu disuruh kasih kata sambutan nah boleh deh kamu baca isi blog kamu ini ;))

    Balas
    • DV mengatakan

      8 Juli 2009 pada 2:56 am

      Betul! Kalo ngga bisa ditampolin deh :)

      Balas
  2. narpen mengatakan

    8 Juli 2009 pada 5:33 am

    waduh, perumpamannya itu lho..
    berarti kehidupan selanjutnya isinya berupa “pertanggungjawaban” terhadap kehidupan sebelumnya?

    Balas
    • DV mengatakan

      8 Juli 2009 pada 5:33 am

      Wah, pada akhirnya tulisanku ini memang bisa diartikan beda-beda oleh setiap kepala yang memandang hari kiamat sebagai satu moment yang berarti beda-beda pula :)

      Balas
  3. Ikkyu_san mengatakan

    7 Juli 2009 pada 8:41 pm

    dan kiamat itu hanya satu kali ya Don hihihi

    Balas
    • DV mengatakan

      7 Juli 2009 pada 8:41 pm

      Tepat! Once is enough :)

      Balas
  4. mascayo mengatakan

    7 Juli 2009 pada 10:06 pm

    Hahaha …
    saya juga ngga bisa nahan ketawa.
    Asli je baru rasanya dengan kalimat “menikah itu bagaikan kiamat …”
    yang sudah-sudah mesti jawabnya .. menikah itu .. ueenaks tenan!
    btw .. katanya sedang menanti si buah hati?

    Balas
    • DV mengatakan

      7 Juli 2009 pada 10:06 pm

      Hehehe, iya Mas berita itu benar. Mohon doanya ya :)

      Balas
  5. Yoga mengatakan

    8 Juli 2009 pada 3:15 am

    Ah Donny metaforamu serem tapi bacanya jadi lucu, bikin senyum-senyum sendiri. Selamat buat temanmu.
    Yang macem-macem itu kayak apa sih? Penasaran…

    Balas
    • DV mengatakan

      8 Juli 2009 pada 3:15 am

      Macem-macem itu.. hmm piye yo.. ya macem-macem susah ngejelasinnya hahaha!

      Balas
  6. Ria mengatakan

    8 Juli 2009 pada 2:27 pm

    hahahaha…kiamat ya mas?
    maap ya aku blom pernah ngalamin :P

    Balas
    • DV mengatakan

      8 Juli 2009 pada 2:27 pm

      Weks :)

      Balas
  7. kris mengatakan

    8 Juli 2009 pada 6:05 am

    boleh juga caramu mengibaratkan pernikahan. memang kebanyakan orang memiliki konotasi buruk ttg kiamat. jadinya serem. padahal setelah kiamat kita bisa masuk surga. kalau masuk neraka itu artinya DL alias Derita Lu! hahaha
    btw, kalau orang nggak menikah, nggak mengalami kiamat ya don?

    Balas
    • DV mengatakan

      8 Juli 2009 pada 6:05 am

      Hahahahaha, ya mereka mengalami kiamat juga Kris, tapi dengan tangan mereka masing-masing hahaha!

      Balas
  8. edratna mengatakan

    8 Juli 2009 pada 6:56 am

    Tadinya baca serius…ujung2 nya bikin senyum….
    hahaha…istilahmu itu lho Don..
    Tapi saya suka istilahmu, membuang masa lalu, dan mulai berpikir kedepan, bersama orang yang kita cintai, dalam suka dan duka.

    Balas
    • DV mengatakan

      8 Juli 2009 pada 6:56 am

      Heheheh betul, Bu :)

      Balas
  9. Muzda mengatakan

    8 Juli 2009 pada 7:23 am

    Setelah kiamat, bisa ke surga.. bisa juga ke neraka..
    Analoginya bagus, Mas, tapi juga terbolak balik, lha masalahe kadang orang baik malah bisa masuk neraka, trus gimana ..??
    Hahaaa :)
    Ampuh tenan …

    Balas
    • DV mengatakan

      8 Juli 2009 pada 7:23 am

      Masalahnya lagi adalah kenapa pikiran kita cuma terpatok pada dua hal, surga dan neraka? :)

      Balas
  10. Eka Situmorang - Sir mengatakan

    8 Juli 2009 pada 9:25 am

    Setujuuuuuuu banget mas ! :)
    membuang yang lalu, menyongsong hidup yang baru.
    Dulu di awal menikah aku kaget setengah hidup, lho koq aku gak bisa bangun siang, lho koq aku mesti masak bekal makan, lho koq aku harus berbagi acara tivi, dsb :p
    namun ada hal lain yang diberikan perkawinan :) keindahan berbagi juga kebersamaan, nah itu menjadikan semua hak yg terpotong rasanya biasa saja. Toh ada gantinya :)

    Balas
    • DV mengatakan

      8 Juli 2009 pada 9:25 am

      Hehehehehe.. meski sering ditinggal maen game dan gitar yaks :)

      Balas
  11. samsul arifin mengatakan

    8 Juli 2009 pada 8:00 pm

    untung aku belum menikah, jadi ya belum bisa merasakan kiamat itu. entah kenapa sampai saat ini aku sering merasa bahwa menikah itu bukanlah tujuan akhir hidup, karena masih ada banyak hal lain yang harus diselesaikan sebelum menikah.

