Mengail Indonesia di pelosok Australia

28 Apr 2014 | Cetusan, Indonesia

Menemukan Indonesia secara tak sengaja di pelosok daerah negara lain itu seperti halnya kita memancing di sebuah telaga sunyi di pegunungan lalu tiba-tiba mata kail kita tersangkut di kerongkongan ikan paus? mengagetkan tapi mengharukan…

Libur paskah yang lalu, bersama anak-anak dan istri serta empat keluarga Indonesia lainnya, aku pergi melancong ke kawasan Batemans Bay, sekitar 270 km di sisi selatan Sydney, menginap di sana tiga hari, dua malam.

Namanya juga ?bay?, letak kawasan itu di tepian laut pasifik sehingga banyak terdapat pantai yang konon indah di sana.

Kukatakan konon karena pada dasarnya aku dan istriku, selama kunjungan kemarin itu sama sekali tak menyentuh pantai karena kami memang bukan penggemar wisata pantai.

Mungkin kalian heran, padahal Australia adalah negara dengan banyak sekali pantai indah yang terawat keasriannya?
Simply karena aku dan istriku tak suka perasaan lengket-lengket di kulit karena angin yang membawa uap air garam laut ke daratan.

Kami juga tak suka bermain pasir karena butirnya dengan mudah nyelip kemana-mana tapi sulit untuk dibersihkan ketika misalnya masuk ke dalam mobil atau malah rumah!

Lalu yang ketiga, kalaupun harus mandi di laut, sesudah itu mesti bilas, kan? Pengalamanku, fasilitas bilas dimanapun itu tidak pernah senyaman kamar mandi rumah? Jadi, kenapa harus ke pantai?

Mungkin kalian lantas bertanya, ?Kalau begitu kenapa masih nekad ke Batemans Bay??

Itu dia!
Itulah tantangan kami sekeluarga untuk tetap merasakan fun meski tak suka pantai!

Untung kami lantas menemukan Mogo. Sebuah kota kuno yang kecil, letaknya sekitar 20 menit dari tempat kami menginap.

Sebagai penyuka eksplorasi hal-hal yang sifatnya kuno, Mogo sangat menantangku dan istriku untuk dikunjungi.

Mogo, 300 tahun silam adalah kota pertambangan emas yang cukup ternama di Australia. Ia juga memiliki kebun binatang dan sederet toko-toko lokal yang menurut buku yang kubaca di apartement, menarik!

Rencana awal, begitu sampai di Mogo kami mau langsung ke kebun binatang. Tapi begitu tahu bahwa ternyata ada museum penambangan emas dimana kita bisa coba-coba ikut menambang, hasrat untuk ke kebun binatang kami belokkan begitu saja.

Tapi dasar memang belum ?ketemu jodoh?, pas sampai di parkiran, pas mau turun.. eh Elodia, anak bungsuku, tidur pulas dan kami tak tega membangunkannya.

Kami lalu berputar arah dan langsung menuju ke toko-toko lokal saja.?Sambil menunggu Elodia bangun, istriku dan Odilia, anak sulungku, turun menghampiri toko lollies (kembang gula).

Beberapa saat setelah Elodia terbangun, aku lantas turun menyusul istri dan Odilia yang telah selesai shopping beberapa buah kembang gula.

Deretan toko lokal di Mogo ternyata memang sangat bermacam-macam dan unik.

Keunikan pertama adalah sebuah galeri seni yang ternyata menggunakan bangunan bekas gereja Katholik tahun 1800-an.

Ini dia, Mogo Pottery and Art Gallery yang menggunakan gedung bekas gereja.

Ini dia, Mogo Pottery and Art Gallery yang menggunakan gedung bekas gereja.

Lalu tak jauh dari situ ada penjual kerajinan kulit khas Australia seperti topi ?cowboy?, sabuk dari kulit buaya, dompet, rompi, tas, dan aksesoris lainnya.

Lalu ada pula toko penjual pakaian dari bulu alpaca, sejenis unta dari Amerika Selatan, toko penjual beads (ini bahasa Indonesianya apa ya? biji-biji hiasan?) , ice cream home-made, dan ini yang paling mengagetkan.. sebuah toko berukuran besar bertajuk Indo Direct! Ya, penjual barang-barang kerajinan dari Indonesia!

Indo Direct... Indonesia yang terkail di pelosok Australia...

