Maria Magdalena melengkapi cara pandangku bahwa orang yang dekat dengan Tuhan bukan otomatis orang yang lantas mudah untuk ?mengenali Dia? setiap saat.
Petrus, murid terutamaNya, menyangkal Yesus. Yudas, orang dekat yang diberi kuasa atas pengaturan uang, mengkhianati dan menyerahkanNya. Maria Magdalena, ia tak mengkhianati, ia tak menyangkal. Tapi, pada hari Minggu saat Yesus sudah bangkit, Maria Magdalena tak mudah untuk mengenaliNya padahal saat itu ia sedang berbicara dengan Yesus.
Maria Magdalena?
Yohanes menulis begini,
Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus (lih. Yohanes 20:14)
Maria Magdalena malah mengira orang yang berdiri di situ adalah orang yang mengambil jenasahNya. Begini katanya,? “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” (lih. Yohanes 20:16)
Baru setelah Yesus menegurnya, ?Maria!? maka ia mengenali bahwa yang diajak bicara barusan adalah Yesus sendiri.
Kenapa Maria tak mengenali wajahNya? Bukankah ia orang dekat Yesus? Bukankah ia bersama dengan Bunda Maria, ibu Yesus dan Yohanes adalah orang-orang yang menemani Yesus hingga kesudahanNya?
Mengenali Tuhan?
Mengenali Tuhan itu butuh kepekaan meski kita sudah mengklaim sebagai orang yang dekat dengan DIa sekalipun.
Lalu bagaimana mengenaliNya kalau Ia sendiri sudah naik ke surga? Bukannya lebih sulit?
Benar!?
Secara ragawi, Tuhan sudah naik ke surga dua ribu tahun silam. Tapi kita punya Roh Kudus, Roh penghibur yang diturunkan untuk menjadi pembimbing kita dalam memandang, mengikuti dan mendengar Tuhan dalam hidup kita sehari-hari.
Melalui bimbingan Roh Kudus, kita yakin dan percaya Tuhan sejatinya sosok yang mudah ditemukan di dalam setiap hal yang kita temui.
Contohnya, pada suatu sore sore aku dihadapkan pada persoalan sepele tentang tas plastik.
Sepulang dari beli kudapan kacang kesukaanku, aku berpikir hendak membuang tas plastik pembungkusnya langsung ke tempat sampah. Tapi sesaat sebelum membuang, aku berpikir kenapa aku harus membuangnya sekarang? Tak bisakah aku mendaur ulang tas plastik itu untuk kugunakan setidaknya sekali lagi sebelum akhirnya kubuang?
Kenapa? Karena tas plastik itu ketika kubuang akan menjadi limbah yang tak bisa diurai dalam waktu yang amat panjang, ratusan tahun bahkan mungkin selamanya. Menunda membuang tas plastik adalah mengurangi jumlah limbah plastik di muka bumi.
Di titik itu aku menemukan Tuhan dalam ajakan untuk memelihara lingkungan dengan mengurangi limbah plastik. Kehendak Tuhan dalam konteks pemeliharaan lingkungan jelas bahwa Ia ingin kita memelihara dan melestarikan lingkungan sebagai tempat tinggal kita.
Dan penyertaan Tuhan tak berhenti di situ. Ketika aku merenung, Tuhan ternyata tak hanya menghendaki supaya aku menyimpan tas plastik dan mempergunakannya untuk hal-hal lain sebelum membuang. Ia juga menghendaki supaya aku melatih diri untuk tak mengkonsumsi tas plastik. Sebagai gantinya, aku bisa menggunakan tas kain katun yang bisa dipakai berulang kali serta ramah lingkungan karena ketika kubuang, kain tentu lebih mudah diurai ketimbang plastik.
Maria Magdalena yang awalnya tak mengenali Yesus pada akhirnya sadar bahwa ia sedang berhadapan dengan Sang Guru ketika Yesus memanggil namanya.
Melalui hal-hal yang kita hadapi setiap hari kita juga diajak mengenali Yesus yang telah memanggil kita berkali-kali melalui GerejaNya, adakah kamu sudah mendengar?
Belum?
Sydney, 23 April 2019
0 Komentar