Mengobati phobia ketinggian? Begini caranya!

3 Jun 2013 | Australia, Cetusan

Kalau kalian punya rasa takut ketika berada di sebuah ketinggian, kalian tak sendirian karena aku juga!?Suruhlah aku naik tangga yang lepasan (portable) barang 5 meter saja, aku tak berani, gemetaran. Waktu kawan-kawan masa kecilku dengan lincahnya berlomba-lomba naik pohon, aku memilih untuk berada di bawah menunggui mereka karena baru setapak panjatan tangan dan kakiku basah berkeringat.

Naik pesawat? Oh jangan ditanya. Aku pernah ‘mogok’ nggak mau naik pesawat sejak SMA hingga sekitar tahun 2002, itupun karena pekerjaan mengharuskanku bepergian ke luar pulau dan satu-satunya moda transportasi terbaik ya pesawat.

Pengen sembuh? Jelas! Tapi membayangkan proses dan kesulitannya aku ogah. Lebih baik bagiku untuk menghindari hal-hal yang membuatku ketakutan. Tapi istriku lantas punya cara untuk membantuku menghilangkan atau at least mengurangi rasa takutku terhadap ketinggian.

Hari minggu yang lalu, kami sekeluarga pergi ke tempat wisata yang cukup punya nama di Australia, Blue Mountains namanya. Letaknya di sisi barat kota Sydney sekitar 1.5 jam jarak tempuhnya.

Blue Mountains itu, namanya juga mountains, berada di dataran tinggi. Kota terdekatnya adalah Katoomba dan di sana dibangun banyak sekali hotel dan losmen yang disediakan bagi para wisatawan. Sekilas, kalian bisa membandingkan dengan Kaliurang kalau di Jogja tentu tanpa jadah tempe dan teh pocinya :)

Salah satu perhatian yang paling menarik wisatawan di Blue Mountains adalah paket wisata yang dinamai Scenic World.?Hanya dengan membayar tiket seharga 35$ per kepala dewasa dan gratis untuk anak di bawah usia 4 tahun, kita bisa merasakan pengalaman di skyway, cable way, railway dan jalan-jalan di walkway.?Nah, apa dan bagaimana pengalamanku kemarin? Mari disimak satu per satu.

kami di dekat Three sisters...

kami di dekat Three sisters…

 

Cable Way
Pengalaman pertama adalah menaiki Cable Way.
Sebuah kereta gantung berukuran nyaris sama sisi, kubus, bergelantungan di kabel baja menghubungkan terminal pemberangkatan menuju ke dasar Jamison Valley sepanjang 525 meter dengan tingkat kecuraman sekitar 400 meter (kalau tak salah dengar kemarin). Nah bagi kalian pecinta ilmu Fisika dan Matematika, bayangin deh, sudut kecuraman yang dibentuk dengan membandingkan panjang dan tingkat kecuramannya.

Serem? Bagiku sih iya. Meski aku yakin dengan standard keamanan yang konon dibangun oleh tim dari Swiss yang memang banyak memiliki kereta gantungnya, rasa deg-degan muncul ketika kereta mulai bergoyang-goyang dan tingkat kecuramannya yang dilewatinya membuat perut mual rasanya!

Sementara Odilia dan Mamanya bisa jongkok sambil menikmati pemandangan punggung bukit, aku memilih menggendong Elodia sambil pegangan tangan erat ke gagang yang disediakan di depan kita sementara mata sebisa mungkin tak kuarahkan ke bawah.

Tangan berkeringat dingin meninggalkan embun di gagang dan hal ini terlihat oleh mata istriku, “Are you OK?” tanyanya.
Aku menggeleng! Tetotttt! Aku gagal!

 

Walkway
Sesampainya di dasar Jamison Valley, kurasakan intensitas sinar matahari yang pagi itu sebenarnya sedang bagus-bagusnya tak terlampau terasa.

Suhu udara juga cukup berbeda dengan suhu di terminal (kuperkirakan sekitar 5-6 derajat) yang sebenarnya pun sudah cukup dingin karena ini kan akhir autumn mendekati winter. Walkway adalah lintasan beralas kayu dan berteralis besi sebagai pagar yang mengalur di areal Jamison Valley sepanjang 2.4 kilometer beratapkan kanopi pepohonan yang menjulur tinggi.

