Menghapus Teman

21 Apr 2022 | Cetusan

Jumlah teman di akun Facebook-ku kemarin sempat mencapai angka 4962!

Bagi sebagian orang mungkin itu membahagiakan karena pertanda ‘temannya’ banyak. 

Tapi bagiku itu membuat gundah.
Aku senang berteman tapi adakah dari angka itu semuanya adalah teman?

Nggak semua orang punya pendapat yang sama tentang arti teman dan pertemanan.

Ada yang menganggap orang yang jadi temannya teman otomatis adalah teman kita juga.

Ada yang menganggap orang yang sama-sama berasal dari almamater yang sama adalah teman (uhuk!)

Bahkan ada pula orang yang mengagumi seseorang lalu menganggap orang yang dikagumi itu adalah… temannya. Ada… ada. Banyak adanya!

Bagiku, teman adalah orang yang pernah atau sedang berinteraksi baik dan intim. Kebaikan dan keintimannya sangat subyektif dan tak bisa kutuliskan dengan kata-kata.

Tapi tak semua yang dulu kuanggap teman masih bisa kujadikan teman di saat ini.

Ada orang yang dulu kuanggap teman, sering kongkow ngebahas cerita stensilan karya Eny Arrow tiba-tiba sekarang menyerangku hanya karena aku bicara betapa aku senang terhadap beberapa hasil kerja Anies Baswedan.

Aku buru-buru dicap kadrun alias kadal gurun! Aku dianggap tak aware terhadap kerja bagus Jokowi. Padahal, apa hubungannya? Apakah Jokowi bermusuhan dengan Anies? Dan apakah dengan menyaluti kerja Anies maka aku seolah tidak pernah membela Jokowi?  Orang yang demikian bagiku sudah kuanggap bukan teman meski dulu dia sering meminjamiku stensilan sekalipun!

Ada juga orang yang dulu tidak terlalu akrab tapi sekarang jadi sering berinteraksi dengan baik dan intim. “Kupikir kamu dulu nggak asik ternyata kamu asik, Don!” Ya jadilah ia teman.

Pun ada orang yang dulu teman tapi sekarang tak bisa lagi berteman karena yang bersangkutan sudah meninggal, akan tetap jadi teman meskipun dalam kenangan.

Teman dan pertemanan yang kompleks itu sayangnya tak bisa diartikulasikan dengan baik oleh Facebook. Facebook hanya punya istilah “Friend” untuk nggebyah-uyah semuanya itu. Baru akhir-akhir ini mereka meluncurkan fitur “Follow” yang memperlebar sedikit makna interaksi karena tak semua friend harus follow dan untuk follow tak harus jadi friend.

Kembali ke topik, lalu bagaimana aku menyikapi keadaan dengan adanya 4962 “teman” di Facebook?

Aku menyaringnya. Sudah saatnya memisahkan gandum dari alang-alang!

Beberapa akun yang sudah lama non-aktif, kuhapus.

Beberapa akun yang pemiliknya sudah meninggal, kecuali Papaku, kuhapus.

Beberapa akun yang tak pernah kukenal, tak pernah berinteraksi dan hanya memiliki sedikit common friends, kuhapus.

Beberapa akun yang dari namanya bukan nama orang melainkan nama perusahaan, nama komunitas, kuhapus karena aku tidak berteman dengan sesuatu tapi seseorang….

Sore harinya, jumlah teman berkurang drastis jadi 4902 dan malamnya tiba-tiba berkurang jadi 4899 itu artinya ada tiga akun yang meng-unfriend-ku. Barangkali setelah membaca statusku yang kemarin. Puji Tuhan mereka tersadarkan wkwkwkwkwkwk!

Tapi bagaimana kalau semua sudah dilakukan dan suatu saat tetap penuhlah kuota pertemanan yang diijinkan Facebook?

Apakah aku akan bikin akun baru dan menandai akun lamaku sebagai “Donny Verdian Penuh” atau “Donny Verdian I” karena punya yang kedua dan ketiga dan seterusnya?

Tentu tidak!

Penyaringan akan kulakukan lagi. 

Aturan-aturan akan semakin kubuat ketat dan barangkali akan menyasar mereka yang hanya kenalan atau barangkali ia teman tapi aku tak terlalu suka dengan konten-konten yang mereka sajikan.

Lho kalau begitu aku ngajak musuhan?

Ya enggak juga karena tidak berteman itu tidak berarti musuhan.

Tapi kalau sampai itu terjadi, kalau sampai seorang teman memusuhiku hanya karena aku meng-unfriend di Facebook berarti ia menaruh arti pertemanan sedangkal itu dan itu jadi penanda bahwa ia memang tak pantas jadi temanku. 

Semudah itu, Teman…

Sebarluaskan!

1 Komentar

  1. Untunglah sudah lama saya meninggalkan FB, karena ya itu tadi, terlalu riuh dengan derajat interaksi yang terlalu tinggi untuk saya ikuti. Daripada dicap sombong lebih baik keluar. 😁

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.