Kejadian ini terjadi sekitar pertengahan minggu lalu. Seperti biasa menjelang makan siang aku pergi ke vending machine untuk membeli chips kesukaan sebagai ganti kerupuk.. Eh… sebentar! Sebelum kulanjutkan bercerita, apa masih ada dari kalian yang tak tahu apa itu vending machine? Kalau tidak, sahabatku, Imelda, minggu lalu menuliskan tentang Vending Machine di blognya.
Ok, kulanjutkan ceritaku. Tak seperti hari-hari biasanya, hal yang berbeda terjadi hari itu.
Biasanya, tak sampai sepuluh detik setelah koin dimasukkan dan dihitung secara otomatis oleh mesin, kemasan chips yang kusuka akan jatuh dari rak, keluar dari mesin dan siap kuambil lalu kukudap.
Tapi siang itu, setelah kumasukkan koin ke dalam mesin, kemasan chips yang kubeli tak kunjung keluar. Rupanya bungkus kemasannya tertempel dengan kemasan di belakangnya. Mesin pun berhenti bekerja dan uangku tertahan di dalam.
“Damn!” aku hanya mampu berujar demikian seraya mencoba mencari akal bagaimana supaya chips itu keluar dan aku bisa makan.
Inginku mencoba menggedor dinding mesin berharap supaya kemasan itu jatuh dan bisa kuambil….tapi eh ini kan Australia! Bahkan tindakan kecil nan bodoh seperti itupun kalau diketahui orang lain dan dilaporkan bisa jadi perkara besar, ujung-ujungnya pengadilan dan denda.
Sementara itu sebenarnya mudah saja bagiku untuk memasukkan koin lagi membeli chips jenis lain yang ada di kolom yang berbeda dari yang macet barusan. Tapi ketika hendak kulakukan ide tersebut, mataku menatap nomer telepon customer service perusahaan pemilik vending machine tersebut.
Aha! Aku melihat lampu solusi! Kukeluarkan mobile phone lantas kutuju nomer itu dan berbicara pada yang di seberang.
Tapi ternyata, proses pelaporan itu makan waktu yang lumayan lama dan bertele-tele. Aku harus melaporkan berapa uang yang kukeluarkan, barang apa yang kubeli dan seharusnya keluar, letak mesin dalam gedung, alamat gedung, serta data pribadiku. Hal itu membuat moodku hancur berantakan. Jawaban demi jawaban yang kuberikan kepada sang operator semakin ngawur dan sampai pada pertanyaan depresif, ?Bisa nggak aku minta uangku sekarang keluar?!? dan tentu saja ia menjawab tak bisa atas pertanyaanku yang memang tak masuk akal tersebut.
Butuh waktu beberapa menit lamanya hingga aku harus menerima kenyataan lalu memutuskan untuk menyudahi telepon itu saja dan merelakan uang yang memang harus tertelan karena kebodohan mesin.
* ? ?* ? ?*
“… betapa aku cukup pintar dan mau terbuka pada diri sendiri untuk mengakui bahwa aku B-O-D-O-H”
Teman-teman, hakikat hak adalah sesuatu yang harus kita dapatkan namun ketika kita harus mengorbankan begitu banyak hal untuk itu, sejatinya saat itu kita sedang berada di tubir jurang kepandaian dan terpeleset sedikit jatuhlah kita ke dalam kebodohan.
Kenyataan di atas bagiku menarik karena hal itu menandakan betapa aku cukup pintar dan mau terbuka pada diri sendiri untuk mengakui bahwa aku B-O-D-O-H.
Kalau aku bersikap dan bertindak pintar waktu itu, barangkali aku tak mau menelpon operator demi uang yang ?tak seberapa? karena toh pada saat itu aku juga menggenggam koin yang lain untuk berjaga-jaga…
Namun emosi dan egoku yang lebih kuat mengawal kebodohanku keluar dari otak dan berubah menjadi nyata.
Aku merasa mengorbankan waktu, mood dan biaya untuk menelpon, sesuatu yang seharusnya tak masuk dalam hal yang harus terjadi hari itu.
Nah, sekarang kalian tahu kan… meski banyak yang menganggap tulisanku selalu tampak ?pintar? dan ?berkelas? di blog ini, sejatinya aku adalah manusia yang juga tak luput dari salah dan alpa.
Masih tak percaya? Baiklah kubantu untuk mempercayai melalui kenyataan tentang berapa jumlah uang yang ?kuperjuangkan? tadi… 1.8 dollar saja… jangan dikonversikan ke rupiah karena untuk ukuran sini, uang senilai itu tak cukup hanya untuk membeli secangkir kopi di pagi hari.
Pernahkah kalian merasa diri kalian bodoh?
Tidak tahu apakah kemarin itu aku bodoh. Yg jelas aku tak membawa uang banyak pas ke mall. Krn niatny liputan. Bukan belanja. Tp krn melihat diskon buku thriller di toko buku di area mall. Jd langsung ngambil 3 buku. Ud jln2 di dlm bru ingat hny bw 20rbuan. Kartu ATM ada. Krn g pernah belanja pake kartu debet. Jd tny sm kasir. Apa bisa byr pk kartu debet. Dasar kasirny g beretika dia langsung jwb: “Ya bisalah.” dg wjh sok tahu gtu. Pdhl aku kn emang g tahu. At aku termasuk bodoh karena bertanya?
udah sewajarnya kalo gak tau kita tanya, tapi kok jawabannya terkesan sinis gitu ya :|
itu kasirnya yang bodoh :))
Akhirnya tidak ada reaksi dari CS mesin itu? Hmmm kalau di Jepang mungkin kamu akan dikirimi satu kardus chips karena mau memberikan informasi mesin rusak. Jika mesin rusak (terlihat berhenti di tengah jalan) orang takut membeli di mesin itu, dan satu hari penuh tidak ada orang yang pakai mesin itu, sehingga tidak ada pemasukan. Dengan kamu melaporkan, kerugian yang mungkin timbul bisa dihindari. Itu sebabnya orang Jepang sangat berterima kasih jika ada yang mau memberitahukan kerusakan.