Karena bareng anak-anak, kami tak ingin berlama-lama di situ. Kami lantas memilih jalur tercepat menuju ke stasiun railway yang pada papan pengumuman tertulis 15 menit lama perjalanannya dari stasiun cable way.

Tapi secepat-cepatnya kami berjalan, karena hari itu jalur penuh dengan rombongan kami pun akhirnya harus pelan-pelan. Kami lalu terlanjur menikmati pemandangan indah di sekitar walkway, mengamati pohon-pohon yang unik dan melewati bekas areal pertambangan batu bara. Oh ya konon walkway ini amat menarik ketika hujan turun karena kita bisa merasakan efektifitas ‘atap’ yang dibentuk oleh kanopi pohon melindungi kita dari hujan meski sebenarnya aku tak bisa membayangkan akan seperti apa repotnya kalau berjalan dengan dua anak dan bersyukur pagi itu tak hujan.

 

Railway
Nah ini yang kubilang paling seru!
Railway adalah kereta, berjalan di atas rel dan istimewanya, ia berjalan di punggung lembah dengan tingkat kecuraman 52 derajat yang mengantarkan kami dari dasar Jamison Valley kembali ke terminal. Oh ya, di plang atas ‘stasiun’, tertulis bahwa railway di situ adalah railway tercuram di dunia. Pantas sih, 52 derajat tingkat kemiringannya!

Setelah kereta datang dan para penumpang dari atas turun, kami segera naik ke dalamnya.?Yang unik dari railway ini, kursi yang kita duduki bisa diatur tingkat kemiringannya. Standardnya memang 52 derajat. Tapi kalau mau yang ekstrim, kita bisa naikkan hingga 64 derajat tingkat kecuramannya! Tapi kalau kamu benar-benar takut ketinggian dan mau yang ‘kelas bulu’, kita bisa turunkan tingkat kemiringan kursi jadi 44 derajat saja.

Ketika semua kursi telah terisi dan pintu tertutup secara otomatis, kereta bergerak perlahan lalu makin cepat menyusuri jalur sepanjang punggung bukit itu.

Tapi kami lupa, aku tak hanya takut pada ketinggian tapi juga takut gelap sementara kereta itu melewati tunnel alami beberapa saat tanpa sedikitpun sinar dan itu cukup membuatku panik serta gelagapan ketika bernafas.

Aku yang memilih tingkat kecuraman 52 derajat semula berpikir akan baik-baik saja tapi ternyata dengan menggendong anak, masing-masing dari kami, aku dan istriku, cukup kerepotan untuk menahan gaya gravitasi di kaki sambil menahan anak apalagi tidak ada sabuk pengaman kecuali sebuah bar besi berbalut busa yang ada di lutut dan tak terlalu membantu!

Setelah naik railway, aku merasakan usaha istriku untuk membuatku tak takut pada ketinggian lumayan berhasil. Tapi kami lupa, aku tak hanya takut pada ketinggian tapi juga takut gelap sementara kereta itu melewati tunnel alami beberapa saat tanpa sedikitpun sinar dan itu cukup membuatku panik serta gelagapan ketika bernafas.

Menyedihkan ya? :)

 

Sky Way
Ikon Blue Mountains adalah Three-sisters, tiga puncak tertinggi yang berdiri berjajar berdekatan karena faktor erosi dan oleh orang-orang suku asli Australia, Aborigin, dianggap sebagai tiga saudara wanita dan diberi nama masing-masing Meehni (922 m), Wimlah (918 m), dan Gunnedoo (906 m).

Nah, Sky Way adalah sebuah kereta kabel yang dijalankan dari terminal ke Three Sisters yang berada tepat di seberangnya. Perjalanan di antaranya melewati lembah sedalam sekitar 260 meter dengan pemandangan yang sangat ‘kaya’ karena selain bisa memandangi si Meehni, Wimlah dan Gunnedoo dari dekat, kita juga bisa melihat Katoomba Waterfalls dan Jamison Valley yang tadi kudatangi dengan menggunakan Cable way.

