Memprioritaskan Tuhan. Bagaimana?

17 Jul 2018 | Kabar Baik

Tentang prioritas, Tuhan Yesus bicara sangat keras.

Saking kerasnya, banyak yang salah mengerti dan menangkap secara harafiah saja apa yang dikatakanNya ?Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.? (lih. Mat 10:34).

MaksudNya sebenarnya amat sederhana sekaligus amat penting; bagaimana memprioritaskan Tuhan di atas segalanya. Secara terang kita bisa dapatkan dari sini,

Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.

Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.

Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. (lih Mat 10:37-39)

Tapi bagaimana sebenarnya memprioritaskan Tuhan itu?

Ketika seorang bicara bahwa ia memprioritaskan keluarga, kita tahu ?wujud? keluarga dan bagaimana cara memprioritaskan. Ketika seorang pemuda bicara tentang memprioritaskan studi, kita tahu bagaimana caranya.

Tapi Tuhan?
Siapa yang pernah melihatNya?
Bagaimana memprioritaskanNya?

Memprioritaskan Tuhan dalam hidup adalah bagaimana kita mengambil keputusan-keputusan dan melaksanakan keputusan itu berdasarkan nilai-nilai iman ketuhanan yang kita anut. Adalah kurang tepat kalau kita memprioritaskan Tuhan hanya terkait urusan-urusan religi saja seolah Tuhan itu seluas agama.

Hal yang sederhana saja tentang bagaimana kita memprioritaskan Tuhan tampak dalam bagaimana kita membuang sampah. Setelah minum es teh dalam plastik, seorang yang ber-Tuhan akan membuang plastik itu ke tempat sampah dan bukannya melemparkan ke sungai atau sawah! Kenapa? ?Anak Tuhan? peduli lingkungan tak hanya karena lingkungan itu ciptaanNya tapi juga karena kita dicipta untuk segambaran denganNya.

Atau ketika kita dapat tawaran proyek besar. Memprioritaskan Tuhan adalah berpikir masak-masak dan tidak gegabah untuk menerimanya begitu saja. Bagaimana keluarga? Apakah baik mengurangi waktu bercengkrama dengan mereka hanya untuk mendapatkan uang yang lebih besar?

Sebaliknya, kita kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian lalu kita tenang-tenang saja dengan alasan ingin menghabiskan waktu dengan anak-anak dan istri. Bagiku hal itu tidak menjadikan Tuhan sebagai prioritas karena yang pertama, keluarga harus dicukupi segala kebutuhannya termasuk dalam hal finansial, yang kedua, kita mengabaikan talenta dan kuasa yang diberikan Tuhan kepada kita.

Bicara tentang prioritas dan memprioritaskan Tuhan juga menjadi kontekstual ketika merangkainya dengan topik fokus dan move on yang kemarin kutulis di sini.

Menentukan prioritas yang tepat membantu kita untuk menentukan mana yang harus kita jadikan fokus. Dari susunan prioritas itu juga, ketika hal yang kita kerjakan tidak merefleksikan tujuan ke arah yang tepat, maka saatnya untuk kita move on, berpindah ke tempat yang lebih baik demi prioritas yang telah kita susun.

Bagaimana dengan orang yang tak memiliki prioritas?

Memprihatinkan! Orang tanpa prioritas laksana mobil mewah yang muter-muter nggak keruan tanpa tujuan yang jelas. Bensin lama-lama habis, karet ban menipis dan mesin pun rusak. Ketika tersadar, mobil sudah tak bisa dipakai lagi hal yang bisa dilakukan hanyalah dimasukkan ke tukang rongsok untuk diberdayakan sebisa-bisanya dari sisa-sisa yang ada.

Mau begitu? Mau dibegitukan?

Sydney, 16 Juli 2018

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.