Tapi menurutku sih ini bukan soal bodoh atau pintar, tapi hari itu kamu lagi sial saja hehehe. Biarpun kamu merasa sedikit bodoh, tetap ngaku bahwa kamu ganteng kan :P
EM
hahahaha …
setuju sama mba imelda, gpp sesekali bodoh, apalagi sudah ngaku bodoh, sing penting teuteuph ngganteng xixixi
wah ada juga ya alat seperti itu… tak kira cuman ada di filem-filem.. ternyata ada baneran to? Om Donny kalo balik kesini bisa ngga aku dikasih oleh2 kaya gitu?
I did it! Sudahannya baru nyesel, duh ngapain sih sampai tarik urat leher, padahal mah ….
tapi ya itu tadi, terkadang perlu berada di posisi yang demikian mas, agar sesekali merasakan penyesalan hehehe *makin terlihat kan bodohnya saya*
Pernah. Hehe
Prnh jg dgn versi mslh nilai yg ngga keluar.. Aku ditunjuk2 krn bodoh g memperjuangkan nilai 2sks sm tmnku.. Pdhl dia gtau duduk persoalannya.. Haha baca cerita mas verdi jd inget itu.
Ku tersenyum saat membaca kalimat yang terquote diatas,
Abis sepertinya kalo di Indo sini masih sangat berlaku sihhh….. yaitu ketika ada satu case dan harus berurusan dengan pihak keamanan berbaju coklat itu lhooo.
Dan ketika kita sering melihat orang-orang kecil (baca: wong cilik) jarang sekali mau maju ke meja pengadilan, saya rasa alasannya juga mudah dipahami khan..? “as you said: mengorbankan begitu banyak” :P
Eh, eh eh…
Beneran gak mau ngaku dibilang “tulisannya tampak pinter” tapi teteup kekeuh bakalan ngaku ‘ganteng’ khan Dabb…? :) #mrenges
Oh ya, Jfi: vending machine kuwi nek ra “aku ra lamur” kayane aku wis tau weruh nang lantai loro terminal Nggiwangan Yoja lho Dab…
Saya seringkali justru bangga ketika menyadari kebodohan sendiri, karena saat itu kita sudah belajar sesuatu dan kita mulai beranjak dari kebodohan. Dan menurut saya orang bodoh adalah orang yang tidak menyadari kebodohannya.
kapan ya aku merasa bodoh? seingatku aku merasa bodoh waktu aku marah pada teman supir angkot yang ngeyel aku harus membayar 2500 (temannya itu yg bawa uang soalnya, dan dia duduk di samping supir), padahal selama aku di jakarta, jarak yang biasa kutempuh tsb, aku cukup bayar 2000. akhirnya aku memang dapat kembalian yang sesuai sih. cuma sempat gondok aja hehe. tapi trus aku sadar, kenapa aku mesti melanjutkan amarahku untuk uang yang nggak seberapa itu? dongkol untuk uang 500 rupiah? please deh. nggak perlu banget kan? hahaha. bodoh kan? tapi segera menyadari kalau aku marah itu membuatku lebih cepat “menyembuhkan” diri dari kemarahan itu don. :)
Hanya orang pintar yang akan berhenti belajar…
Mengaku sebagai orang bodoh itu tak apa, tapi jangan sampai berpikiran kalau kita memang benar-benar bodoh. Tapi akan lebih baik jika dari pengakuan tadi bisa menjadi motivasi kita untuk berusaha manjadi pintar :)
Aku bodo, Mbah..
Mulo aku sinau nang blogmu iki..
*sedakep*
betul2 untuk mengurangi kebodohanku aku juga ikut belajar disini. :)
Mengakui diri sendiri bodoh adalah bukan suatu kebodohan.. memang betul, karena dengan begitu berarti kita hidup dengan sadar. Orang2 yg hidup dgn tak sadar dan slalu menuruti hawa nafsu, tak pernah menggubris apa kata orang, itu baru yg benar2 bodoh :)
Kita ini dilahirkan ‘bodoh’, hingga suatu hari otak kita diukir dengan berbagai angka dan huruf.
Tapi soal itu,…. aku acap kali mengalami kebodohan, Om :P
biar ga bodoh or dibodohi or membodohi diri lagi.. belilah krupukmu di coles/woolies :P
anggaplah kamu menyumbang ke mesin itu biar lebih bagus servisnya di lain hari, hehe..
*sing pinter ngalah…*
Aku terlaku bodoh sehingga begitu bodonya melupakan kebodohanku yang terakhir
Ingat kebodohan kita adalah kepandaian spesial
Aaahhh mas.. aku juga sering melakukan kebodohan kebodohan kecil.. ya biasa aja seh.. namanya juga manusia :D
saya juga sering melakukan kebodohan, tenang mas, anda tidak sendiri,, hehhe
Salam kenal Mas dony.
Salam dari Jakarta