Epping Station, pada suatu pagi.
Orang sibuk berlalu lalang mengejar jadwal kereta yang bisa dibilang tak pernah terlambat di jam sibuk seperti itu. Lalu tiba-tiba di tengah kerumunan, beberapa petugas keamanan stasiun berjalan setengah berlari menuju satu tempat; di sana seorang gadis sekitar 20 tahunan usianya, berdiri mematung sambil menghisap rokok.
“Ah kena kamu!” gumamku yang tak jauh berada dari tempat itu, dan beberapa saat kemudian tebakanku menjadi nyata. Hanya gara-gara rokok, ia harus berhadapan dengan denda peraturan yang demikian mencekik leher karena menurut yang kubaca dari sini, ia bisa kena denda minimal $300 dan maksimal, $1100.
Merokok di tempat umum belum sepenuhnya dilarang di sini. Tapi kian hari, pengetatan peraturan atas pelarangan rokok semakin digiatkan dan salah satu penyebab kenapa si gadis tadi kena denda adalah karena ia berada di tempat publik yang memang tak diijinkan untuknya merokok (secara teknis, disebutkan bahwa di stasiun orang dilarang merokok salah satunya karena bangunan tersebut tertutup dan beratap).
Pemerintah Australia memang peduli dengan naik-turunnya angka perokok di wilayahnya. Kalian mungkin mengira alangkah baiknya pemerintah kalau demikian adanya ya? Kupikir nggak juga! Standard malah… maksudku, sudah layak dan sepantasnya kalau pemerintah itu peduli kepada rakyatnya. Pemerintah akan kunilai baik kalau tiba-tiba ia memberikan mobil mercedes benz pada suatu pagi ke garasi masing-masing penduduknya, lain tidak! Nah, kalau pemerintah yang tak baik? Tentu pemerintah yang tak mempedulikan penduduknya!
Dimanapun, di seluruh dunia, seharusnya kepedulian pemerintah terhadap rakyat adalah sesuatu yang lumrah karena peduli kepada rakyat berarti peduli pada keutuhan negara itu sendiri.
Perhatikan alur logika ini.
Menurunnya angka perokok akan membuat kondisi kesehatan lebih baik. Kesehatan yang baik akan membuat masyarakat lebih produktif bekerja. Produktivitas kerja akan meningkatkan gairah ekonomi karena masyarakat berduit dan berbelanja. Peredaran uang menyebabkan tingkat pendapatan negara melalui pajak naik. Pajak naik membuat pemerintah leluasa menjalankan program untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Pertanyaan klasik yang kerap dijadikan dalih untuk melawan ‘perang anti rokok’ adalah, kalau rokok nggak laku terlebih dilarang bagaimana nasib para buruh (rokok)?
Jawaban ngasalnya sih “Nah, kalau para perokok mati jantungan, apa para buruh atau pengusaha rokok itu mau menanggung nasib anak istrinya?”
Jawaban benarnya, kalau ekonomi bergairah, lapangan kerja yang lain akan terbuka dan para buruh itu kalau tak malas memungkinkan pergantian karir dari sekadar buruh rokok menjadi sesuatu yang lain.
OK, lalu bagaimana pemerintah menekan turun angka perokok di Australia?
Selain lewat pengetatan aturan seperti yang kuutarakan di atas, hal yang paling kentara adalah kenaikan pajak rokok yang gila-gilaan. Sebagai informasi, harga sebungkus rokok di sini rata-rata 15 dollar mahalnya, sebagai perbandingan, ongkos makan siang di sini rata-rata sekitar 10 dollar saja. Selain itu, pesan layanan masyarakat dalam rangka penanggulangan peningkatan jumlah perokok digalakkan di sejumlah media. Di televisi dan baliho-baliho jalanan kerap ditayangkan iklan bahayanya merokok yang bisa menimbulkan akibat kanker paru-paru, serangan jantung, kerusakan otak, dan masih banyak lagi seperti yang kalian lihat di box peringatan di bungkus rokok yang mungkin ngga pernah kalian baca lagi karena either kalian belinya rokok ketengan atau ya memang tak menarik dan tak mempan lagi peringatannya.
Selain itu, masih bicara soal bungkus rokok, selain peringatan dalam bentuk tulisan, juga dihadirkan paparan visual tentang bahayanya merokok.
Sekali waktu aku pernah melihat bagaimana box rokok dipajang di penjual rokok di sini dan… alamak… gambarnya sungguh menyeramkan dan tak layak untuk dipajang di sini karena alasan kewajaran. Sebutlah gambar tentang bagaimana paru-paru yang menghitam karena racun rokok, kerusakan organ lain, pendarahan otak dan lain sebagainya. Semua tampil begitu telanjang dengan tujuan memberikan pesan kepada perokok tentang bahayanya rokok itu.
Di lingkup kerja dan sekolah, aturan merokok juga dimasukkan dalam aturan Health and Safety. Kantor diwajibkan menaruh aturan larangan merokok tak hanya di dalam kantor tapi juga dalam radius jarak sekian meter jauhnya dari gedung perkantoran demikian juga diberlakukan di sekolah-sekolah.
