Dalam Kabar BaikNya hari ini, Yesus mengutus para murid untuk memberitakan Kabar Baik dan menyembuhkan orang sakit. Maka, seperti yang ditulis Lukas, pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat. (lih. Lukas 9:6)
Sebagai murid, kita pun diberi tugas perutusan yang sama dengan para murid dahulu. Melalui hidup sehari-hari, kita diajak untuk memberitakan Kabar Baik Tuhan melalui kesaksian kasih yaitu bahwa Ia datang menawarkan penyelamatan bagi semua orang.
Injil-i dirimu sendiri dulu sebelum meng-injil-i orang lain, Bro!
Tapi menjalani tugas perutusan itu sungguhlah tidak mudah. Begitu banyak tantangannya bahkan sejak awal kita sudah bertekad untuk melakukannya.
Salah satu tantangan adalah ketika misalnya ada seorang yang mengingatkan kita, ?Daripada kamu sibuk memberikan kesaksian tentang Injil Tuhan kepada orang lain lebih baik injili dulu dirimu, Bro!?
Nah loh!
Bikin keki, kan?
Kenapa keki?
Karena memang diri ini pun juga sejatinya butuh diberi kesaksian tentang Kabar Baik Tuhan bahkan di satu sisi, apa yang kita butuhkan terkadang lebih daripada yang dibutuhkan orang lain.
Tapi kalau mengikuti peringatan itu, bagaimana mungkin kita menjalankan tugas perutusanNya?
Memberitakan Kabar Baik bagi sesama dan kita
Menurutku bisa! Tetap bisa kita lakukan!
Memberitakan Kabar Baik Tuhan bisa dilakukan dua arah, untuk kita dan sesama selama kita mau membuka hati dan pikiran bahwa kita ini sejatinya sama saja dengan yang sedang kita beri kesaksian. Kalau kamu berprinsip bahwa kamu lebih pintar, lebih alim dan lebih rohani ketimbang mereka yang kepadanya kamu memberikan kesaksian maka hal itu tak kan terjadi.
Dari pengalamanku pribadi, cara memberi kesaksian seperti ini adalah yang kalian baca setiap hari di sini, renungan Kabar Baik.
Pada dasarnya, apa yang kutulis dalam renungan Kabar Baik tidak melulu kuperuntukkan para pembaca.
Sering ketika selesai merenung dan menyiapkan kata-kata yang hendak kupakai dalam sebuah renungan, tiba-tiba aku berhenti karena sadar, ?Loh, kok renungan ini lebih mengena ke aku ya??
Atau ketika sudah mempublikasikan renungan dan kubaca ulang lalu ku tersadar, ?Oh, kok tulisan ini pas banget dengan apa yang kualami kemarin??
Untuk hal-hal seperti inilah aku semakin dikuatkan untuk melanjutkan menulis renungan Kabar Baik di sini. Kenapa? Karena pelayanannku bukan hanya untuk para pembaca tapi juga untuk diri sendiri.
Kita diajak lebih dalam menjalani perutusan ini. Kehadiran Tuhan bukan hanya untuk mereka tapi untuk semua manusia termasuk jiwa dan keselamatan kita.
Sydney, 26 September 2019
0 Komentar