Di hari peringatan Santo Fransiskus Xaverius ini, Gereja Katolik, melalui Kabar BaikNya, mengajak kita untuk merenungi pesan perutusan Yesus sebelum Ia naik ke surga tentang memberitakan Injil. “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” (Markus 16:15)
Apakah memberitakan Injil itu?
Apakah memberitakan Injil itu?
Memberitakan Injil adalah mengabarkan Kabar Baik Tuhan bahwa Ia mengutus PutraNya Yang Tunggal, Yesus Kristus, datang ke dunia untuk menyelamatkan mereka yang percaya. (lih. Yoh 3:16)
Bagaimana caranya? Beragam!
Aku melakukannya melalui apa yang kutulis setiap hari di blog ini. Kawanku ada yang melalui karyanya sebagai katekis/guru agama Katolik bagi mereka yang hendak dibaptis.
Pemberitaan Injil juga bisa melalui perilaku hidup kita sehari-hari di manapun kita ditempatkan.
Seorang suami yang setia pada istri, ia mewartakan Kabar Baik bagi siapapun yang ada di sekelilingnya! Seorang yang getol membantu aksi sosial bagi sesama, ia mewartakan Kabar Baik! Bahkan, ketika kamu melihat ada sampah yang tercecer lalu mengangkat dan membawanya ke tempat sampah yang sudah disediakan, kamu mewartakan Kabar Baik karena Tuhan pun menginginkan kita untuk menjaga bumi dan lingkungan tempat kita hidup.
Memberitakan Injil = kristenisasi?
Tapi apakah memberitakan Injil itu adalah kristenisasi?
Jika kristenisasi dianggap sebagai mengkristenkan orang, maka memberitakan Injil bukanlah kristenisasi. Meski ketika kita mewartakan Injil lalu ada orang yang jadi terbuka hatinya terhadap Yesus? Syukur kepada Tuhan!
Salah satu hal ‘menarik’ terkait dengan memberitakan Injil menurutku adalah fenomena yang pernah kualami di bawah ini.
Suatu hari dulu saat masih tinggal di Indonesia, ketika sedang duduk di mall tiba-tiba ada seorang pemuda dan pemudi mendekatiku. Setelah melalui beberapa kalimat pembuka, mereka menukik pada sasaran, “Kamu sudah kenal Yesus?”
Aku kaget!
Merasa tak nyaman. Ketika aku tak bisa menjawab karena saking kagetnya lalu aku kembali ditanya, “Kamu mau diselamatkan?”
Apakah hal-hal seperti ini termasuk mewartakan Injil? Setidaknya menurut mereka adalah demikian adanya. Tapi apakah kita bisa menyalahkan yang seperti ini?
Bisa iya, bisa pula tidak.
Tapi yang pasti bagiku yang pernah mengalaminya, didekati dengan cara seperti itu amat tidak menyenangkan. Bagaimanapun juga, agama adalah ranah privat seseorang sehingga ketika ada orang yang bertanya seperti itu sama saja mengharapkanku untuk menelanjangi diri di muka umum!
Peka hukum dan norma
Memberitakan Injil menurutku haruslah peka hukum dan norma-norma. Dalam hidup kita terikat berbagai macam aturan dan norma bermasyarakat yang kita sepakati bersama. Pewartaan Kabar Baik haruslah tidak melanggar hal-hal tersebut.
Artinya ketika pewartaan Injil yang kita lakukan melanggar norma dan aturan, jangan marah ketika dipersalahkan! Tapi di satu sisi, ketika hal itu terjadi, jangan pula merasa kecil hati lalu meninggalkan tugas perutusan mulia tersebut.
Tidak pernah ada yang salah dengan pewartaan Kabar Baik. Yang ada hanyalah keterbatasan kita untuk mencari metode terbaik sampai kita sendiri menemukannya…
Sydney, 3 Desember 2019
Jangan lupa isi Survey Kabar Baik 2019. Hasil isian kalian dalam survey tersebut sangat mempengaruhi bagaimana pola tulisan dan distribusi renungan Kabar Baik ini akan berkelanjutan. Klik di sini untuk informasi selengkapnya!
Tinggalkan Balasan