Perkara menurunkan angka perokok memang tak pernah mudah karena merokok itu laksana candu, sekalinya masuk ke dalamnya, sangat sulit untuk keluar daripadanya. Untuk itu patut disadari kenapa ada begitu banyak cara yang dilakukan berbarengan oleh pemerintah untuk pekerjaan ini karena kesadaran untuk tidak merokok itu adalah sesuatu yang perlu dibangkitkan setiap saat secara terus-menerus dan dalam segala macam hal. Setiap pemerintahan negara harusnya menganggap hal ini sebagai suatu kelumrahan termasuk di dalamnya menyadarkan masyarakat melalui pendidikan untuk berpikir sejuta kali ketika memutuskan untuk tetap merokok setiap harinya.
Tulisan ini kubuat dalam rangka peringatan enam tahun aku berhenti merokok sejak 14 Oktober 2005 sekaligus peringatan pertama setelah sang motivatorku pergi untuk selama-lamanya sejak akhir tahun silam.
Simak tulisanku lainnya tentang ‘Berhenti merokok’, Setelah Tiga Tahun Tanpa Nikotin dan Catatan Tentang Berhenti Merokok.
Selamat ya mas sudah 6 tahun tidak merokok. Benar adanya merokok itu gak baik, embel2 peringatan pada bungkus rokok juga barangkali cuman menjadi formalitas saja.
Kalau di bandara Kuala Lumpur itu dapat denda RM 5,000 jauh berbeda di Indonesia aku pernah liat di Bandara Soetta di terminal 1 untuk penerbangan domestik dan aku 3 kali menyaksikan seorang petugas keamaanan bandara menegur perokok di koridor jembatan 6, tempat penerbangan yang membawa aku ke Semarang.
Mungkin orang Malaysia terlalu takut membaca larangan, namun orang Indonesia terlalu pintar memahami aturan. Kalau hanya dilarang merokok, begitu satpam atau petugas pergi akan bisa menyalakan rokok lagi.
*no comment*
Hahaha, rokok di sana mengerikan. Mau merokok harus mengeluarkan duit lebih mahal dari sekali makan. :lol:
Lebih baik uangnya untuk beli susu atau sumber protein lain. :mrgreen:
Dengar2 nih, pengusaha rokok di Indonesia malah gak merokok lho. :P
selamat ya mas udah sanggup berhenti merokok sekian lama, semoga awet selamanya
andai di sini diberlakukan seperti itu, kayaknya menang banyak tuh yang razia-in :D
mendingan juga ngerazia perokok toh, ketimbang nge-razia dengan modus akal2an hehehe
Selamat mas..
Dan saya sepenuhnya setuju dengan apa yang disampaikan diatas. Saya sendiri adalah perokot ‘berat’ alias memberatkan orang lain, hehe. Saya cuma relatif jarang merokok, biasanya hanya kalau ada yang ngasi minta (kayak pengemis ya).
Saya ternyata mirip dengan ayah saya, saya pernah memperhatikan ayah saya, beliau sepertinya pernah mencoba menjadi perokok dengan beberapa kali mencoba membeli rokok sendiri. Tapi usahanya gagal, beliau tetap tidak terbiasa merokok. Dan jujur, saya bersyukur dengan keadaan tersebut tapi merasa aneh juga. Di saat orang lain berusaha berhenti, ini malah mencoba belajar membiasakan diri. Untungnya usaha itu gagal :-)
Peraturan larangan merokok apalagi di tempat umum memang seharusnya dilarang keras artinya diberikan denda setinggi mungkin agar tidak mengulangi lagi. Mengingat bahaya asap rokok yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit tidak hanya para pengisab asap rokok saja namun semua orang disekitarnya juga. Sungguh membahayakan asap rokok bagi mahluk hidup. Kalau saya Indonesia supaya itba’ saja pada Australia dalam menyelesaikan problem perokok.
Pemerintah Indonesia sebenarnya sih peduli mas,,, cuma, belum “Dong” mau mulai dari mana, gak serius mungkin ya pejabat-pejabatnya, atau mungkin sedang sibuk dengan urusan yang lebih penting, seperti contohnya : sibuk mengurusi keuangan Rumah Tangga – Sendiri -, jadi ingat dulu – beberapa bulan terakhir ini – terakhir kali denger kabar tentang demo para petani tembakau, karna dilarang menanam tembakau sebagai bahan baku rokok – jelas protes, trus keluarganya para petani itu mau dikasih makan apa – tanpa memberikan solusi yang pasti sebagai ganti mata pencariaan mereka ,,.. dah kayak panggung dagelan Srimulatlah pokoknya manusia-manusia yang duduk diatas itu hehehe ……, mending nonton OVJ sing ketauan serius dagelan- dagelannya serius –
makan makan lah nih, kan udah enam tahun berhenti merokok ehehehhehe
sukses selalu ya
Yah walau pun perokok, aku mendukung upaya pembatasan area merokok
Aku mulai dari rumah sendiri. Tidak boleh merokok di dalam rumah. Hanya di area kerjaku yang nylempit di pojokan teras rumah
Congrats ya udah sukses melawan rokok. Terus aku kapan yo bisa berhenti? *jadi curcol*
Nah, pembahasan tentang rokok memang belum habis-habis. Miris ngeliat masyarakat menengah kelas bawah kerja sambil ngerokok padahal pemilik perusahaan rokok aja belum tentu ngerokok.
