Menangani kecelakaan lalu lintas di Australia

23 Nov 2016 | Australia

Kemarin pagi, setelah mengantar kakak ke sekolah, melewati jalan kecil yang biasa kami lewati setiap pagi, lalu lintas tiba-tiba macet.

“Ada apa ini kok tumben?” tanyaku pada Joyce.
Di Sydney sebenarnya macet itu sudah jadi barang biasa meski belum separah Jakarta, tapi sepagi itu, di jalan sekecil itu kok tiba-tiba ada macet, patut dipertanyakan.

“Road work?” Ya, roadwork atau pembenahan jalan biasanya memang membuat lalu lintas tersendat. “Tapi kok pagi amat?” karena biasanya hal itu diadakan lepas sore hari.

Lalu ketika macet mulai terurai dan pemandangan seperti di bawah ini yang tampak.

Kecelakaan

Edan!

Lebih edannya lagi tak ada polisi, tak juga ada ambulan. Hanya seorang sipil yang membantu mengatur lalu lintas sambil menunggu mobil derek angkut untuk mengangkat kendaraan yang rusak berat itu.

Kok bisa nggak ada polisi apalagi ambulans begitu? Negara macam apa ini?

He he he… sabar.
Kecelakaan lalu lintas di Australia memang tak identik dengan polisi serta ambulans apalagi kumpulan massa yang siap untuk jadi hakim-hakim ataupun tukang pukul dadakan. Kecelakaan lalu lintas di sini juga tak identik dengan uang damai yang biasa diserahkan dari yang dianggap salah untuk mereka yang dianggap korban kecelakaan.

Di Australia sini, polisi dan ambulans datang tergantung kondisi, tergantung keadaan. Jika ada yang terluka, mereka akan datang. Jika tidak?

Aku pernah tiga kali mengalami kejadian ditabrak mobil pada 2008 dan 2009 silam. Puji Tuhan, ketiga-tiganya tak ada yang melibatkan ambulan dan polisi karena tak ada yang terluka.

Dua kejadian yang pertama terjadi di tahun 2008, beberapa saat setelah aku pindah kemari.

Pada kejadian pertama, aku sempat hampir emosi karena belum tahu ‘tata aturan main’ di sini. Kami ditabrak dari belakang, tak terlalu kencang tapi mengagetkan.

Aku segera keluar hendak melabrak si penabrak tapi Joyce menghalauku. Ia keluar, dengan tenang menemui si penabrak dan aku mengikutinya dari belakang.

“Hi, are you OK?” tanya si penabrak. Joyce tersenyum dan bilang, “Yes, we’re OK”

Lalu si penabrak minta maaf dan beberapa saat kemudian mereka saling bertukar nomer telepon dan contact person perusahaan asuransi masing-masing.

Selebihnya? Mereka bersalaman lantas kami masuk ke dalam mobil dan melaju lagi seperti biasa. Sesampainya di rumah, Joyce segera menelpon pihak asuransi, menjelaskan kejadian lalu perusahaan asuransi mengambil mobil beberapa hari kemudian untuk dibikin betul lagi seperti sedia kala.

Pada kejadian kedua juga kurang lebihnya sama.
Kejadian yang ketiga yang terjadi di awal tahun 2009 agak sedikit berbeda. Waktu itu, lagi-lagi kami ditabrak dari belakang. Kami menepi, diikuti si penabrak di belakang kami.

Saat Joyce hendak meminta detail identitas, si penabrak, seorang ibu berumur sekitar 50 tahun menolak untuk memberikannya. Ia ingin menunggu suaminya datang. Kami sempat tak sabar karena kami memang hendak pergi ke sebuah acara sore itu. Joyce sempat menelpon polisi untuk melaporkan tindakannya tapi polisi hanya menyarankan untuk terus meminta sambil menunggu kedatangan suaminya. “Kalau benar-benar nggak dikasih, telpon lagi dan beritahu nomer kendaraannya ya…”

Lima belas menit kemudian si suami datang, detail identitas kami dapat lalu akhirnya kami bisa pergi.

Tapi tak selamanya pengurusan kecelakaan berlangsung damai seperti itu. Ada beberapa kasus, seperti yang dialami temanku, jauh dari kata damai. Ia menabrak dari samping sebuah kendaraan. Ketika hendak mendatangi untuk meminta maaf dan memberikan detail kontak, bogem mentah dilayangkan kepada temanku lalu yang ditabrak pergi begitu saja. Angka kasus yang seperti ini masih terlalu kecil di sini tapi hal ini perlu kusampaikan kepada kalian supaya kalian juga tidak mendapat kesalahan persepsi bahwa apa yang terjadi di sini selalu lebih baik dari negara manapun.

Oh ya, aku menemukan satu artikel menarik dari Post Australia tentang bagaimana mengelola kecelakaan lalu lintas di Australia. Kalian bisa baca di sini, bukan mendoakan supaya kalian mengalami kecelakaan tapi lebih pada kenyataan bahwa meskipun tinggal di negara yang amat mengutamakan keamanan berkendara, yang namanya celaka itu tetap tak terhindarkan kalau memang harus terjadi. Tinggal bagaimana cara kita mengatasinya, kan?

Simak di sini.

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.