Mengenalkan Bapa dan Yesus kepada dunia

22 Mei 2017 | Kabar Baik

Kabar Baik Hari Ini, 22 Mei 2017

Yohanes 15:26 – 27, 16:1 – 4; 4b
Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.

Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.”

“Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku.

Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.

Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku.

Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu.” (16-4b) “Hal ini tidak Kukatakan kepadamu dari semula, karena selama ini Aku masih bersama-sama dengan kamu,

Renungan

Aku tertarik dengan penggalan ayat ini:

Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku.

Menariknya, hal tersebut membuatku teringat akan doa yang juga diucapkan olehNya saat sedang disalibkan. Yesus, alih-alih mengutuk mereka yang menyiksa, Ia malah memohonkan ampun perbuatan mereka itu kepada BapaNya karena mereka tak tahu apa yang mereka lakukan.

Semua terjadi karena mereka tidak mengenal baik Bapa dan Dia. Dan bukankah itu pula tugas kita selama hidup di dunia ini?

Dunia yang semula tak mengenalNya, dunia yang lantas kepadanya harus kita kenalkan siapa Bapa, siapa Yesus melalui kita.

Beberapa hari lalu, seperti biasa, aku makan siang bersama kawan kerjaku. Ia seorang berasal dari Asia Selatan. Sejak beberapa tahun dirinya memutuskan untuk tak lagi percaya kepada agama. “Agama itu seperti penyakit menular! Mematikan dan menular… menularkan kematian!”

Aku diam saja.
Lalu pada sebuah ujung percakapan tiba-tiba ia bertanya, “Apa pendapatmu tentang homoseksual?”

Aku tahu sedang diuji olehnya karena sejak awal aku tak menutupi kenyataan bahwa aku ber-agama dan memandang Tuhan sebagai Sosok penting dalam hidupku.

“Apa yang kamu harapkan dariku untuk kukatakan tentang homokseksual?” Aku bertanya balik.

“Kamu kan beragama dan bukankah homoseksual dilarang dalam agamamu?”

Aku tersenyum “Oh ya? Lebih tepatnya, aku dilarang untuk tidak mengasihi semua orang termasuk mereka, kaum homoseksual.”

“Tapi agamamu melarang pernikahan sejenis, kan?” cecarnya lagi.

“Yup, betul! Tapi sekali lagi, melarang konsep tak berarti mematikan kasih kepada mereka yang mengimani konsep itu. Aku punya kawan juga yang homoseksual daku aku nyaman-nyaman saja berkawan dengannya. Atau seperti sekarang kita makan bersama. Aku tak tahu apa konsep yang ada di kepalamu tentang Tuhan, tentang Yesus, tentang apapun… tapi aku menghormatimu dan nyaman berkawan denganmu karena kamu adalah sosok yang dalam agamaku harus dikasihi.”

Ia terdiam.
“Tak ada yang tak bisa dikasihi. Semua harus dikasihi. Yesus mengajarkan demikian.”

Ia lagi-lagi terdiam. Semula ia mencecar, semula ia menerjang tapi setelah kuberi tahu ia terdiam. Aku tak tahu ada apa dibalik keterdiamannya itu karena itu bukan urusanku. Tapi yang kutahu adalah aku melakukan bagianku untuk mengenalkan Bapa dan Yesus kepadanya semampuku, setahuku.

Sebarluaskan!

1 Komentar

  1. ini keren !

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.