Salam kenal Mas… Ternyata seperti itu ya kondisinya disana tentang perokok dan kampanye anti rokoknya… Saya masih sih… cuma udah ngga terlalu banyak seperti dulu. Mulai berkurang… mudah2an bisa mengikuti jejak Mas…
Hebat juga kamu Don bisa bertahan tidak merokok selama 6 tahun, padahal kalau lihat mukamu sih kelihatan perokok ya karena bibirmu agak gelap warnanya… :) Ternyata sudah berhenti ya, goodlah.
mahal sekali pajaknya. biasanya yg beli juga orang2 yang bener2 pusing kepala terhadap lika-liku hidupnya.
ini keren sekali mas donny! coba ya di Indonesia hal seperti ini terjadi, heuh! mungkin saya tak perlu dua paru-paru lagi, satu sudah cukup (?) kalau di Indonesia denda diberlakukan dengan konsisten saya pikir pemerintah setempat pemasukannya membengkak.
aku setuju dgmu bahwa pemerintah sudah layak dan sepantasnya mengurusi dan peduli pada rakyatnya. kalau enggak, buat apa ada pemerintah? buat apa rakyat bayar pajak, kalau pemerintah tidak kerja buat mereka?
kalau soal rokok, aku sebenarnya berpikir, setiap orang yg mau merokok itu sah2 saja. silakan. monggo. tapi, jangan merokok di tempat umum, karena di tempat umum setiap orang pada dasarnya berhak mendapat udara bersih. ekstrimnya sih, kalau merokok, asapnya telan saja sekalian. jangan dikasih ke orang di sekitarnya. aku sih nggak butuh dan bener2 nggak mau dapat asap rokok. kalau orang mau merawat tubuhnya, berniat untuk sehat, tentu dia tidak akan merokok. kalau dia memilih untuk merokok, ya sudah, telan sendiri konsekuensinya. untuk para pekerja di bidang industri rokok, aku pikir masih bisa kok bekerja di bidang lain yg lebih bermanfaat. itu tergantungnya masing-masing orang sih; dia mau milih yg mana. aku cuma berpikir, kalau aku bekerja di suatu perusahaan yg justru membuat orang lain kesehatannya memburuk, apa sih keuntungan yg aku dapatkan? kalau hanya untuk cari uang, please deh… kalau mau kreatif dan berusaha, masih banyak kok bidang usaha lain yg lebih banyak memberi manfaat ke banyak orang. dan lagi-lagi, hal itu perlu dukungan dari pemerintah.
Berenti merokok = komitmen
itu kata temen2ku yang perokok akhirnya berenti.
sayang di indonesia rokok sangat dijual bebas, sampe2 miris kalo liat anak2 SD yang nongkrong sudha mulai terselip sepatang racun itu ditangan mereka :(
?Nah, kalau para perokok mati jantungan . . . . . .”
Arti-nya . . Para anti rokok yg mati jantungan, pasti gara-gara ga’ ngeroko . . .
Dengan kata lain …..
Perokok yang sehat dan panjang umur, itu gara-gara ngerokok
Larangan Rokok di negara-negara maju, muncul setelah mereka mapan.
Analogi “Tanpa Rokok maka Rakyat lebih produktif. Ekonomi lebih berkembang, Negara menjadi maju … …. ..”
TIDAK RELEVAN
saya setuju
Q juga paling ga suka dan benci ngelihat cewek “MEROKOK”.
Q sbgai cowok ja ga merokok,eh cewe malah merokok.
OK lah masih status single alias blum nikah,kalau dah nikah n susah menghilangkan kbiasaan merokok jika nantinya dah hamil mau jadi apa si jabang bayi,Jika sesorang ja dah ga peduli ma kshatannya sndri,,cpa yg peduli sama diri kita sndri,ea pstinya kita sndri kn…
Dah jangn kebanyakan gaya ngikutin orang luar…budaya kita berbda coy,,,mulai dari wlyah,iklim,suku bngsa…bleh meniru tpi ea stidaknya tau yg baik bwt kita.ambil sisi positifnya saja….
Hanya anak kecil saja yg menirukan semua yg baik dan buruk dan tidak ngrti apa tu baik or jelek bwt dirinya…
Doniiiiii, I hate you!!!
Gw dh 3taon berhasil brenti ngerokok dan bru 2minngu ini kumat merokok lg….
Tiba2 gw ngebaca tulisan mu ini….sebel!!!!!
Emang gw hrs komit total untuk brenti ngerokok nich,ada aja yg ngingetin gw ughhh!!!
Thx ya bro, your story inspiring me!!!
Salam buat keluuarga kecil mu di sana
GBU