Sky way ini melewati lintasan sepanjang 720 meter dan kereta dijalankan sangat pelan untuk memberi kesempatan penumpang untuk menyaksikan pemandangan. Awalnya kupikir ini akan jadi pengalaman yang paling mengerikan makanya kutaruh di bagian paling belakang, tapi nyatanya ketika kereta mulai dijalankan, rasa takutnya jadi kabur karena indahnya pemandangan.

Yang menarik dari kereta ini, pada sisi-sisinya hanya dibatasi teralis tapi dibiarkan tanpa kaca ataupun penutup yang lain. Menyeramkan sih tapi tujuannya jelas supaya ketika ada angin/badai yang lewat, ia tak kan mengombang-ambingkan kereta. Selain itu, ada bagian dari lantai kereta yang terbuat dari kaca transparan sehingga kita bisa melihat pemandangan di bawah sekaligus merasakan seperti tak berpijak pada apapun.

Setelah sampai di Three Sisters, kami hanya berfoto-foto sebentar lalu kembali ke tempat semula dengan menggunakan Sky Way lagi meski sebenarnya ada pilihan lain berjalan kaki mengitari lengkungan bibir bukit berjarak sekitar 20 menit lama perjalanannya.

Tapi karena aku merasakan kepercayaan diri, aku memilih menggunakan Sky Way dan beda dengan ketika pertama kali datang, kali itu aku langsung meringsek ke urutan terdepan di dalam kereta. Istriku melihat itu tertawa sambil menggoda, “Cieee… udah nggak takut lagi ya?”

…tapi inti yang kupelajari hari itu adalah keberanian untuk mencoba itu sejatinya mengalahkan ketakutan terhadap apapun

Aku hanya tersenyum.
Percobaan istriku untuk mengobati ketakutanku terhadap ketinggian kali itu berhasil. Entah kalau harus melewati tantangan yang lainnya di lain waktu, tapi inti yang kupelajari hari itu adalah keberanian untuk mencoba itu sejatinya mengalahkan ketakutan terhadap apapun karena itu hanya perkara yang bermain di dalam otak saja.

Oh ya, foto-foto tentang Scenic World bisa disimak di situs mereka di sini.

Sebarluaskan!

10 Komentar

  1. wah mantap nih, kebetulan saya cukup takut dengan ketinggian
    thanks infonya :D

    Balas
  2. sebenarnya konsepnya sudah benar Don. tapi kalau tiba tiba ada gangguan seperti angin dan kawan kawan yang dapat membuat guncangan batin rasanya rasa takut bisa nongol lagi… :)

    Balas
  3. boleh dicoba mas tapi saya di Indonesia ga ada itu semua.

    Balas
  4. kok sama kayak saya. takut ketinggian.

    Balas
  5. Ketakutan itu harus dilawan ya Don, bukan dipelihara.. :)
    Aku sudah lihat di webiste-nya, keren banget tempatnya.. Coba Kaliurang ada kereta gantung kayak gitu, pasti keren, hehe..

    Balas
  6. bro..mudah2an bisa ketemu pas minggu depan ke sydney…..gw japri kemana ya bro…tgl 14 udah nyampe sana nih….

    Balas
  7. Saya takut ketinggian, tapi ga pernah bisa sembuh 100%. Masih ada moment yang kaki dan tangan berkeringat. Cuma usaha tetep.

    Btw, saya nggak takut naik pesawat, lebih takut naik eskalator.

    Balas
  8. hohoho… aku juga penakut don!
    aku berani coba sih ASAL aku tidak sedang bertanggung jawab atas kehidupan seorang anak (kalau mendaki bawa badan sendiri susah). TAPI biasanya kalau menaiki sesuatu, menggendong anak, mengingatkan pada rasa TANGGUNG JAWAB, dan ini bisa mengalahkan ketakutan pada ketinggian. Sekaligus bisa menyembunyikan muka di badan anak hahaha

    Balas
  9. Dih kerennn… sbntr lg aq pendidikan pramugari soalnya.. tpi aq lupa.. klo aq aja tkut ktinggian…

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.