    Balas
  12. Matius Rochmadi mengatakan

    8 Juli 2009 pada 6:54 pm

    suka analoginya untuk tutup pintu semua masalalu, buat harapan baru dengan pasangan baru … jadi walaupun belum menikah juga bisa pake kiamat sepertinya..
    seru juga kiamat yang satu ini :)

    Balas
  13. kenyo mengatakan

    8 Juli 2009 pada 8:48 pm

    gerbang dunia baru yang menakjubkan ya mas hehehehe….
    saya juga suka blog mas! pasti!
    makasih nih mas udah berkunjung
    kapan ya saya nikahnya…

    Balas
  14. arikaka mengatakan

    9 Juli 2009 pada 12:04 pm

    jangan kasih ke saya mas petuahnya, saya terlalu muda, hehe…
    keren mas, kiamat menuju yang baru dan lebih baik…

    Balas
  15. mantan kyai mengatakan

    9 Juli 2009 pada 5:08 pm

    lama gak blogwolking. eh ngomongin kawin ya??? enak wes enak…. hehehe

    Balas
    • DV mengatakan

      9 Juli 2009 pada 5:08 pm

      Weks!

      Balas
  16. Ondoet Lupa Mandi mengatakan

    10 Juli 2009 pada 12:27 am

    wah…kapan yah bisa nikah??
    aku masih nganggap nikah itu pilihan,,klo lebih baik dr menjomlo,,yah semoga secepatnya dweh menuju kesana….

    Balas
    • DV mengatakan

      10 Juli 2009 pada 12:27 am

      Amin!

      Balas
  17. Indonesia Menulis mengatakan

    10 Juli 2009 pada 5:39 am

    Jadi teringat film kiamat sudah dekat, yang mana kifli bilang menikah adalah kiamat bagi dia, karena gak bisa sering2 ketemu mbak sarah.

    Balas
    • DV mengatakan

      10 Juli 2009 pada 5:39 am

      Hehehe itu persepsi kiamat yang berbeda lagi barangkali. Justru seharusnya kiamat itu mempertemukan kita selalu dengan orang yang kita cintai :)

      Balas
  18. sawali tuhusetya mengatakan

    10 Juli 2009 pada 12:19 pm

    wah, dalam soal beginian, mas donny sangat layak jadi konsultan pernikahan nih, hehe … jadi inget ular2 manten pada saat resepsi pernikahan, hiks.

    Balas
    • DV mengatakan

      10 Juli 2009 pada 12:19 pm

      Hahahaha, ular2 saya medheni Pak :)

      Balas
  19. ernalilis mengatakan

    11 Juli 2009 pada 9:38 am

    beberapa hari lalu seorang temen bilang, menikah itu seperti judi..
    sekarang menikah itu seperti kiamat..
    Ada aja..:)

    Balas
    • DV mengatakan

      11 Juli 2009 pada 9:38 am

      Hehe!

      Balas
  20. omphonk mengatakan

    12 Juli 2009 pada 8:19 pm

    menikah itu….
    mau tidur ketemu dia,
    bangun tidur ketemu dia….
    hehehehehehe
    piye dab kabarmu…

    Balas
    • DV mengatakan

      12 Juli 2009 pada 8:19 pm

      Hehehehe.. halo Dab, kabar pahin, hire nyothe?

      Balas
  21. p u a k mengatakan

    13 Juli 2009 pada 7:42 am

    Setuju dengan mbak Imel, kiamat yang kamu maksud itu cukup sekali aja.
    Great post, Don. ;)

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Juli 2009 pada 7:42 am

      Thanks, Puak :)

      Balas
  22. aghi mengatakan

    13 Juli 2009 pada 8:50 am

    kehidupan baru boz ..
    JUAL KAOS COUPLE MURAH RP 90rb DAN CELANA JEANS LEVIS MURAH RP 95rb silahkan ke http://www.aghi182.wordpress.com
    PULSA MURAH ALL OPERATOR http://www.aghi182.wordpress.com/pulsa-murah/

    Balas
  23. Tuti Nonka mengatakan

    13 Juli 2009 pada 9:29 pm

    Menarik dan menggelitik jawabanmu untuk Muzda : “Masalahnya lagi adalah kenapa pikiran kita cuma terpatok pada dua hal, surga dan neraka? :)”
    Weeh, menarik iki … memangnya apa ada yang lain selain surga dan neraka, Don?

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Juli 2009 pada 9:29 pm

      Lha mbuh, Bu… siapa tau tak ada satupun dari keduanya dan tak ada kemungkinan lainnya? :)

      Balas
  24. buwel mengatakan

    14 Juli 2009 pada 3:42 am

    waaaahhh ada benernya juga ya kalo seperti itu….

    Balas
    • DV mengatakan

      14 Juli 2009 pada 3:42 am

      He eh :)

      Balas
  25. zee mengatakan

    12 Agustus 2009 pada 10:10 am

    Saya berpikir lama tentang petuahmu, Don.
    Its true, biarpun sebenarnya banyak orang yang merasa dirinya tidak perlu merubah dirinya dan tidak mau meninggalkan masa lalunya.
    nice post…….. nice banged bro :)

    Balas
    • DV mengatakan

      12 Agustus 2009 pada 10:10 am

      Thanks, Sis :)

      Balas
  26. Pulsa Murah mengatakan

    4 Desember 2009 pada 1:36 am

    Saling berkunjung mempererat silaturahmi. Salam kenal Sob :-) Sukses selalu. Referensi dari kami Pulsa Murah untuk Anda.

    Balas
  27. ruli mengatakan

    2 Februari 2010 pada 3:19 pm

    serem tapi luccu

    Balas
  28. andriani mengatakan

    29 Juni 2013 pada 1:39 pm

    Bikin takut dan deg2an yang mau nikah ha ha ha

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT