Minggu lalu aku membersihkan kebun rumah dari daun dan ranting yang kupangkas sehari sebelumnya dan ternyata itu tak mudah.
Daun dan ranting yang harus dibuang masih hijau, sama dengan rumput yang ada di tempat sama. Salah ambil, bisa-bisa rumput yang masih hidup tercerabut juga dan masuk ke dalam tempat sampah.
Dalam hidup, kita sering bertanya kenapa Tuhan terkesan diam melihat yang jahat yang hidup di tengah-tengah kita. Alih-alih dibasmi, Tuhan malah sepertinya membiarkan mereka dengan hidup yang bergelimang kemewahan.
Namun sejak kejadian minggu pagi itu, pikiranku berubah. Ia pasti tak sebodoh aku yang tak mampu mengangkat rumput dan ranting mati dari yang hidup, mengangkat yang jahat tanpa membunuh yang baik.
Dibalik sifat pendiamnya, justru di sinilah teka-tekinya.
Apakah waktunya belum tiba? Atau, jangan-jangan, kita telah dipisahkan dari yang baik karena kita jahat dan saat ini sebenarnya kita telah berada dalam ?tempat sampah? yang kekal itu?
Nah, pertanyaan terakhir itu. Kita mikirnya sok suci tapi ngga pernah melihat kebelakang. Dan sepertinya dunia ini sudah hampir habis yang namanya ‘orang baik’
Ya bener mas.. dan soal manusia jahat.. mungkin juga tuhan sedang memberikan waktu pada mereka agar bisa berubah menjadi yg baik :)
Semuanya ada untuk kebaikan makhluknya, bukan? :)
hik..hik… jadi mikir … tapi itulah hidup …, tak ada yang jahat 100% tak ada juga yang suci 100%, apa jadinya dunia kalau seperti itu ya….. jangan2 udah dekat kiamat…hiii ngerii
mungkin masih terlalu baik ketika kita kekal ada ditempat sampah itu Kanggg, lantaran bukan tidak mungkin yang ada ditempat sampah itu bakal menjadi pupuk pun bisa didaur ulang lalu mampu difungsigunakan ke lain hal.
Akan lebih nista adalah ketika keberadaan kita sudah tiada tempat yang sanggup menampungnya…
Thanks Dab…
Ambil yang baik tinggalkan yang buruk..
*bukan Jumatan*
biarlah takdir yang menentukan segalanya. itukan urusan Tuhan ngapain pusing dipikirin.
Nah, kalimat yang terakhir yang paling menarik mas. Jangan-jangan sebenarnya tidak ada orang baik di dunia ini. Jangan-jangan kita yang merasa orang baik juga sebenarnya jahat, tapi kita tidak sadar dan selalu mengira orang lain lebih jahat. Entahlah…
Renungan bijak, Bro… Memang benar, Yang Maha Kuasa pasti punya rencana sendiri ketika akan mengangkat rumput dan ranting mati dari yang hidup, atau malah mengangkat keseluruhannya. Bisa jadi rumput yang menurut kita masih hidup itu ternyata pada hakikatnya udah ‘mati’ sehingga ikut diangkat-Nya serta. Renungan seperti ini sering muncul ketika suatu daerah dilanda bencana alam yang banyak merenggut nyawa manusia. Orang akan bertanya-tanya, “kenapa daerah kami yang dihancurkanNya, padahal kami orangnya blablabla… kami selalu blablabla…” Padahal, Dia lebih tau kenapa…
biarlah itu menjadi hak prerogatif Nya
Kita tidak akan tahu makna “kaya” jika tidak ada “miskin”
Dan begitu juga, kita tidak akan tahu arti sebuah kebaikan, jika tidak ada kejahatan..
Tuhan pasti punya maksud atas itu semua, setidaknya agar kita bisa berpikir dan memilih jalan yang akan kita tempuh :)
Kalimat pada alinea terakhirmu itulah yang seharusnya bisa kita buat untuk introspeksi setiap saat.
Menanyakan pada diri sendiri, apakah kita masih termasuk seorang dalam kategori baik, apakah kita termasuk orang yang jujur dan lain-lain.
Namanya juga manusia, punya nafsu dan akal pikiran. Karena itu manusia bisa punya dua sisi, sisi baik dan jahat.
Kadang
aku pikir ayat-ayat di Matius 5, yang Berbahagialah……. karena……
jika diisi dengan berbahagialah yang jahat, karena dia akan diselamatkan Allah…..
meskipun aku tahu, tak perlu menjadi jahat untuk bisa diselamatkan :)