Apa jadinya kalau untuk membunuh seekor tikus kita harus mengarahkan moncong bazooka dan menembakkannya ?
Orang pandai yang berpikiran efisien akan cukup menorehkan barang sesendok makan racun tikus di makanan sisa untuk memancingnya.
Atau paling banter ya dengan memelihara dua ekor anjing teckel seperti Pluto dan Ellen di rumahku yang selalu gemar untuk membumihanguskan tikus.
Tikus dan bazooka adalah dua hal yang saling bertolak belakang yang terkadang digambarkan untuk menunjukkan suatu yang berlebihan dari takaran seharusnya.
Sama halnya dengan apa yang ditulis di atas, kupikir kalau memang upaya penghematan BBM dan listrik itu harus digalakkan salah satunya melalui
iklan dan propaganda, sudah seharusnya hal tersebut juga di-manage dengan baik pula.
Harus ditentukan sasaran, target pencapaian serta resources yang harus dikeluarkan untuk mengadakan pariwara tersebut.
Harus pula dijaga dalam pantauan logis bahwa pada prinsipnya resources yang keluar tidak boleh lebih besar dari apa yang dicapai.
Kalau kamu orang Jogja atau sedang melawat di Jogja, cobalah melewati gardu listrik di perempatan Kretek Kewek/Kleringan yang sekarang sudah semakin macet dan semrawut itu.
Perhatikanlah gardu listrik di tengah-tengah yang dulu berwarna kusam dan kini telah menjadi coklat segar. Ketika senja tiba hingga tengah malam,
lampu terang benderang pun menerangi sekeliling gardu ditingkahi running text yang dijalankan di panel digital di sisinya dan berisi pesan-pesan hemat BBM
dan hemat listrik.
Nah coba bayangkan, lalu pikirkan masak-masak betapa hal tersebut adalah sesuatu yang berlebihan bukan ?
Sasarannya adalah supaya kita hemat listrik dan BBM tapi berapa listrik yang dihabiskan untuk menghidupkan lampu-lampu dan panel digital tersebut?
Meski kita toh sama-sama belum pernah menghitung secara detail dan teliti tapi apakah cukup seimbang antara apa yang didapat dengan apa yang dikeluarkan dari situ?
Kalau kamu melewati traffic light perempatan Pingit maka seperti yang ditulis oleh Ndorokakung, kamu akan melihat panel bertuliskan seperti yang tergambar di samping ini.
Yup! Mengesankan memang, sesuatu yang bahkan mungkin tak pernah kita pikirkan untuk ada dalam benak bahwa ternyata dengan mematikan kendaraan hingga detik ke-20 menjelang lampu hijau
akan cukup mengirit BBM.
Tapi, berapakah ongkos untuk mengadakan panel digital beserta biaya listrik dan BBM untuk menghidupkannya setiap waktu ?
Siapa sasarannya? Seberhasil apakah efek pemasangan iklan tersebut?
Aku bukan orang yang super apatis tapi bisakah kita berhemat dengan menggunakan media-media yang lebih konvensional yang justru ngirit biaya pengadaan BBM
yang diperlukan untuk hal yang sebenarnya bisa benar-benar mulia jika di manage dengan baik itu ?
jadi idenya apah ? yg eyecathing sehingga semua org liat ?
Persoalannya adalah: terkadang kebijakan pemerintah kerap berbanding terbalik dengan tender bisnis untuk kebutuhan kota (baca: menghias kota).
Kalau itu dihilangkan, bukan soal penghematannya, tapi lebih pada nominal-nominal yang sudah bisa dhitung sejak tender pengadaan belum lagi dimulai.
Baik, Agustus nanti aku akan tengok tempat-tempat itu.
Anter tapi!
Serba salah memang.
Kalo himbauan, iklan, pesan, nasihat itu cuma ditulis di atas sebuah spanduk, nanti dibilang kampungan, ndeso, ra intelek, kuno dan lain-lain.
Ketika semua itu dipercantik dengan panel LCD, lampu kerlap-kerlip warna-warni, billboard yang muter-muter, dibilang pemborosan energi, boros biaya, nggak tepat sasaran, nggak efisien dan sebagainya.
Yah, begitulah kita, saya dan Anda. Begitu.
@dm: ikuutt…. ikuuttt…. jogjaaa…*iklanmodeon*
@windy: yang eye catching? mmmm… papan dibawa miss indonesia yang cuma pake swimsuit:D jamin eye catching banget dan semua orang pasti pengen liat kalo ga liat rugi masalahnya hahahahahha
@DM: wih… kalo masalah tender kayaknya emang jatahnya segitu. kalo misalnya ga dibangun kelap-kelip, toh itu dana jatohnya ntah disakunya siapa.
@JS.com: wele… yah beres mas… cuma kalo saya mending himbauannya dibikin baliho aja yang terkesan ngampung, sisanya buat penghijauan.
mayan kan, selain mengurangi carbon dioksida bisa buat pipis kalo kebelet :D
idiomnya kurang hiperbol dikit, mas donny, mungkin akan lebih mengena kalau membunuh kutu di kepala pakai bazoka, kekekeke :grin: itulah potret manajemen yang diterapkan oleh para elite di negeri ini, mas. sering salah sasaran dan ndak jelas target dan goal-nya.
jadi harusnya gimana dong? untung aku bukan elite politik wehwhueuhe
salam kenal balik Mas DV, blognya enak, numpang tidur. He..he..
Nak bangjo melu hemat listrik (maksude mati pada jam2 tertentu), sing repot pak polisine mengko, hehehehehe
@Alfred: aku ndak pernah bilang matiin bangjo.. tapi menghemat cara iklan yang selama ini pake digital panel itu kan boros :)
Entah kenapa setiap kebijakan dan himbauan yang disosialisasikan ke masyarakat sepertinya jauh dari sentuhan rencana yang matang. Sehingga terkesan dadakan dan seringkali gagal di tengah jalan bahkan terkadang konyol.
habis biaya berapa tuuh brooo
mampir … mampir …
oh ya tuh. masih sama juga ya.
pasti tambah macet pa lagi kalo malam minggu , ruame banget.jojga dah terang benderang. mantap lah. tapi boros juga ya.
klo bangjonya pake tenaga matahari itu lebih hemat lagi.
ngritik pancen enak mung udhu idu, kampanye hemat BBM dikoyo ngopo wae ra ngefek, wong pejabat2e wae ra dho memberi contoh.