Indo Direct… Indonesia yang terkail di pelosok Australia…

Aku pun segera masuk ke dalamnya.
Suasananya bisa dibilang mirip dengan Mirota Batik di Jogja dan barangnya memang benar-benar otentik dari Indonesia mulai dari furniture, hiasan dinding dan meja, perkakas dan pakaian. Yang membedakan tentu adalah? harganya!

Maklum, jatuhnya dianggap barang import, belum lagi ongkos pekerja, cukai dan ini dan itu, jadi ketika ditotal jendral harga jadi sangat mahal dan selalu menerbitkan ucapan, ?Ah, kalau cuma kayak gini di Pasar Klaten dengan harga segini bisa dapet sepuluh-duapuluh!?

Keluar dari Indo Direct, tak jauh dari pintu utama aku dikejutkan dengan percakapan sekeluarga berbahasa Indonesia.

Masih belum hilang kejutan itu, jalan sekitar 25 meter nemu mobil bertuliskan 100% BONEK yang kami tengarai adalah mobil yang digunakan keluarga yang kutemui barusan.

100% Bonek! Arek Surabaya? Persebaya? :)

100% Bonek! Arek Surabaya? Persebaya? :)

Jalan lagi sekitar 500 meter ke depan kemudian kami temukan ruko yang tampaknya sebelum dipakai oleh pemakai yang sekarang digunakan oleh sebuah toko yang punya nama INDO juga. Hal itu tampak dari bekas tempelan baliho yang tampaknya belum terlalu bersih benar.?Istriku bilang mungkin itu lokasi pertama Indo Direct sebelum ia pindah ke tempat sekarang yang lebih besar.

Gedung yang mungkin dulu dipakai perusahaan bernama Indo Select

Gedung yang mungkin dulu dipakai perusahaan bernama Indo Select

 

?Yah kalaupun benar berarti baguslah artinya mereka menjual barang-barang INDO dan jadi besar seperti sekarang!? tukasku.

Lalu ketika hendak kembali ke mobil, aku menemukan ini? sebuah mainan yang kuingat betul dulu pernah dibelikan Mama ketika kecil yang kupikir hanya bisa kutemui di Jawa (bahkan bukan semua tempat di Indonesia ada) eh? tiba-tiba kutemukan di Mogo!

Menemukan Indonesia sebanyak itu di pelosok Australia kemarin memang benar-benar seperti melihat geliat ikan paus yang terkena kail di telaga pegunungan yang asri? kibasnya mengagetkan daya gregetnya mencengangkan.

Sebarluaskan!

12 Komentar

  1. Satu kebanggaan buat arek suroboyo : “100% BONEK”.
    Terimakasih mas don.

    Balas
    • Samna-sama :)

      Balas
  2. Kayak mobilnya astri nugraha…
    Dia libur paskah ke bbateman bay. Kami mau ke sana blm jadi2 gak dpt cuti…

    Balas
    • Hmmm mungkin ya… tapi plat nomernya NSW (sengaja kututup di foto yang published tp aku punya masternya. Orangnya berjilbab kan?

      Balas
  3. Mungkin, rasanya seperti yang pernah kurasakan, 2003 mulai tinggal di Pekanbaru, identik dengan masakan padang dan melayu. Tiba nemu angkringan sego kucing di sana!

    Balas
    • Nah, berikutnya yang kuharapkan ada di sini adalah sego kucing itu :)

      Balas
  4. hehhee pertama toss dulu ttg ketidaksukaanmu terhadap pantai. TAPI Gen suka sehingga aku ya ikut saja :D Dan aku bisa mengerti sekali ungkapanmu ttg mengail Indonesia di sana, padahal anggapanku Aussie kan dekat dengan Indonesia sehingga wajar rasanya.
    Yang lucu yang begitu antusias jika tiba-tiba ada suasana/tanda-tanda Indonesia di sebuah tempat di Jepang itu malahan suamiku. Aku sih biasa-biasa saja hehehe. Seperti kemarin dia langsung membeli kopiko, karena dijual di sebuah Parking Area, di samping snacks dari eropa semua :D

    Balas
    • Makin tak terbendung lagi, cinta kita terhadap Indonesia memang mendarah daging :) Segala kekesalan itu ada batasnya dan dasarnya ya cinta.. :)

      Balas
  5. Mainan “ndeso”, dijual seharga AUD 15 dengan sponsor Ray White….. viva Indonesia!!!

    Balas
    • Hahaha itu bukan sponsor.. tapi karena kebetulan ada mobil parkir di belakang mainan itu :)

      Balas
  6. fotonya apik-apiiikk…. aku suka!

    Balas
    • Woh dikomentari Mbak Wik itu sesuatuuuh :)

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.