Menabur tanpa pernah menuai

18 Jun 2018 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini bicara tentang Kerajaan Allah tapi aku tertarik untuk merenungi ?sisi tepinya? yaitu tabur-tuai.

Menabur

Mari kita cermati apa yang dikatakan Yesus tentang menabur. Benih ditabur di tanah lalu benih menjadi tunas dan makin tinggi. Ia kemudian berkembang bertangkai-tangkai lalu bulirnya dan berbuah. (lih. Markus 4:26-29).

Menabur perlu kesabaran dan waktu sekaligus rasa percaya bahwa Tuhan bekerja secara misterius terhadap taburan itu seperti dikatakanNya, ?bagaimana terjadinya tak diketahui orang,? (lih. Markus 4:27).

Menuai

Lalu bagaimana dengan menuai? Lagi-lagi, amati apa kataNya. ?Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.” (lih. Markus 4:29).

Menuai perlu kepekaan tentang kapan buah dianggap cukup masak. Menuai juga butuh usaha karena kita harus menyabit. Jika membiarkan buah jatuh sendiri, takutnya sudah lebih dari masak alias busuk.

Ada begitu banyak hal yang bisa kita pelajari dari kaitan menabur dan menuai. Tapi mewakili kebanyakannya, hal yang kerap muncul adalah pada perasaan bahwa kita sudah banyak menabur tapi kenapa tak kunjung mendapat tuaian?

Seseorang pernah bertanya begini, ?Aku sudah melakukan banyak pelayanan! Di Gereja aku aktif! Di kampung juga tak enggan untuk membantu tetangga yang membutuhkan. Bahkan, setiap beberapa minggu sekali aku bersama kawan-kawan persekutuan mengunjungi panti asuhan untuk mengulurkan bantuan baik material maupun non-material. Tapi? tapi kenapa hidupku begitu-begitu saja secara ekonomi??

Bagiku Ini perkara sikap. Sikap terbaik yang diperlukan adalah dengan sabar, setia dan terus-menerus menabur kebaikan serta peka terhadap kapan musim tuai tiba dan apa yang kita perlu lakukan untuk penuaian.

Orang yang sabar dan setia menabur kebaikan tak?kan mau mengeluh karena ia tahu keluhan bukanlah hal baik yang harus ditabur!

Semakin dalam kita menabur kebaikan semakin kita juga harusnya merasa bahwa kebaikan yang kita tabur belumlah seberapa dibandingkan kebaikan-kebaikan Tuhan yang telah diberikanNya kepada kita!

Orang yang masih sempat mengeluh berarti juga adalah orang yang masih punya keluangan waktu dalam hidupnya. Padahal bukankah kita ini harus peka terhadap waktu tuai dan ladang penuaian Tuhan? Peka berarti terus bekerja dan tak berhenti mencari buah-buah yang sudah cukup masak untuk dipetik.

Jadi, jangan berhenti terlalu lama hanya untuk mengeluh. Jalani terus penaburanmu dan tetap mencari buah tuaian. Tuhan menyediakan!

Sydney, 17 Juni 2018

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.